M Muchlas Abror
Nabi Muhammad saw lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Beliau adalah nabi terakhir dan rasul penutup (Qs. Al-Ahzab [33]: 40). Karena itu, kita memahami kalau umat Islam, pada setiap bulan Rabi’ul Awwal, memeringati hari kelahiran beliau. Demikian pula dalam bulan Rabi’ul Awwal tahun ini. Bahkan di Indonesia, tanggal 12 Rabi’ul Awwal setiap tahun, sebagai hari libur resmi.
Nabi Muhammad saw kehadirannya untuk memberi dan menjadi teladan utama (Qs Al-Ahzab [33]: 21) antara lain dalam hal suka bekerja dan berusaha. Beliau mempunyai pengalaman sebagai pedagang untuk mengembangkan usaha perdagangan milik Khadijah. Apa yang beliau lakukan dengan tekad kuatnya dalam memegang amanah dan kejujuran disertai kerja keras itu berhasil. Usaha perdagangannya mengalami kemajuan dari waktu ke waktu. Layak beliau mendapatkan gelar dari masyarakat sebagai al-Amin (dapat dipercaya, amanah). Akhirnya, janda kaya itu tertarik dan menjadi isteri beliau yang setia dan beliau pun sangat menyintainya. Isterinya itu sangat membantu dan membiayai dakwah beliau. Sehingga, Islam pun kemudian tersiar. Meskipun banyak hambatan, rintangan, dan halangan.
Setiap Muslim, menurut kadar dan kemampuan masing-masing, berkewajiban untuk menyiarkan Islam kepada siapa pun. Akhirnya, sampai dan masuklah Islam ke Indonesia secara damai. Islam pun kemudian cepat berkembang. Pembawa Islam pertama masuk ke Indonesia, menurut riwayat, adalah orang-orang Arab, orang-orang Gujarat (India), dan orang-orang Cina. Kebanyakan mereka itu pedagang atau saudagar. Mereka pun banyak pula yang menjadi muballigh. Selanjutnya, penyiaran Islam dilakukan oleh orang-orang Islam dari Indonesia sendiri. Setelah mereka masuk dan memahami Islam.
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, adalah saudagar batik di samping seorang alim dan da’i atau muballigh. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah dan tajdid. Pada masa awal, warga Muhammadiyah memang banyak dari kalangan saudagar. Mereka menjadi penggerak yang berfungsi ganda. Selain sebagai saudagar, juga sebagai muballigh. Beliau memberi keteladanan dan mendidik kepada para muridnya untuk menjadi manusia yang mandiri secara ekonomi dan mampu membiayai organisasinya. Beliau menegaskan keutamaan bershadaqah dan mendorong mereka untuk gemar berinfak. Berwatak dermawan, tidak kikir. Allah memuliakan siapa yang berbuat seperti itu dan memberi ganti sesuatu yang lebih baik.
Islam ajaran-ajarannya sangat mengapresiasi kerja, menciptakan penghasilan. Kepada umatnya, Islam mewajibkan untuk menjauhi usaha-usaha yang tidak halal. Bahkan, mendorong pada kemandirian kerja dalam berbagai bidang antara lain bidang perdagangan atau perniagaaan. Kerja itu, pastilah membuahkan berkah. Sebab, Allah memberkahi kerja mandiri. Kerja dengan sungguh-sungguh, kerja keras, bersemangat, dan mengucurkan keringat. Nah, kerja seperti itu merupakan jalan untuk menjaga kehormatan dan kemandirian.
Muhammadiyah di antara warganya pasti ada yang menjadi saudagar. Hanya mereka masih bertebaran atau berserakan. Belum didata dan dikoordinasi secara baik. Setelah Muktamar ke-47 terasa ada kesadaran baru bahwa saudagar Muhammadiyah harus bergerak dan berjamaah dalam membangun etos dan praksis ta’awun warga. “Muhammadiyah bertekad mencetak para pengusaha Muslim yang unggul dan bisa mengangkat harkat dan martabat umat Islam”, kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr H Haedar Nashir, MSi, pada pembukaan pertemuan Saudagar Muhammadiyah yang diselengggarakan oleh Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah, di Surabaya, tanggal 11 – 13 Desember yang lalu.
Melalui pertemuan tersebut, Muhammadiyah berhasil menyatukan potensi para kadernya yang berkiprah sebagai pengusaha dalam sebuah wadah yang disebut Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM). Diharapkan JSM dapat berperan serta dalam membangun perekonomian bangsa dan umat Islam di Indonesia. Selain menyambut baik hasil itu, kita juga sependapat dengan Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah, Mohammad Nadjikh. Ia berharap agar JPS dapat membangkitkan kembali antusiasme pengusaha untuk mewujudkan gerakan ekonomi Muhammadiyah. Semoga harapan itu menjadi kenyataan.
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 1 Tahun 2016