BANTUL, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kini memiliki perpustakaan yang nyaman dan representatif. Bersih, santai, cozy (nyaman) dan warna-warni ceria adalah tampilan yang dihadirkan serta lebih tepat untuk disebut sebagai taman baca. Berkat inovasi itu, perpustakaan UMY mendapatkan Akreditasi A dari Lembaga Akreditasi Perpustakaan.
Melalui surat resmi bernomor 00135/LAP.PT/II.2020 yang dikeluarkan pada Rabu (5/2) di Jakarta. Kepala Perpustakaan UMY, Lasa HS mengatakan bahwa hasil ini didapat setelah melakukan banyak perubahan dan inovasi. Ia menjelaskan bahwa perubahan harus selalu dilakukan guna menghilangkan kesan negatif dan mampu menarik perhatian untuk ke perpustakaan.
Kesan gelap, berdebu, sunyi dan kuno adalah kesan perpustakaan bagi sebagian orang. Hal itu yang menyebabkan banyak orang terlebih lagi anak muda enggan menghabiskan waktu di tempat itu. Namun, kesan itu akan hilang ketika kita memasuki perpustakaan pusat UMY.
“Kalau tidak ada perubahan fisik di sini dengan asesor dari lima tahun yang lalu dengan sekarang kok tidak ada perbedaan. Muhammadiyah itu berkemajuan, maka hari ini harus lebih baik dari kemarin. Itu menjadi konsep utama kami untuk melakukan perubahan,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (25/2) di UMY.
Saat ini perpustakaan UMY yang bertempat di Gedung K.H Mas Mansyur UMY memiliki fasilitas yang menarik selain koleksi buku yang banyak. Pada lantai pertama memiliki konsep yang ceria dan berwana. Pengunjung diberi kebabasan untuk melakukan diskusi dimana pun, menggunakan kursi warna warni atau lesehan. Selain itu terdapat juga kedai kopi yang berada di pojok ruangan. Dimana pengunjung dapat memesan minuman dan makanan kecil.
Selain mengusung konsep yang meriah, perpustakaan UMY juga menyediakan sembilan bilik kecil diperuntukan bagi mahasiswa atau dosen yang butuh ketenangan guna mengerjakan tugas. Sebelum melakukan berbagai perubahan di perpustakaan, Lasa telah mengamati tipe dan kebutuhan dari pengunjung.
“Kalau ada yang tiduran, ya silahkan dan jangan dibangunkan, kan mereka capek. Kalau ada yang pakai sandal ya silahkan. Kalau dipikir-pikir jika kita keras, orang-orang pada takut ke perpustakaan. Tetapi berpakaian yang sopan harus diutamakan, orang mau pintar kok dilarang. Mau ngobrol ya silahkan, mahasiswa kan kalau ngobrol pasti ilmiah, pokoknya macam-macam orang yang datang ke sini. Ada juga tempat bagi mereka yang butuh ketenangan,” ujarnya.
Pustakawan senior ini juga mengatakan bahwa kampus harusnya memiliki ruang terbuka publik yang nyaman dan dapat digunakan oleh siapa pun. Baginya setiap diskusi yang baik akan menghasilkan pemikiran yang baik pula. Ia juga bertekad dengan perpustakaan yang berkonsep anak muda ini dapat menjadi tempat bagi mahasiswa dan dosen untuk menghabiskan waktu.
“Sekarang mulai semakin banyak mahasiswa yang berdiskusi dan berkumpul di sini. Selain itu juga ada dosen yang melakukan bimbingan dan menerima tamu dari luar di perpustakaan. Lalu keuntungan lain bagi UMY dengan adanya hasil akreditasi, akan memudahkan bagi proses akareditasi Program Studi dan universitas. Selain itu, dengan akreditasi A yang kita miliki juga akan memberi kemudahan dan nilai tambah ketika ada prodi yang akreditasi,” pungkasnya. (ak/riz)