Ta’awun Adalah Jiwa Muhammadiyah

Drs HA Dahlan Rais MHum

Jiwa Muhammadiyah adalah ta’awun ala birri wattaqwa. Yaitu, dalam hal ini PTM yang relatif kuat diharapkan bisa menyisihkan sebagain dari dana penelitiannya untuk dijadikan stimulan atau dorongan bagi PTM lain untuk bisa bergairah dalam meningkatkan penelitian mereka.

Jadi kita harus memperkuat internal kita dengan saling memberi dorongan bagi yang lainnya, dan juga menambah dorongan dari pihak luar persyarikatan. Ditambah lagi dengan support yang diberikan oleh Lazismu melalui dana beasiswanya untuk persiapan pendidikan para kader-kader persyarikatan.

Karena banyak pertanyaan yang saya dengar dari para aktivis persyarikatan yang menanyakan apakah Muhammadiyah tidak memberikan beasiswa bagi kader atau aktivisnya?. Semoga di tahun berikutnya dapat terkumpul target dana yang lebih besar lagi untuk bisa disalurkan untuk peningkatan kualitas akademik kader-kader persyarikatan.

Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke dua negara maju di Asia yaitu Korea dan Jepang. Di Korea kami mengunjungi 2 perguruan tinggi yaitu Korea University dan Kyungdong University. Sedangkan di Jepang kami mengunjungi NARA Institute of Science and Technology (NAIST).

Korea University, termasuk the big three di Korea. Kami dibawa dengan mobil listrik untuk menjelajahi kampus dan mereka memberitahukan bahwa sebagian besar bangunan gedung bahkan beserta isinya berasal dari alumni, lewat atau oleh alumni. Barangkali mendekati 80 persen betul-betul berasal dari tempat alumni itu bekerja. Kalau mereka memegang jabatan-jabatan penting di perusahaan raksasa, maka alumni tadi bisa menyalurkan dana untuk almamaternya.

Pelajaran yang saya petik dari sini adalah bagaimana kita memaksimalkan peran alumni dengan menanamkan jiwa ta’awun untuk pengembangan perguruan tinggi Muhammadiyah. Melihat dari pengalaman dari Korea University ini, kita pantas mengambil pelajaran. Ketika kami ditunjukkan kesuksesan alumni mereka, maka saya menganggap pantas, karena mereka ada di pemerintahan, baik dari sektor bisnis hingga swasta.

Kyungdong University tempat kunjungan kedua di Korea. Pimpinan Pusat Muhammadiyah melakukan MoU dengan Kyungdong University. Yang unik dari perguruan tinggi ini adalah mereka juga menyiapkan lapangan pekerjaan untuk para lulusannya.

NARA Institute of Science and Technology (NAIST), yaitu perguruan tinggi penyumbang penelitian terbesar di Jepang. Yang unik adalah mereka hanya mempunyai graduate program dengan 3 departemen. Penelitian yang dilakukan di NAIST ini adalah penelitian yang betul-betul bermanfaat. Bukan hanya sekadar untuk mencari kenaikan pangkat saja, tidak ada hal semacm itu di sana, dari minuman, makanan, obat sampai yang kita gunakan sehari-hari seperti handphone, sebagiannya adalah hasil penelitian dari NAIST.

Jadi sekarang kalau kita pergi ke supermarket atau ke mall, lalu banyak makanan yang tersaji sebagian besar penelitian dilakukan di NAIST. NAIST adalah sebuah kampus yang besar dengan mahasiswa yang hanya 1007, sekitar 700 mahasiswa program magister dan sisanya adalah doktor. Jadi riset yang mereka lakukan adalah yang menyentuh secara langsung dengan perkembangan-perkembangan yang sifatnya untuk keilmuan itu sendiri seperti teknologi ataupun yang di luar itu.

Pukul setengah 6 pagi kami sudah melihat mereka memulai kegiatan risetnya. Namun ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu apa mereka berangkat pagi ataukah mereka belum pulang sejak kemarin. Jadi mereka semalam suntuk bekerja.

Semangat Al-Maun yang kita miliki sangatlah bagus. Namun teologi Al-Ashr tidak boleh kita tinggalkan. Kalau kita berjalan saja pasti kita akan tertinggal. Kerja keras di negara-negara maju itu, bermakna bahwa kita harus berlari secepat mungkin. Kultur kita yang barangkali karena waktu bagi bangsa Indonesia mungkin dimaknai sebagai yang ‘berjalan’ sedangkan mereka di negara-negara maju mengatakan bahwa waktu itu ‘berlari’ bahkan ‘terbang’. Oleh karena itu, ketertinggalan kita harus kita kejar dengan sungguh-sungguh ketertinggalan ini. (thari)

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 23 Tahun 2018

Exit mobile version