YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah menyelenggarakan Musyawarah Pimpinan Daerah II ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta pada hari Sabtu (15/02) di Aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah Yogyakarta.
“Musyawarah Pimpinan Daerah (Musypimda) ini diawali dengan kegiatan pra-Musypimda.” Ujar Ketua Panitia Pelaksana, Sri Istifada. Acara pra-Musypimda ini diisi dengan kegiatan sosialisasi dan fashion show.
“Saya sangat termotivasi dengan inovasi ibu-ibu cabang dan ranting yang telah menciptakan model-model batik Sidori dan eco-print. Inovasi yang sungguh luar biasa ditampilkan pada ajang fashion show lalu.” jelas Istifada.
Ditambah dengan lomba olahan dari bahan baku jagung serta pelatihan keluarga sakinah. Musyawarah Pimpinan Daerah II ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta diikui oleh 138 anggota yang diikuti oleh seluruh PCA se-Kota Yogyakarta dan Undangan Khusus.
Muzadi dari PDM Kota Yogyakarta dalam Sambutan Musypimda II ‘Aisyiyah, mengakui bahwa ibu-ibu ‘Aisyiyah memang lebih dinamis dan akan terus mensupport kegiatan-kegiatan ‘Aisyiyah.
“Pada prinsipnya, Musypimda dilakukan setiap 5 tahun sekali diselenggarakan untuk memutuskan hal-hal yang terkait dinamisasi organisasi yang tidak mungkin diputuskan oleh Musyawarah Daerah atau lainnya.” ungkap Muzadi,
Dalam pidato Iftitah Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah, Himmatus Sudja’ah mengatakan bahwa ‘Aisyiyah sebagai gerakan Islam masih dihadapkan dengan berbagai persoalan zaman. Posisi ‘Aisyiyah berada dalam bidang gerakan perempuan dan sosial-keagamaan.
“Masalah awal adalah masalah keterbelakangan umat Islam menjadi titik fokus persoalan serta potensi perempuan yang masih terbelenggu pada paham budaya agama pada masa itu. Harapannya, Aisyiyah dapat meng-agendakan langkah strategis organisasi sampai Musypimda yang akan dating,” ujar Himamastus, Ketua PDA Yogyakarta.
Dengan semangat kesetaraan dan keadilan sesuai ajaran Islam, perempuan tidak di batasi pada tugas-tugas domestik saja, tetapi dapat menjalankan tugas-tugas kehidupan umat.
Kedepannya, ‘Aisyiyah dituntut untuk mencegah adanya kemiskinan, menurangi persoalan anak, kenakalan remaja, pelecehan seksual dan narkoba. Salah satunya dengan memberikan sosialisasi ramah perempuan dan anak.
Yang tak kalah penting juga bagaimana karakter bangsa menjadi suatu permasalahan yang sangat penting bagi ‘Aisyiah utuk merefleksikan kiprah yang dinamis dan progresif.
Dalam memasuki awal abad kedua, wujud kecintaaan ‘Aisyiyah ialah terus bergerak dinamis dan menjadikan kepemimpinan yang istiqomah serta berkomitmen secara kuat dan lurus.
Aisyiyah berkomitmen sebagai gerakan perempuan akan memberikan semangat dan menggemberikan umat yang berlandaskan kemajuan Muhammadiyah yaitu Islam berkemajuan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.(rahel)