Oleh: Fajar Junaedi
Relasi Muhammadiyah dan sepakbola di Indonesia telah menyejarah sejak era kolonial kala sepakbola mulai dikenalkan oleh bangsa Eropa. Ki Bagus Hadikusumo, yang di kemudian hari memegang berbagai posisi penting di Muhammadiyah, mewadahi kaum muda yang bermain sepak bola di alun-alun utara ke dalam sebuah klub bernama Kauman Voetbal Club (KVC). Satu langkah yang menunjukan ide berkemajuan Muhammadiyah dalam olahraga, saat organisasi ini baru berdiri lebih dari seratus tahun yang lalu. Pada perkembangannya, klub sepakbola yang berafiliasi dengan Muhammadiyah berdiri di berbagai kota dengan nama Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan (PSHW).
Satu abad kemudian, gagasan berkemajuan Muhammadiyah dalam olahraga ini menyedot perhatian publik. Adalah Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) yang membangkitkan wacana publik tentang relasi Muhammadiyah dan sepakbola. Langkah UMSurabaya menjadi sponsor klub Liga 1 asal kota Surabaya, Persebaya Surabaya menjadi buah bibir. Beberapa hari sebelum Liga 1 tahun 2020 digelar, kampus ini resmi menandatangani kerjasama sponsorship dengan Persebaya.
Artikel ini berusaha menyajikan model skema kolaborasi dan kontribusi Muhammadiyah dalam sepakbola Indonesia, sebagai bentuk implementasi dari dakwah kultural Muhammadiyah di ranah olahraga. Skema pertama kontribusi Muhammadiyah dalam sepakbola Indonesia adalah dengan menjadi sponsor finansial klub sepakbola yang berlaga di Liga 1, Liga 2 dan Liga 3. Model skema ini sebenarnya sudah dilakukan beberapa amal usaha Muhammadiyah, yang bisa menjadi benchmark bagi pengurus amal usaha lain.
Universitas Muhamamdiyah Malang (UMM) pernah menjadi sponsor Arema Malang di tahun 2000 dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pernah menjadi sponsor PSIM Yogyakarta di tahun 2017.
Menjadi sponsor secara finansial bukanlah program yang sia-sia. Dengan menjadi sponsor Persebaya, nama UMSurabaya terpasang di jersey pemain Persebaya. Dalam pertandingan yang disiarkan langsung di televisi, para penonton yang jumlahnya jutaan mendapat ekspos jenama kampus ini. Ketika foto pertandingan sepakbola yang melibatkan Persebaya diberitakan media, jenama UMSurabaya terekspos kepada publik.
Jersey resmi Persebaya yang dijual melalui jaringan Persebaya Store, yang sampai Maret 2020 jumlah Persebaya Store ada 17 toko di enam kota di Jawa Timur. Jenama UMSurabaya terekspos kepada para pengunjung di Persebaya Store. Demikian pula ketika para pendukung Persebaya mengenakan jersey klub kebanggaannya, jenama UMSurabaya terekspos kepada publik yang melihatnya.
Pemangku kebijakan di amal usaha, seperti di perguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah bisa menggunakan dana promosi untuk menjadi sponsor. Alih-alih hanya sekadar memasang baliho sebagai media sponsor, menjadi sponsor finansial seperti yang dilakukan oleh UMSurabaya adalah langkah yang lebih brilian secara marketing.
Skema kedua adalah dengan menjadi sponsor non finansial. Bantuan yang diberikan oleh amal usaha Muhammadiyah dalam skema ini adalah bukan dalam bentuk finansial, namun dalam bentuk pemberian fasilitas kepada klub. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) memberikan beasiswa kepada para pemain Persebaya untuk kuliah di kampus kebanggaan masyarakat Sidoarjo.
Koko Ari Araya, pemain muda yang kini menjadi bintang yang bersinar di Persebaya adalah mahasiswa Administrasi Publik UMSIDA.
Bersama para pemain muda Persebaya U 20 lainnya, Koko Ari Araya mendapatkan beasiswa yang menjadi bagian dari kerja sama UMSIDA dan Persebaya. Menempatkan para pemain muda dalam kelas khusus yang jadwalnya dibuat lebih fleksibel agar para pemain bisa berlatih dan bertanding bisa dilakukan.
Universitas ‘Asyiyah (UNISA) Yogyakarta melakukan kerjasama sponsor non finansial ini dengan memberikan fasilitas kesehatan, terutama fisioterapi, bagi para pemain PSS Sleman. UNISA juga bekerja sama dengan Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Sleman dalam penyediaan ambulans dan tenaga medis dalam kompetisi amatir yang digelar oleh Askab PSSI Sleman.
Apa yang dilakukan oleh UMSIDA dan UNISA ini bisa menjadi acuan bagi amal usaha yang lain. Kampus, sekolah dan rumah sakit bisa mengikuti langkah UMSIDA dan UNISA dengan penyediaan beasiswa, fasilitas lapangan untuk berlatih, fasilitas kesehatan dan sebagainya. Logo kampus, sekolah dan rumah sakit bisa terpasang di jersey dan ad board yang berada di pinggir lapangan. Selain sebagai promosi, langkah ini juga menjadi metode efektif dalam membangun community relations, karena klub sepakbola dan kompetisi sepakbola amatir di setiap kota selalu menarik minat publik.
Skema ketiga adalah dengan memiliki klub sepakbola yang terjun dalam kompetisi resmi. Muhammadiyah adalah organisasi yang sangat taat pada konstitusi sepakbola dan football family. Klub-klub yang terafiliasi dengan Muhammadiyah terjun di kompetisi resmi PSSI, seperti PS HW Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PS HW UMY) dan UAD FC yang berlaga di Liga 3. Yang terbaru adalah PS HW Jawa Timur yang diakuisisi oleh Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur dari Semeru FC yang berlaga di Liga 2.
Liga HW yang digelar untuk menyambut Muktamar Muhammadiyah 2020 bisa menjadi ajang penyiapan klub-klub yang terafiliasi dengan Muhammadiyah untuk berlaga di Liga 3. Demikian pula, unit kegiatan sepakbola yang ada di kampus bisa didorong untuk terjun ke Liga 3 dengan menggunakan nama kampus. Di satu sisi akan menambah jam terbang para pemain, di sisi yang lain bisa menjadi media promosi kampus.
Secara fasiilitas, meskipun berlaga di Liga 3, klub Muhammadiyah memiliki beberapa fasilitas yang tidak dimiliki klub Liga 1 dan Liga 2. PS HW UMY misalnya memiliki lapangan latihan yang cukup representatif di dalam kampus. Sementara, klub-klub lain di berbagai tingkat kompetisi kesulitan mendapatkan lapangan untuk berlatih.
Dr Fajar Junaedi, MSi dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, periset budaya sepakbola