Muhammadiyah Kamboja, Semangat Dakwah Tanpa Henti

Muhammadiyah Kamboja, Semangat Dakwah Tanpa Henti

Muhammadiyah Education Training Center (METC)

Siang itu anak laki-laki dan perempuan terlihat duduk berjajar rapi. Di sebuah ruangan yang tanpa kursi dan meja, dengan seksama mereka mengamati anak sebayanya sedang mempraktikkan tata cara wudlu menggunakan sebotol air mineral. Tidak ada gambar ataupun hiasan mencolok di ruangan yang cukup besar itu. Hanya ada tulisan ‘Markaz Al-Muhammadiyah’ yang telah usang dari slinger atau pita warna-warni yang dipasang di salah satu sisi tembok di ruangan.

Ruangan sederhana inilah yang sehari-hari digunakan oleh para santri di Muhammadiyah Education Training Center (METC) atau Pusat Pelatihan dan Pendidikan Muhammadiyah milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kamboja. Sehari-harinya mereka menimba ilmu agama di madrasah yang telah berdiri sejak tahun 2013 ini. sedangkan paginya, mereka tetap bersekolah di sekolah umum.

Meskipun secara struktural bukanlah bagian dari persyarikatan Muhammadiyah di Indonesia, Muhammadiyah Kamboja merupakan organisasi saudara (sister organization) Muhammadiyah yang kurang lebih memiliki misi dan program dakwah yang serupa khususnya di bidang sosial keagamaan juga pendidikan.

Di bidang pendidikan, Muhammadiyah Kamboja merintis METC sebagai penguatan keagamaan bagi generasi muda setempat. Di tengah segala keterbatasan yang dimiliki baik secara finansial ataupun sumberdaya manusia, Muhammadiyah Kamboja terus memastikan seluruh kegiatan dakwah yang telah dirancangnya berjalan, baik di ranah sosial-keagamaan, ekonomi juga pendidikan.

Ustadz Abdullah Mahmud, Ketua Muhammadiyah Kamboja, menceritakan bahwa Muhammadiyah Kamboja berdiri sejak tahun 2009 atas dorongan dari salah satu tokoh dan pendakwah yaitu (Alm) Ustadz Abdul Wahab yang berasal dari Kulim Kedah, Malaysia bersama rekanrekan yang berasal dari Thailand serta Malaysia. Di masa kepemimpinan Din Syamsuddin, Abdul Wahab diberikan SK sebagai pengelola Muhammadiyah Internasional. Sejak itu pula, ia merintis Muhammadiyah di sejumlah negara di Asia Tenggara. Di antaranya Thailand, Kamboja, dan Laos.

METC sendiri berada di Kompleks Muhammadiyah Kamboja di Provonsi Tbong Khmum, Kamboja. Lokasi ini berada di dataran rendah tengah Sungai Mekong. Di sebelah Barat, berbatasan langsung dengan Kampong Cham, Kratie di Utara, Prey Veng di Selatan, dan Vietnam di sebelah Timur.

Santunan fakir miskin Dok Muhammadiyah Kamboja

“Kurang lebih ada 170 anak-anak yang belajar di sini,” tutur Abdullah Mahmud saat dihubungi melalui WhatsApp. Di sana, anak-anak yang sebagian besar berusia 6 hingga 16 tahun tersebut disibukkan dengan berbagai kegiatan. Selain diajari ilmu agama, mereka juga mempelajari bahasa Inggris dan Champa (bahasa setempat).

Ke depan, Abdullah Mahmud mengatakan, Muhammadiyah Kamboja ingin mendirikan asrama untuk para santri METC. Menurutnya, dengan keberadaan asrama untuk para santri ini, proses pendidikan serta pengajaran akan berjalan lebih optimal.

“Anak-anak belum tinggal di asrama, Muhammadiyah Kamboja belum punya asrama untuk para pelajar. Insya Allah, kita akan berusaha mencari dana untuk membangun asrama. Dengan berasrama akan bertambah kemajuan anak-anak kita,” lanjutnya.

Dengan keberadaan METC, Abdullah Mahmud menerangkan bahwa Muhammadiyah Kamboja saat ini memiliki 8 tenaga pengajar di pusat yang terletak di Tbong Khmum, dan 6 lainnya di Rattanakiri. Berbeda dengan Tbong Khmum, di Rattanakiri sendiri, Muhammadiyah Kamboja melakukan dakwah di tempat yang notabene merupakan wilayah mayoritas non-muslim. Sebagai capaiannya, saat ini, jelas Abdullah Mahmud, ada 380 keluarga yang telah memeluk Islam di Rattanakiri.

“6 orang guru bersama dengan orang asli Rattanakiri juga keluarga mereka melakukan dakwah di wilayah mayoritas non-Muslim. Kegiatan dakwahnya antara lain mengajar bekerjasama dengan pihak Jamiyah Al-Islah juga mengajak anak-anak mereka untuk belajar di pusat pendidikan Muhammadiyah di Tbong Khmum. Kita masih perlu bantuan guru untuk dakwah di kawasan itu,” terang Abdullah Mahmud.

Memang, di Kamboja sendiri, sebagai minoritas, masyarakat Muslim kurang lebih hanya berkisar 6% dari total penduduk Kamboja

Mereka bermukim di wilayahwilayah pedalaman Kamboja dengan mengandalkan mata pencaharian sebagai nelayan juga petani. Berdasarkan data yang didapatkan dari Cambodia Muslim Media Center (CMMC) Pemukiman mereka terkonsentrasikan di sepanjang sungai Mekong di 6 daerah, di antaranya Kampong Cham, Kamprot, Pursat, Battambang, dan Kandal. Kurang lebih ada 454 desa pemukiman Muslim di seluruh penjuru Kamboja.

Walaupun usianya belum genap 1 dekade, Muhammadiyah Kamboja tidak berhenti hanya mengandalkan dana donatur untuk membiayai kegiatan dakwahnya saat ini. Mewujudkan kemandiriannya, Muhammadiyah Kamboja telah merintis usaha ekonomi berupa penyulingan air yang diolah menjadi mineral kemasan. Meski saat ini masih tertatih dalam mengembangkan usaha tersebut, namun usaha penyulingan air ini potensial untuk dijalankan melihat problem sulitnya mendapatkan air bersih di kawasan tersebut. Ditanya hasil dari penjualan per bulannya, Abdullah Mahmud mengatakan bahwa saat ini pendapatan yang mengalir masih belum stabil.

“Hasilnya masih tidak tentu, terkadang ada untung per bulannya, ada juga yang tidak karena kita baru merintis dan pemasaran kita belum luas. Insya Allah, dari penghasilan itu 30 persennya kita gunakan untuk membiayai sekolah anak-anak,” terangnya.

Selain METC yang menjadi sarana pengembangan pendidikan dan penyulingan air yang turut memberikan support bagi berbagai program dakwahnya, Muhammadiyah Kamboja juga aktif menghimpun serta menyalurkan bantuan shodaqoh bagi fakir miskin juga anak yatim. Di antaranya melakukan penyaluran shodaqoh yang menggandeng donatur, juga menggelar Qurban Bersama di berbagai daerah.

“Anak-anak dhuafa semua kita berikan free tidak perlu membayar iuran sekolah,” tukas Abdullah Mahmud.

Beberapa waktu lalu, Muhammadiyah Kamboja mendapatkan bantuan berupa tiga ruangan kelas dari Saudi Arabia, dua ruang dari Kuwait, tiga ruang kantor dan 6 ruang MCK yang berasal dari Asian Muslim Charity Foundation (AMCF) Indonesia. Bantuan serta pembinaan usaha penyulingan air bersih dan pengolahan air mineral serta kendaraan mini bus dari Malaysia, dan tanah wakaf seluas 2.442 hektar dari Malaysia dan Singapura.

Abdullah Mahmud mengharapkan Muhammadiyah yang ada di Indonesia mampu berbagi pengalaman dan memberikan bantuan untuk meningkatkan kualitas tenaga pengajar Muhammadiyah Kamboja. Saat ini, Muhammadiyah Kamboja menginginkan mewujudkan keberadaan Pusat Pelatihan Bahasa Arab juga sekolah tinggi. Ia berharap anak-anak yang belajar di METC bisa melanjutkan pendidikan ke Indonesia khususnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Sehingga nantinya sekembalinya ke negara asalnya, dapat membawa pengalaman untuk membangun Muhammadiyah di Kamboja.

“Guru Kita masih kurang pengalaman. Muhammadiyah Kamboja mau membuka markaz bahasa Arab. Nantinya kami bisa mengantarkan anakanak ke Muhammadiyah pusat di Indonesia. Kita perlu sekolah tinggi, namun kami belum mampu. Kami harap Muhammadiyah di Jakarta bisa mengajari dan berbagi pengalaman agar bertambah kemajuan kami. Kami menunggu kedatangan Muhammadiyah Jakarta ke Kamboja,” tandas Abdullah. (Th)

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 16 Tahun 2017

Exit mobile version