SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah bersama dengan Tim Pos Koordinator (Poskor) Covid-19 menyelenggarakan konferensi pers terkait dengan penanganan Covid-19 di Jawa Tengah. Acara yang belangsung di kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah tersebut dihadiri oleh Tafsir, Ketua Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah Jawa Tengah, Naibul Umam, Ketua Poskor Covid-19 PWM Jawa Tengah, dan Hasan Bayuni, Wakil Ketua.
Agenda ini sesuai dengan instruksi Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam hal penanganan kasus Covid-19. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) seluruh Indonesia dihimbau untuk membentuk Muhammadiyah Covid-19 Coment Center (MCCC).
Tafsir menyampaikan bahwa sinergi antara Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Lembaga Amal Zakat Infaq Shodaqah (LAZISMU) yang menangani pendanaan serta MPKU yang menangani pelayanan medis sangat dibutuhkan. Ada 8 Rumah sakit yang dikoordinir oleh dokter Hasan Bayuni sebagai perwakilan Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) PWM Jawa Tengah untuk menangani atau membidangi Rumah Sakit terhadap penanggulangan covid-19. Kini Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng juga telah membentuk MCCC. “MCCC ini akan kita lounching dengan dukungan dari mas Umam dalam bentuk poskor bersama dengan dokter Hasan yang membidangi kerumahsakitan,” jelasnya.
Nantinya PWM Jawa Tengah akan menerjunkan relawan yang berjumlah ribuan. PWM punya 577 cabang. Setiap cabang mengirim tim sebanyak 5 orang dan poskor saat ini berjumlah 70 orang. Selain itu PWM Jateng akan melakukan penggalangan dana untuk penanganan covid-19, terutama untuk APD.
Muhammadiyah juga melakukan penggalangan untuk untuk guru, karena ada curhat dari orang tua siswa, ketika anak saya belajar dirumah, apakah saya harus membayar SPP, kalau sekolah swasta muridnya tidak membayar SPP, darimana guru mendapatkan gaji. Untuk itu Muhamamdiyah berjibaku dan bersinergi dengan berbagai komponen untuk bisa mengadapi covid-19 yang tidak hanya berdampak kepada persoalan medis saja, namun juga berdampak pada agama dan perekonomian, sehingga dampaknya multidimensi. “Oleh karena itu Muhammadiyah tidak boleh abai dalam penanggulanagn benvcana ini,” tegas Tafsir. (hendra/diko)