Mengajarkan Kebaikan, Semesta Mendo’akan
Oleh: Ruslan Fariadi, SAg, MSi
Dalam Islam, terdapat amalan dan ibadah tertentu yang dapat mendatangkan keridhaan dan do’a para Malaikat. Amalan dan perbuatan tertentu tersebut di samping berdimensi vertikal namun juga berdimensi horizontal. Secara vertikal, perbuatan tersebut merupakan ibadah yang mendapatkan ganjaran pahala karena termasuk bagian dari amal shalih. Sedangkan secara horizontal, amalan tersebut dapat mendatangkan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Di antara amalan yang mendapatkan do’a dari para malaikat adalah mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّنْعَانِيُّ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ جَمِيلٍ حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ. (رواه الترميذي)
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul A’la Ash–Shan’ani telah menceritakan kepada kami Salamah bin Raja` telah menceritakan kepada kami Al–Walid bin Jamil telah menceritakan kepada kami Al–Qashim Abu Abdurrahman dari Abu Umamah Al–Bahili ia berkata; “Dua orang disebutkan di sisi Rasulullah saw. salah seorang adalah ahli ibadah dan yang lain seorang yang berilmu, kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti keutamaanku dari orang yang paling rendah di antara kalian, ” kemudian beliau melanjutkan sabdanya: “Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam kitab Sunan-nya, pada bab Ma Ja’a fi fadhli al-fiqhi ‘ala al-‘Ibadah, nomor 2.609. Jika dilihat dari aspek sanadnya, hadits ini termasuk kategori hadits dha’if, karena di dalam sanadnya terdapat dua orang rawi yang lemah, yaitu; pertama, Al-Walid bin Jamil bin Qais (generasi tabi’in) yang dikomentari oleh Abu Zur’ah dengan layyinul hadits (haditsnya lemah), Ibnu Hajar mengomentarinya shaduq yukhti’u (jujur namun terdapat kesalahan), sedangkan Ibnu Hibban menggolongkannya dalam rawi yang tsiqah.
Kedua, Salamah bin Raja’ dari kalangan generasi Tabi’ut Tabi’in, dikomentari oleh Yahya bin Ma’in dengan komentar “Laisa bi sya’in” (tidak ada sesuatu) dan Imam An-Nasa’i mengomentarinya dha’if (lemah), sekalipun ada juga imam ahli hadits yang menilai beliau dengan penilaian yang positif seperti shaduq (jujur) dan tsiqah sebagaimana penilaian Abu Zur’ah, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, dan Ibnu Hibban.
Sedangkan Imam At-Tirmidzi ketika meriwayatkan hadits tersebut, beliau mengomentari (menilai)-nya sebagai hadits Hasan Shahih. Istilah Hasan-Shahih sebagaimana yang disebutkan oleh Imam At-Tirmidzi tersebut dapat dimaknai sebagai; hadits yang jika ditinjau dari sanadnya termasuk hasan, sedangkan dari matannya tergolong shahih. Penilaian Imam At-Tirmidzi sangat beralasan, karena hadits yang diriwayatkannya tersebut sekalipun di dalam sanadnya terdapat rawi yang bermasalah, namun permasalahannya cukup ringan dan tidak terkait dengan kedustaan dan problem keagamaan (diyanah). Terlebih lagi rawi yang dicacatkan tersebut ternyata dinilai kuat (tsiqah) oleh sebagian ulama’ lainnya.
Pada sisi lain, hadits yang beliau riwayatkan tersebut juga diriwayatkan oleh jalur lain dari sahabat yang berbeda, yaitu Makhul sebagaimana hadits yang diriwayat Imam Ad-Darimi dalam kitab Sunan-nya pada bab Al-‘ilmu al-khasyatu wa taqwallahi (Ilmu adalah takut dan takwa kepada Allah), nomor 291. Selain itu, terdapat pula hadits-hadits lain yang cukup banyak yang berbicara tentang keutamaan orang yang berilmu dan mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Bahkan, Imam Ahmad meriwayatkan hadits yang isinya bahwa orang yang mengajarkan kebaikan seperti Mujahid fi Sabilillah, sebagaimana terdapat dalam kitab Musnad-nya pada bab Musnad Abi Hurairah radhiyallahu ‘aanhu, nomor 10.394. Dengan demikian, hadits yang berbicara tentang keutamaan orang yang mengajarkan kebaikan akan mendapatkan do’a dari malaikat sebagaimana diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Imam Ad-Darimi serta imam ahli hadits lainnya dapat dijadikan hujah, karena antara satu dengan yang lainnya saling menguatkan.
Adapun isi kandungan dari hadits tersebut adalah; pertama, orang alim (berilmu) memiliki keutamaan dibandingkan dengan ahli ibadah yang tidak berilmu. Kedua, sesungguhnya, Allah, para Malaikat, dan penduduk langit serta bumi mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Ruslan Fariadi, S.Ag., M.Si, Dosen PUTM, dan saat ini masih mengajar di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 1 Tahun 2017 dengan judul Mengajarkan Kebaikan kepada Orang Lain