YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) AR Fachruddin Kota Yogyakarta mengadakan diskusi publik dalam memperingati ‘Hari Perempuan Nasional’ di Aula PP Muhammadiyah Cikditiro.
“Bersyukur postingan meme hadits yang mengecam perempuan banyak yang membuat temen-temen muslimah hijrah. Namun, sangat disayangkan karena kebanyakan muslim memaknai secara tekstual aja.” ujar Kalish Mardiasih, Jum’at (28/2).
Dengan mengusung tema “Jilbab sebagai Identitas dan Gerakan Perempuan Muslim”, Kalish Mardiasih sebagai narasumber menjelaskan bahwa perdebatan mengenai jilbab yang dipakai oleh perempuan antara panjang atau pendek itu anggap sudah selesai. Ia menyarankan kepada muslimah agar membuat konten-konten yang bisa membangun dan menjawab konten yang bias terhadap gerakan perempuan.
Kalish mengawali dengan menampilkan foto seorang artis tanah air, yang meminta para pengikutnya untuk menghapus foto-fotonya yang tidak mengenakan jilbab. Selanjutnya, Kalish menceritakan banyak meme yang beredar di media sosial.
Di sisi lain, terkait muslimah banyak yang memahami hadis secara teks. Tidak lanjut memahami apa maksud sebenarnya dari teks tersebut. Sehingga, perempuan atau muslimah yang taat itu digambarkan hanya berada di dalam rumah, bahkan harus menjaga auratnya dari pandangan laki-laki agar tidak membangkitkan syahwat.
Seakan-akan, laki-laki dianggap seperti binatang yang hanya menuruti hasrat seksual dan perempuan diposisikan sebagai benda mati yang tidak bisa bergerak. Padahal, manusia telah diberi hasrat intelektual dan hasrat spiritual. Dengan intelektual, bisa memahami dan mengetahui mana yang benar dan salah serta baik dan buruk. Dengan hasrat spritual, laki laki dan perempuan bisa membatasi dirinya bagaimana cara berinteraksi untuk saling membantu dan menopang kehidupan bermasyarakat.
Senada dengan Immawati Tati, Ketua bidang Immawati IMM DIY, “Perempuan dari sejak lahir dijadikan sebagai objektivitas juga sebagai pokok permasalahan,”ungkapnya.
Di abad sekarang, sebagai generasi penerus, muslimah harus bisa memposisikan diri sebagai ummatan washatan. Muslimah atau perempuan harus mencoba meng-apply diri mewujudkan Islam yang berkemajuan. Prinsip dari Islam berkemajuan salah satunya paradigma profetik.
Immawati Tati mengajak kita agar tidak hanya mandek dengan persoalan identitas, namun bagaimana mengkritisi serta berperan dalam membangun praksis yang jadi pembaharu. Perempuan berkemajuan itu perempuan yang maju secara struktural dan kultural.(rahel/riz)