Gerakan Masif Terintegrasi Muhammadiyah Hadapi Covid-19

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Berkaitan dangan pelayanan pasien Covid-19 oleh Rumah Sakit Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan konferensi pers yang disampaikan langsung oleh dr. Corona Rintawan Ketua Tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center

Corona Rintawan menyampaikan, latar belakang dari wabah virus Covid-19 berasal dari China dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Pada tanggal 9 Maret 2020 telah diumumkan secara resmi oleh dr Ahmad Yurianto Juru Bicara Indonesia untuk Covid-19 bahwa terjadi peningkatan eskalasi di Indonesia. Muhammadiyah telah melakukan sosialisasi penanganan secara masif sejak awal terjadinya wabah. Maka dibentuklah satu tim khusus yang terintegrasi dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mengawasi dan menjalankan, serta menjadi pusat komando dalam hal penanganan wabah virus Corona.

Konteks Muhammadiyah dalam menghadapi Covid-19 adalah pencegahan, deteksi dini, dan tata laksana awal. Muhammadiyah mengintruksikan kepada seluruh amal usahanya untuk menjadi satu gerakan masif dan terintegrasi. Ada dua program yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Pertama, program Safari Covid-19. Safari adalah singkatan dari Sadar Faktor Resiko Covid-19. Terinspirasi dari dua pasien yang positif terjangkit virus Corona. Dengan ini Muhammadiyah mendorong masyarakat untuk aktif mencari tahu apakah dirinya memiliki faktor resiko untuk menularkan virus tersebut.

Kedua, Program Gemes COVID-19, yaitu gerakan memberi masker. Gerakan ini dilakukan untuk mencegah menularnya Covid-19 dari orang yang positif terjangkit. Gerakan ini bertujuan menyadarkan masyarakat untuk tidak berlaku egois kepada saudaranya. “Maka orang yang sehat dan memiliki masker kami dorong untuk menyedekahkan maskernya kepada yang sakit,” ujar Dokter RS Muhammadiyah Lamongan tersebut.

Dalam bidang kesehatan, Muhammadiyah mendorong kesiapan seluruh Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk mendukung layanan kesehatan pemerintah. Salah satunya dalam hal tata laksana awal. “Kita tahu bahwa Rumah Sakit milik pemerintah juga memiliki keterbatasan, maka kita dorong Rumah Sakit Muhamadiyah dan Aisyiyah yang berjumlah 20 untuk menyiapkan sarana dan fasilitas yang memadai,” ungkapnya.

Di akhir paparan ia mengatakan, Muhammadiyah mendorong pemerintah untuk selalu terbuka dalam hal informasi, serta memberikan kesempatan kepada lembaga swadaya masyarakat untuk ikut berperan. (diko)

Exit mobile version