Oleh : Haidir Fitra Siagian
Bagi warga negara kelas menengah ke atas di sebagian besar kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, Malaysia adalah salah negara yang sangat favorit sebagai negara tujuan melanjutkan pendidikan tinggi, terutama program magister dan doktoral. Selain karena untuk ukuran mereka biaya pendidikan di Malaysia cukup murah, akan tetapi dari aspek fasilitas dan kualitas pendidikannya, dipandang sudah dapat menyamai pendidikan di negara-negara maju. Itulah sebabnya sehingga berbagai perguruan tinggi di Malaysia, baik milik pemerintah maupun yang dikelola oleh pihak swasta, memiliki mahasiswa internasional dengan jumlah yang cukup besar.
Pengalaman saya ketika kuliah di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) periode 2011-2015, banyak berinteraksi dengan mahasiswa internasional dari berbagai negara di kawasan tersebut di atas. Biasanya kita sesama mahasiswa internasional, akan bertemu di perpustakaan, saat salat berjamaah di masjid atau surau, juga bertemu dalam mata kuliah kelas Bahasa Melayu I dan Bahasa Melayu II. Ini adalah mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa dari luar Malaysia, termasuk misalnya dari Indonesia, Singapura dan Thailand.
Kehadiran mahasiswa internasional yang begitu banyak di Malaysia, bukan hanya ada di UKM. Hal yang sama juga pernah saya lihat sendiri ketika berkunjung ke Universiti Malaya di Kuala Lumpur, Universiti Utara Malaysia (UUM) di Kedah, dan Universiti Tun Husein On Malaysia (UTHM) di Batu Pahat, Johor. Jumlahnya pun sangat banyak. Dalam berbagai konferensi atau seminar yang diadakan perguruan tingginya, peserta yang dari luar negeri juga cukup banyak, baik sebagai pembicara maupun sebagai peserta. Keadaan ini dapat menunjukkan bukti nyata bahwa Malaysia adalah salah satu negara yang cukup maju. Bukan hanya dalam bidang pendidikan, juga meliputi bidang-bidang lainnya, ekonomi, transportasi, pariwisata, juga olah raga.
Tentunya kemajuan Malaysia adalah sesuatu yang harus kita syukuri. Di tengah berbagai dinamika yang terjadi, pun pasang surut hubungan baik Indonesia dengan Malaysia, kemajuan negara serumpun ini akan membawa dampak terhadap Indonesia. Bahwa tanpa Malaysia, Indonesia bisa hidup dan berkembang. Sebaliknya pun demikian, tanpa Indonesia, Malaysia pun bisa tumbuh dan bergerak. Namun demikian dalam keadaan sekarang ini, hubungan kedua negara adalah saling menguntungkan. Banyaknya produk Indonesia yang diekspor ke Malaysia, demikian pula banyak hasil industri perusahaan yang membanjiri jalur perdagangan di tanah air.
Kita berharap kedua negara tetap mengalami kehidupan politik yang baik dan bermartabat. Dinamika politik di kedua negara, akan sedikit-banyak akan memengaruhi hubungan yang selama ini telah dibangun dengan baik. Malaysia adalah salah satu negara yang menjadi tujuan perantauan pemuda-pemuda Indonesia, mencari kerja dan melanjutkan pendidikan. Mereka yang mendapatkan pekerjaan di Malaysia, tentu akan memberi dampak positif bagi kehidupan keluarganya yang tinggal di kampung halaman di Indonesia, terutama dari aspek ekonomi. Sedangkan mereka yang sekolah lalu pulang ke Indonesia, dapat mengajar dan menularkan ilmunya kepada anak-anak sesama anak bangsa.
Pada hari ini kita mendengar adanya gejolak politik di Malaysia. Sebagai negara yang berdaulat, mereka memiliki konstitusi dan aturan main dalam mengelola negara. Tentu tidak sama dengan kita di Indonesia. Mudah-mudahan apa yang terjadi di negara yang berdasarkan Islam ini dapat selesai dengan sebaik-sebaiknya, sesuai dengan konstitusi yang mereka anut. Jangan sampai terjadi gejolak yang berlebihan dan berkepanjangan. Sebab situasi yang demikian, selain tidak enak di dengar, juga bisa jadi akan memberi dampak yang kurang baik kepada kita. Gejolak politik akan memengaruhi perekonomian satu negara, akan berimbas pula kepada bidang-bidang lainnya, bahkan di kawasan regional lainnya.
Satu hal lagi yang menjadi catatan saya, adalah keberadaan Malaysia sebagai negara Islam. Ini merupakan negara Islam terbesar di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, bersama dengan Brunai Darussalam. Sebagai negara Islam, Malaysia memang banyak mendapat tantangan dan tekanan, baik dari luar maupun dari kalangan orang Islam itu sendiri. Tidak senang dengan keadaan bahwa negara ini berazaskan kepada Islam, dengan berbagai dalih demokrasi.
Malaysia harus tetap berada dalam situasi yang kondusif dan stabil, dari aspek ekonomi, politik dan keamanan. Dengan keadaan demikianlah, Islam dapat lebih berkembang lagi di kawasan Nusantara ini. Harapan kepada Malasyia sebagai negara Islam yang memertahankan nilai-nilai luhur dalam setiap gerak nadi kehidupan masyarakat. Menjaga dan berusaha terus-menerus mewujudkan negara yang makmur, damai, dan sejahtera dalam redha Allah Swt.
Haidir Fitra Siagian, PhD, Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia tahun 2015, saat ini bermukim di Australia