BANTUL, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan Seminar Nasional Pra-Muktamar dengan tema “Kemandirian Ekonomi Berbasis Filantropi: Ekosistem Filantropi dan Arsitektur Ekonomi Muhammadiyah”. Acara tersebut dibuka langsung oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Anwar Abbas. MM. M.Ag dan Rektor UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto. M. P.
Anwar Abbas menyampaikan bahwa semua yang difirmankan oleh Allah swt dan disabdakan oleh Nabi saw pasti benar. Siapa saja yang mengikuti sifat Nabi pasti akan sukses dalam kehidupannya. “Jika orang Islam tidak sukses berarti dia tidak dapat mengidentifikasi sifat Nabi serta tidak mampu merealisasikannya dalam kehidupan,” ujarnya.
Era kejayaan akan selalu dipergilirkan oleh Allah swt kepada seluruh umat manusia. Artinya, tidak ada satu pun bangsa atau suku di dunia ini yang mampu mempertahankan kejayaannya. Contohnya Bani Umayyah hancur, Bani Abbasiyah tenggelam, Turki Ustmani hilang, Amerika mulai meredup dan lain sebagainya.
Ia melanjutkan, kondisi ekonomi dunia akan terus berubah. Di Muktamar ke-47, Muhammadiyah telah mencanangkan pilar ketiga yaitu ekonomi. Agenda ini diharapkan mampu mendorong Muhammadiyah untuk menjadi penentu arah dari sebuah bangsa. “Yang menjadi penentu dari sebuah bangsa bukanlah politisi, pejabat, polisi, TNI, dan lain sebagainya, tapi mereka yang menguasai ekonomi atau kapita,” ungkap Anwar yang juga menjadi Keynote Speakers dalam acara tersebut.
Menurut Anwar ada empat sumber daya yang belum dikelola secara maksimal oleh Muhammadiyah. Pertama, iuaran anggota yang mampu mengumpulan 1,2 triliun per tahun. Kedua, iuran amal usaha. Ketiga, efisiensi. Dan keempat, zakat infaq shadaqoh. Dari keempat hal ini jika dimaksimalkan dapat menghasilkan 3,8 triliun bahkan lebih per tahun. “Ke depan, organisasi yang paling siap untuk kaya adalah Muhammadiyah. Marilah kita berjuang dan yang kita tuju adalah kemandirian ekonomi, agar kita menjadi penentu di negeri ini,” tutupnya.
Gunawan Budiyanto mengatakan bahwa banyak orang yang ingin memahami Muhammadiyah. Mereka takjub dengan segala capaian yang telah dicapai oleh Muhammadiyah khususnya Amal Usaha Muhammadiyah yang sangat besar. Namun gerakan Muhammadiyah yang berbasih filantropi belum banyak diketahui oleh masyarakat. “Gerakan filantropi Muhammadiyah tidak mengenal kamera media atau Tv,” ujarnya.
Orang yang merugi menurut konsep KH Ahmad Dahlan selain orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak beramal sholeh. Amal sholeh sangat terkait erat dengan gerakan filantropi Muhammadiyah. Gerakan ini tidak akan pernah jauh dari upaya untuk mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan. “Mudah-mudahan Seminar Pra-Muktamar ini dapat memberikan masukan konkret tentang kondisi ekonomi Muhammadiyah,” tutupnya.(Diko)