YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Untuk terus memperkuat brand dan sebagai sarana sosialisasi, Induk BTM melakukan kerjasama dengan universitas-universitas. Dalam acara lokakarya nasional Gerakan Microfinance Muhammadiyah (GMM) di Yogyakarta, 20 Februari 2020, Induk BTM menjalin kerjasama dengan Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Unissula), dan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus).
Menurut Ketua Induk BTM Drs. Akhmad Suud, MSi, dengan melakukan MOU dengan universitas, diharapkan banyak masukan dari para pakar ekonomi Islam bagi pengembangan BTM ke depan. Terlebih karena BTM sebagai bagian dari microfinance syariah, dapat dikatakan masih baru.
“Dengan adanya MOU tersebut diharapkan ada masukan akademis untuk pengembangan BTM”, kata Akhmad Suud.
Sementara itu menurut Prof. Olivia Fachrunnisa, PhD Dekan Fakultas Ekonomi Islam Universitas Sultan Agung Semarang, kerjasama yang dilakukan antara Unissula dengan Induk BTM merupakan bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi. Di Unissula sendiri, terdapat tiga pusat studi yang ada. Pusat Studi Islam, Pusat Studi Ekonomi Kreatif, dan Pusat Studi ekonomi Lingkungan. Pusat Studi Ekonomi Islam inilah yang kini menjalin kerjasama dengan BTM.
Melalui pusat studi ekonomi Islam ini, Unissula konsen untuk mengedukasi masyarakat khususnya generasi muda. Misalnya saja edukasi koperasi microfinance sebagai lembaga keuangan yang sejatinya menjadi penopang perekonomian bangsa.
“Koperasi microfinance yang terdiri dari unit-unit usaha termasuk BTM inilah yang menjadi harapan pengembangan pusat studi kami yang memiliki di dalamnya dosen-dosen yang expert untuk bisa saling bersinergi. Sinergi ini akan bisa membuat mahasiswa kami yang ada, melakukan kajian dan penelitian, atau bisa menggunakan atau mengobservasi BTM”, kata Olivia Fachrunnisa.
Lebih lanjut Olivia Fachrunnisa juga berharap agar potensi yang dimiliki Unnisula bisa menjadi salah satu instrumen penggerak ekonomi bangsa melalui microfinance yang betul-betul syariah.
Di tempat yang sama Dr. Haerudin, MT Dekan FE. Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) menyatakan jika sosialisasi BTM perlu menjadi pertimbangan para pengurus. Hal ini karena di Jawa Tengah sendiri BTM masih belum merata.
Baru berkembang di Jawa Tengah bagian barat. Di Jawa Tengah bagian selatan dan timur, padahal targetnya adalah satu BTM satu daerah. Sementara itu BMT yang lebih dulu ada, dicatat belum banyak dikonversi menjadi BTM. Padahal secara administratif di Muhammadiyah sendiri Maal dalam BMT sudah harus ditangani LAZISMU.
“Dengan jalinan kerjasama inilah, maka Unimus ingin dapat membantu mempermudah konversi BMT ke BTM. Selain itu juga sebagai bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi kami”, kata Haerudin.
Menurut Haerudin kembali, konversi BMT ke BTM bukan perkara yang mudah. Hal ini karena harus memasukkan secara administrasi 51 persen sahamnya ke persyarikatan.(agus/riz)