BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Barat Periode 2020-2024 resmi dilantik. Estafet kepemimpinan dari Iu Rusliana diserahkah kepada Reza Arfah sebagai Ketua PWPM Jawa Barat.
Prosesi pelantikan turut dihadiri berbagai tokoh masyarakat dan pemuda serta Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dzulfikar Ahmad Tawwala di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Sabtu (7/3).
Ketua PWPM Jawa Barat Reza Arfah mengungkapkan dalam kesempatan yang bersejarah tersebut meluncurkan buku Manifesto Pemuda Berkemajuan: Moderat, Berdikari, Kolaborasi. “Ada hikmah di balik diri saya memberanikan diri untuk menulis buku pertama dengan momentum terpilih sebagai ketua PWPM,” ungkapnya.
Reza ingin menunjukkan bahwa Pemuda Muhammadiyah yang selama ini identik dengan aktifitas politik kebangsaan, tidak melupakan aktifitas intelektual yang merupakan pondasi penting gerakan.
Menurutnya pendapat di kalangan angkatan Muhammadiyah bahwa IPM fokus pada ideologisasi, IMM fokus pada intelektual dan Pemuda Muhammadiyah fokus pada dunia politik kebangsaan. Hadirnya buku ini menjadi bukti bahwa Pemuda Muhammadiyah juga tak melupakan gerakan intelektual.
“Saya menyadari bahwa anak muda adalah asset bangsa yang sangat strategis namun kurang diperhatikan. Bahkan anak muda masih banyak dianggap sebelah mata. Bagi saya, pemuda yang berkemajuan bisa memajukan peradaban bangsa ini,” imbuh Reza.
Ada tiga ciri pemuda berkemajuan yang Reza rumuskan, yaitu moderat, berdikari dan kolaborasi.
Manifesto pemuda berkemajuan. Moderat, menjelaskan tentang realitas pemuda masa kini yang berbeda dengan sebelumnya. Pemuda masa kini punya harapan dan tantangannya tersendiri. Jangan terlalu suka romantisme berlebihan terhadap sejarah keemasan gerakan pemuda.
Reza mencoba menekankan bahwa pemuda adalah aktor utama perubahan dan kita harus menjadi pemuda berkemajuan. Pandangan tentang ideologi moderasi dan sikap moderat sebagai pilar ideologis pemuda berkemajuan.
Mengutip Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi tentang hakikat moderasi. Kemudian dijelaskan juga tentang ancaman ektremisme yang dihadapi Negara Indonesia.
Setelah memahami moderasi dan ancaman ekstremisme, pemuda harus mampu menguraikan radikalisme secara komprehensif. Kemudian mencoba mengklarifikasi mengenai kesalahfahaman yang terjadi pada sikap moderat.
“Saya tegaskan bahwa moderasi adalah modal persatuan nasional dan pemuda harus berperan dalam mengatasi radikalisme dan ekstrimisme,” tandas Reza.
Berdikari, merupakan jati diri pemuda. Untuk menjadi berdikari maka kita harus amini bersama dan tekankan pentingnya pemberdayaan pemuda.
Pemuda yang berdikari akan lebih independen dalam aktifitas politik kebangsaan. Namun masih banyak pemuda yang bermental ketergantungan dengan orang lain, maka perlu dibangun mentalitas berdikari di kalangan pemuda.
Pemuda juga harus bisa menghadapi era disrupsi dan revolusi industri 4.0. Saya juga menekankan pentingnya kecerdasan finansial di kalangan pemuda.
Kolaborasi dalam aksi mewujudkan pemuda berkemajuan. Sangat penting kolaborasi dalam mewujudkan visi organisasi. Kemudian saya tegaskan bahwa pemikiran terbuka (bersikap inklusif) dan menerima perbedaan merupakan prasyarat untuk bisa berkolaborasi dengan siapapun.
Berkolaborasi artinya kita mesti pandai membuat jejaring dan membuka ruang sinergi, tentunya sinergi menjadi Mitra Pemerintah. Juga Tak lupa untuk bisa kolaborasi kedalam internal organisasi.
Karena itu pemuda tetap harus membuat tim yang solid dalam organisasi. “Muara dari kolaborasi mesti ditindaklanjuti dengan aksi bersama melakukan perubahan,” pungkas Reza. (Riz)