BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jawa Barat menyelenggarakan Latihan Instruktur Madya Nasional (LIMNAS) yang bertempat di Pondok Pesantren Syamsul ‘Ulum Muhammadiyah Ujung Berung, Kota Bandung.
Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 23-29 Februari 2020. Adapun tema yang diusung dalam acara Limnas ini adalah “Kontruksi nilai keinstrukturan sebagai konseptor perkaderan yang kekinian untuk IMM berkemajuan“.
Jumlah peserta yang mengikuti Limnas ini sebanyak 27 orang dari berbagai daerah seperti Sulawesi, Jateng, DIY, DKI, hingga Bali sebanyak 15 orang tidak terkecuali utusan dari internal pimpinan cabang IMM se-Jawa Barat sebanyak 12 orang.
Deni Safrudin selaku ketua umum DPD IMM Jawa Barat menyampaikan bahwa perkareran tingkat madya ini diinisiasi oleh kenyataan kondisi objektif yang terjadi, terkhusus di jawa barat, kader-kader yang minim dan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi harus ditunjang dengan pengelola perkaderan yang seimbang. IMM Jawa Barat menyadari bahwa kaderisasi merupakan kebutuhan pokok sebuah organisasi.
“LIM ini menjadi hal yang paling mendesak untuk segera direalisasikan dan ini merupakan program perdana yang digelar oleh DPD IMM Jawa Barat, sebagai gebrakan awal untuk pembenahan kaderisasi di Jawa Barat,” ungkapnya.
Harapannya dengan dilaksanakan LIMNAS ini dapat memenuhi kebutuhan instruktur di Jawa Barat dan untuk mengawal perkaderan disetiap kota/kabupaten se-Jawa Barat.
“Output dari kegiatan ini yaitu bisa mencetak kader – kader yang berkulitas untuk kemajuan organisasi,” lanjut Deni.
Sementara itu, Zamzam Saeful Anwar selaku Ketua Pelaksana sekaligus Ketua Bidang Kader mengatakan bahwa pelaksanaan LIMNAS di awal periode ini, adalah langkah produktif untuk semakin menambah kuantitas Instruktur Madya yang kemudian diharapkan mampu menjawab beberapa persoalan Alumni DAM dan LID dalam konteks Jawa Barat.
“Salah satu target pelaksanaan LIM ini adalah pengembangan pola atau strategi pengkaderan. Alumni LIM diharapkan tidak hanya memahami sistem dan managemen pengkaderan DAM dan LID, tetapi juga mampu melakukan inovasi dan improvisasi dalam rangka pencapaian fase, muatan dan alur perkaderan agar lebih dinamis dengan hasil yang maksimal” Jelas Zamzam
Pelaksanaan LIM ini juga merupakan langkah awal dalam rangka menyiapkan kader madya sebagai lokomotif perkaderan menyongsong semilokda perkaderan yang akan dilaksanakan IMM JABAR untuk bersama-sama merumuskan Draft SOP Perkaderan JABAR.
“Dalam konteks ini perlu bagi kita untuk berfikir dinamis dan logis, bahwa kebutuhan mendasar perkaderan kita harus objektif dan otentik sesuai kondisi mahasiswa hari ini tanpa meninggalkan substansi sistem perkaderan ikatan,” ungkap Zamzam.
Master Of Training, Fatmawati mengatakan, terdapat 2 komponen dalam kaderisasi yg perlu di ketahui yaitu subjek (pelatih/instruktur) dan objek (kader yg akan dilatih/calon instruktur) Untuk menciptakan instruktur, maka antara subjek dan objek harus mampu disinergikan. Instruktur sebagai subjek dituntut untuk mampu menciptakan bibit unggul yang nantinya siap ditugaskan dimana saja dan kapan saja.
“Konsep kaderisasi yang dibuat dipersiapkan sesuai dengan tujuan kaderisasi itu. Selanjutnya, pendalaman karakter kader yang akan dilatih dianggap sebagai salah satu bacaan awal, pendalaman ini dilakukan melalui proses screening, tujuannya untuk mengetahui apa dan sejauh mana kemampuan objek yang akan dilatih tersebut,” ujar Fatma.
Memasuki proses kaderisasi, Kader sebagai objek yang dilatih, dibekali dengan skill, keterampilan, dan ilmu pengetahuan untuk mampu membuat konsep kaderisasi, tanpa meninggalkan nilai paling substantif dalam ikatan, yaitu nilai spiritual, intelektual dan humanitas. Ketiga hal inilah yg harus dikolaborasikan oleh mereka sebagai bekal dalam menjalankan visi misi sebagai agen kebaikan di masa yang akan datang.
“Kaderisasi, terutama LIM, harapannya tercipta generasi instruktur yang betul-betul amanah, siap dengan tugas dan tanggungjawabnya, siap mengarahkan ke jalan yang benar, yang paling penting siap menjadi tauladan baik dari segi perkataan dan perbuatannya. Tidak hanya mampu mentransfer ilmu, tapi juga transfer nilai kapan dan dimanapun mereka berada,” tutupnya.(Riz)