Kisah di Balik Wuhan Lockdown

Kisah di Balik Wuhan Lockdown

Sinopsis Film The Lockdown

Sejak awal tahun 2020 hingga saat ini, dunia seolah diburu dengan sebuah virus yang telah menelan ribuan juta jiwa meninggal di seluruh dunia. Masyarakat panik menghadapi wabah yang sudah menyebar ke banyak negara ini. Corona Virus Disease 2019 disingkat Covid-19, yang sebelumnya bernama 2019-nCoV, ialah virus Corona jenis baru sekeluarga dengan SARS dan MERS yang juga merupakan virus Corona. Virus ini menyerang saluran pernapasan. Usut punya usut, virus ini berasal dari hewan yang kemudian melakukan transmisi ke tubuh manusia. Kemudian bertransmisi dari manusia ke manusia lainnya. Virus Corona jenis baru ini memang memiliki tingkat risiko kematian yang rendah dibanding SARS, hanya saja penyebarannya sangat cepat.

Adanya virus ini diketahui pertama kali di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, sekitar akhir tahun 2019. Hingga masuk awal tahun 2020, virus ini dengan cepat menular ke puluhan bahkan ratusan orang hingga pemerintah Wuhan memutuskan untuk menghentikan aktivitas transportasi umum.

Tentang kisah Wuhan dan Covid-19 ini terekam dalam film dokumenter berjudul The Lockdown: One Month in Wuhan yang digarap oleh media multi bahasa asal China yaitu China Global Television Network atau biasa disebut CTGN.

Film dokumenter dengan durasi 33 menit ini mengisahkan tentang bagaimana kondisi 1 bulan Wuhan setelah diberlakukan lockdown oleh pemerintah akibat wabah virus corona. Tentang bagaimana dampak dari Covid-19 ternyata sangat signifikan mempengaruhi mobilitas masyarakat Wuhan.

23 Januari 2020, tepat jam 10 pagi dan dua hari sebelum perayaan Imlek atau Tahun Baru China, Wuhan terpaksa harus menutup diri dan menghentikan segala aktivitas transportasi umum. Hal ini dilakukan untuk mencegah virus corona 2019 yang mematikan menyebar ke seluruh negara bahkan menyebar secara masif ke negara lain. Penutupan sarana transportasi ini mengakibatkan sebagian masyarakat Wuhan kesulitan untuk kembali ke rumahnya, bahkan sampai menginap di area parkir bawah tanah. Kebetulan hari itu Wuhan sedang diguyur hujan, sehingga mereka kesulitan untuk segera mencapai rumah.

Dampak Covid-19 tidak hanya pada penutupan sarana transportasi, cepatnya penyebaran virus ini membuat pasien yang positif terinfeksi Covid-19 terus meningkat hingga memenuhi kamar-kamar di seluruh rumah sakit Wuhan. Masyarakat yang belum positif terjangkit ikut panik hingga memadati rumah sakit, mengantre panjang demi mendapat giliran untuk memeriksakan diri, memastikan apakah mereka baik-baik saja.

Para dokter dan perawat terus bekerja dan berupaya melayani masyarakat bahkan harus menerima risiko kelelahan. Covid-19 yang penyebarannya sangat mudah bahkan bertransmisi dari manusia ke manusia, sangat niscaya akan menular juga ke tubuh para tenaga kesehatan di rumah sakit yang menampung pasien positif Covid-19.

Zhao Zhigang, dokter salah satu rumah sakit di Wuhan, merupakan dokter pertama yang menangani pasien dengan kasus terinfeksi Covid-19. Di tengah upayanya membantu penyembuhan pasien Covid-19, malangnya ia kemudian positif terinfeksi virus corona 2019 ini. “Saya mulai kedinginan dan merasa lelah. Saya memeriksa suhu tubuh saya – 37,5 derajat Celsius, saya dikutuk” ujarnya. Partner kerja dokter Zhao, seperti asisten dokter dan juga perawat, mulai menunjukkan gejala-gejala terinfeksi virus. Hal ini menyebabkan ketersediaan paramedis di Wuhan menipis.

Tidak hanya ketersediaan paramedis, Wuhan juga kekurangan ranjang untuk pasien dan ruang isolasi. Sehingga untuk mengatasi ini pemerintah membangun rumah sakit dengan cepat dan menyediakan ribuan tambahan ranjang untuk pasien. Pemerintah Tiongkok juga membuat kebijakan untuk menjadikan beberapa tempat umum sebagai ruang isolasi pasien positif Covid-19, salah satunya di stadion. Penambahan paramedis juga dilakukan dengan mendatangkan bantuan tenaga kesehatan dari wilayah lain di Tiongkok bahkan dari tim kesehatan pasukan militer. Hal ini diakibatkan jumlah pasien positif Covid-19 yang terus meningkat dari hari ke hari.

Sistem penanganan wabah ini terus ditingkatkan, salah satunya menginstruksikan masyarakat untuk tetap berada di rumah mereka dan menjauh dari kerumunan di masyarakat. Tim kesehatan mengunjungi rumah-rumah warga untuk mengecek kondisi kesehatan mereka. Hal ini untuk memastikan agar penyebaran virus tetap terkawal. Tim kesehatan bahkan menjemput warga yang berdasarkan hasil uji lab dinyatakan positif virus Corona. Dalam rekaman, beberapa warga ada yang menolak untuk dikarantina.

Film yang rilis di Youtube pada 28 Februari ini juga menggambarkan bagaimana masyarakat di Wuhan melakukan interaksi selama masa lockdown. Mereka berbelanja via online dan membayarnya juga online, kurir menggantungkan pesanan di depan pintu gerbang, beberapa saat kemudian konsumen mengambil pesanannya tanpa berpapasan dengan kurir. Hal ini dilakukan masyarakat agar bisa mencegah kemungkinan tertular virus.

Dalam kondisi seperti ini, peran para kurir sangat penting. Terutama kurir yang mengantar peralatan dan kebutuhan medis lainnya. Terekam pula dalam film ini kisah seorang kurir yang mengabdikan dirinya untuk membantu mengantarkan paket-paket kebutuhan medis ke rumah sakit, dialah Shi Zhangbing. “Meskipun terjadi endemik, kami tetap bertahan dan menyediakan layanan. Kami merasa sangat bangga,” ungkapnya.

Peningkatan angka demi angka pasien positif Covid-19 juga tercatat dalam film ini. Namun kabar baiknya, ratusan pasien tersebut satu demi satu mulai dinyatakan sehat, termasuk dokter Zhao.

Paling menarik, film ini juga merekam salah satu testimoni dari pasien Muslim yang ikut dikarantina. Dia adalah Ye, seorang muslim yang menjadi salah satu pasien Covid-19, berasal dari Provinsi Qinghai.  Ia mengungkapkan bahwa sebelum dinyatakan positif Covid-19 ia pernah melakukan kunjungan ke kota Wuhan. Dalam film ini Ye menceritakan bagaimana perlakukan tim medis kepadanya. “Mereka memberikan saya makanan halal. Mereka mengantarkannya ke ranjang saya,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa ia tidak perlu membayar atas apa yang ia dapatkan. “Pemerintah telah mengurus semua” tuturnya.

Meski Tiongkok terlihat serius menanggapi wabah ini, namun sebenarnya pemerintah terlambat. Seorang dokter lokal Li Wenliang sudah memberikan peringatan pada pemerintah terkait munculnya virus yang berbahaya sebulan sebelum kebijakan lockdown. Namun ia malah diberikan teguran oleh otoritas pemerintahan daerah. Ia kemudian jatuh sakit. Belum sempat ia memberi keterangan kepada tim CTGN, ia telah menghembuskan nafas terakhir. Dalam film ini disebutkan bahwa pemerintah membentuk tim khusus untuk mengungkap penyebab kematian dari dokter Li Wenliang.

Pada 31 Januari 2020, wabah di Wuhan ini, kemudian dideklarasikan oleh WHO sebagai kasus kesehatan yang perlu menjadi perhatian secara internasional. Terlebih karena WHO melihat wabah ini bukan hanya soal Wuhan, tapi soal virus yang menyerang dan menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lemah.

Perhatian dunia memang tertuju kepada Wuhan, tetapi tiap negara juga beralih melihat kondisi negara sendiri, mengingat virus tersebut mulai menyebar ke negara-negara lain di luar wilayah Tiongkok.  (ran)

Exit mobile version