JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Lazismu Pusat menggelar acara Pelatihan dan Pendampingan Da’i Perkotaan dengan tajuk Pengembangan Cabang dan Ranting Muhammadiyah, di Mini Theather Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta, Jum’at (6/3).
Program Da’i Perkotaan ini bekerjasama dengan Lazismu Uhamka, LPP AIK Uhamka, MPM DKI Jakarta, dan LPCR DKI Jakarta. Rektor Uhamka, Prof Dr Gunawan Suryoputro, M. Hum, yang turut hadir dalam sambutannya, mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini. Meskipun sebagai kegiatan yang pertama, ia berharap semua mahasiswa Uhamka dapat mengikuti di lain waktu.
Kegiatan seperti ini, menurutnya berkenaan dengan kebijakan pendidikan yang sekarang akan diberlakukan oleh Kemendikbud di perguruan tinggi dapat memberikan nilai manfaat. Jika bisa berjalan perkembangan dakwah cabang dan ranting maka akan berdampak pada kegiatan pendidikan.
Gunawan mengatakan bahwa di Uhamka sendiri ada program keterampilan sertifikasi, yang bertalian dengan kebijakan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Isi dari SKPI adalah keterampilan yang melengkapi masa studi mahasiswa dengan kegiatan yang dapat meningkatkan keahliannya.
“Kegiatan softskill itu dapat dihitung sebagai sistem kredit semester (SKS) bila mahasiswa memilih sebagai tugas akhir. Sehingga tugas akhir itu bisa menjadi laporan tertulis yang berbeda dengan penelitian skripsi,” paparnya.
Misalnya mahasiswa FKIP bisa magang di sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagai wujud kegiatan dakwah. Ini sangat berdampak pada Muhammadiyah karena sudah ada instrumennya. Rektor Uhamka ini juga menambahkan, perlu ada keseimbangan antara pengetahuan dan kehalian (skill).
Untuk menjembataninya pendidikan karakter menjadi penting. Menurutnya, selain keimanan yang terpenting bagi mahasiswa tidak hanya pandai tapi mampu beradaptasi dan tidak mudah putus asa.
Dalam kesempatan yang sama, Dr Bunyamin, MPdI menyampaikan dua hal. Pertama, da’i memiliki pengertian yang luas. Karena itu, da’i sedapat mungkin mencari pisau bedah lain dalam berdakwah yang bisa menggunggah semangat orang lain.
Da’i dengan wawasan fikih dan ibadah sudah sangat banyak, karena itu mahasiswa sebagai generasi muda bisa berpartisipasi dalam program ini untuk mewujudkan kahliannya dalam bingkai keislaman.
Kedua, ini langkah terobosan bagi Lazismu dan LPP AIK, maka perlu disambut dengan strategi yang tepat. “Saya optimis program ini dapat berjalan dan mendapat dukungan,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua LPP AIK UHAMKA, Muhammad Dwi Fajri, mengatakan secara normatif bahwa dakwah tidak boleh berhenti, tanpa dakwah Islam tidak akan hidup. “Semua karena dakwah sepanjang menyampaikan syiar maka motifnya adalah dakwah dengan tersampaikannya nilai-nilai kebaikan.
Realitas cabang dan ranting di perkotaan dengan segala tantangannya perlu mendapat dukungan. “Seberat apapun tantangan dakwah umat islam harus siap menghadapi,” pungkasnya. Sinergi program ini dengan partisipasi mahasiswa sebagai generasi muda merupakan kekuatan dakwah. Maka perlu pemberdayaan sebagai bagian dari menghidupkan gerakan dakwah.
Manager Program Lazismu Pusat, Falhan Nian Akbar, mengatakan, da’i dalam perkembangan yang lebih modern, tidak sekedar memiliki kemampuan menjadi khotib, muadzin atau ceramah. Tapi da’i dengan kemampuan memberdayakan. Da’ i yang mampu melihat situasi objek dakwah yang dapat dinilai sebagai sumber informasi pemberdayaan.
Falhan menjelaskan, program Da’i Perkotaan kedepan semoga bisa dikolaborasikan dengan semua pihak sehingga dapat megintegrasikan dakwah dan pemberdayaan. “Nilai lebih dari program ini, Da’i selama pelatihan dan pendampingan mendapat wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana membuat program pemberdayaan,” tandasnya. (na)