YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Terkait dengan Pilkada serentak 2020 dan dinamika kehidupan kebangsaan, Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam konferensi persnya menyampaikan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan menyambut baik dan memberikan apresiasi kepada setiap proses demokrasi, khususnya untuk pilkada serentak 2020.
Pada fese setelah reformasi, pilkada serentak merupakan proses demokrasi untuk menghasilkan pimpinan daerah yang diharapkan dapat memberikan kemajuan bagi rakyat. Sekaligus menjadi penopang utama bagi tegaknya Indonesia sebagai negara yang maju, adil makmur dan berdaulat.
“Oleh sebab itu kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan pilkada serentak ini sebagai usaha kolektif kita untuk mewujudkan cita-cita nasional,” pesannya di Grha Suara Muhammadiyah, Jum’at, 6 Maret 2020.
Disamping itu, pilkada serentak juga harus menjadi tonggak baru bagi rakyat dalam merealisasikan cita-cita nasional di daerah masing-masing. Sehingga hal tersebut dapat menjadikan Indonesia mampu berkembang lebih pesat dari sebelumnya. Pilkada juga diharapkan bisa menghadirkan proses demokrasi yang membawa suasana damai, kondusif, menebarkan nilai-nilai kebaikan, dan juga semangat untuk hidup rukun dalam perbedaan.
“Prinsip gotong royong dan kebhinekaan ini tidak boleh sampai lepas dari semangat kita berdemokrasi,” ujarnya.
Haedar menambahkan, dalam proses Pilkada serentak agar menghindari politik demokrasi yang menghalalkan segala cara, seperti politik uang, melanggar hukum dan ketertiban sosial serta menyalahi prinsip-prinsip demokrasi. Agar pilkada serentak tidak mencederai demokrasi maka harus dijiwai dengan nilai Pancasila, yaitu kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan, perwakilan.
Proses demokrasi harus benar-benar berkualitas. Tidak memandang demokrasi hanya sebagai demokrasi prosedural. Karena itu juga, jangan sampai pilkada serentak melahirkan sisa-sisa politik dan kontestasi yang rusuh, adu domba, fitnah, menyebarkan berita bohong (hoax) dan hal-hal yang membawa kepada rusaknya keutuhan bangsa. “Bagi mereka yang nantinya memenangkan pilkada, maka kemenangan itu harus dijadikan amanah yang luhur. Serta tidak perlu mengadakan pesta kemenangan yang berlebihan. Bagi mereka yang kalah harus menerima kekalahan dengan jiwa besar. Karena dalam setiap permainan pasti ada yang menang dan kalah,” ungkapnya.
Terlalu mahal bagi bangsa Indonesia, ketika proses demokrasi berujung pada anarki dan proses-proses yang dapat meruntuhkan sendi kehidupan berbangsa serta bernegara. Bangsa ini mempunyai agenda besar tentang kesenjangan sosial. Selain itu, persoalan terkait ekstrimisme dalam segala dimensi juga harus dihadapi bersama. “Kemudian kita juga menghadapi persoalan yang menyangkut penggunaan sumber daya alam yang semestinya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Namun dalam prakteknya sering terjadi penyalahgunaan oleh kepentingan-kepentingan tertentu,” tutupnya.(diko)