Hijrah Pembangkit Semangat

Hijrah Pembangkit Semangat

M Muchlas Abror

KALENDER atau penanggalan Islam sering disebut Kalender Hijriyah. Karena Kalender ini dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah. Tidak dimulai dari peristiwa penting lainnya. Dengan demikian, hijrahnya Nabi Muhammad saw merupakan peristiwa sangat penting dan mempunyai nilai istimewa tersendiri. Sehingga, sejak masa Umar bin Khaththab menjadi Amirul Mukminin, peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw menjadi titik tolak dimulainya Kalender Islam.

Hijrah dapat kita artikan berpindah, meninggalkan, atau keluar dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik dan aman bagi keselamatan lahir batin. Tetapi hijrah tidak selalu mengharuskan dan selamanya dilakukan secara fisik. Sebab, orang yang meninggalkan segala yang buruk, baik perkataan maupun perbuatan, ia disebut melakukan hijrah. Hijrah dapat pula dilakukan dengan meninggalkan kemaksiatan dan kemunkaran, menjauhi semua larangan Allah, selain menaati segala perintah-Nya. Jika semula berbuat dosa, kemudian menyadari terhadap apa yang telah dilakukan, ia lalu bertaubat kembali ke jalan-Nya. Maka ia pun telah hijrah.

Hijrah adalah sebuah jihad atau perjuangan. Ini bukan perjuangan ringan, tetapi perjuangan besar dan berat. Perjuangan meninggalkan kemusyrikan menuju kepada kehidupan yang meyakini sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Hanya menyembah dan beribadah kepada-Nya semata. Tidak kepada segala yang selain-Nya. Berat juga perjuangan melawan hawa nafsu beserta syahwat yang ada pada setiap diri. Harus kokoh kuat melawan godaannya, tegar dan teguh menolak ajakan dan rayuannya. Ada lagi perjuangan melawan kelemahan, kehinaan, penyimpangan, korupsi, dan semua kebiasaan rendah lainnya.

Dalam peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. Beliau memberikan keteladanan yang baik kepada kita. Beliau berhijrah dari Makkah ke Madinah merupakan konsekuensi dan konsistensi sebagai hamba Allah yang beriman. Keimanan beliau dan para sahabat beliau membuktikan bahwa mereka manusia hidup. Hidup dalam arti sebenarnya. Hidup untuk berbuat, beramal, berjuang, berkorban bagi kebaikan, kemanfaatan, dan kemaslahatan masyarakat. Sehingga, hidup mereka bermakna dan berguna. Sebab, ada manusia hidup tetapi adanya sama saja dengan tiadanya. Atau masih hidup, tetapi sudah dihitung mati. Karena hidup mereka merusak.

Keimanan menjadikan kehidupan mereka mendapatkan cahaya terang dalam segala keadaan. Sekalipun sedang berada dan berjalan dalam kegelapan malam. Tetapi tetap tahu arah kemana kaki harus melangkah ke tempat tujuan. Tidak tersesat jalan. Karena dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang benar dan mana pula yang salah. Selain itu, cahaya hidup tersebut membuat mereka memahami hakikat kehidupan dan memahami segala sesuatu dengan bijak.

Keimanan mereka menumbuhkan keyakinan sepenuhnya kepada Allah. Ketenangan dan ketenteraman selalu bersama-Nya. Tidak merasa dalam kesendirian. Karena mempunyai harapan akan pertolongan-Nya. Keimanan yang terhunjam dalam hati juga memberikan kekuatan dan energi baru serta memotivasi diri untuk terus berjuang di jalan-Nya. Itu dilakukan dengan ketulusan untuk mendapatkan keridhaan-Nya, kesabaran, dan keistiqamahan.

Nah, peristiwa hijrah menjadi pintu pembuka kemenangan perjuangan Nabi Muhammad saw. Hijrah menjadi titik tolak perubahan pada diri kaum Muslimin antara sebelum dan sesudahnya. Jadi, hijrah itu merupakan momentum terpenting. Karena itu, jadikan pembangkit semangat memulai hidup baru, melakukan perubahan, dan meneruskan perjuangan hidup berkemajuan.

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 19 Tahun 2015

Exit mobile version