Keselamatan dan Kesehatan adalah Prioritas

Oleh: Deni al Asyari

Ketika memasuki awal tahun 2020, sebagian besar kita, telah membangun berbagai rencana dan mimpi besar. Baik di sektor dunia pendidikan, dalam ranah ekonomi & bisnis, aspek pertanian dan dalam berbagai sisi kehidupan.

Walaupun pada saat yang sama, Desember 2019, kita tengah menyaksikan wabah mematikan yang sedang mengganas di kampung asalnya Wuhan, yaitu virus corona atau covid 19.

Namun, kita semua sangat yakin dan percaya, bahwa virus ini, tidak akan sampai ke negara kita, apalagi ke kampung dan ruang-ruang rumah kita. “Tidak mungkin”, inilah pikiran banyak kita.

Tentu wajar saja pikiran ini, sebab sebagian besar para pemangku jabatan di Republik ini saja, pada saat yang sama masih berdendang dengan kata-kata sepele, yang mengesankan, bahwa kita tidak akan berdampak dari virus ini.

Namun apa hendak dikata, dalam waktu sekejab, tiap hari anak bangsa ini seperti bermain arisan, ” jatah siapa yang akan menjadi korban positif corona, dan siapa yang meninggal, dan siapa yang berstatus pasien, dan kita semua seakan-akan sedang menghitung dan menunggu”.

Berbagai perdebatan di ruang publik pun tak dapat dielakkan, terutama sikap dan kebijakan yang harus segera diambil pemangku kebijakan.

Salah satu kebijakan yang baru diterapkan adalah self distancing, Self Isolation atau Self Quarantine. Yang intinya adalah mengisolasi atau mengkarantina diri di dalam rumah. Sebab salah satu cara yg dapat dilakukan, ditengah belum adanya vaksin pembunuh virus ini adalah, memutus mata rantai penyebaran virus ini dengan mengurung diri beraktivitas di rumah.

Namun dalam prakteknya, tidak semua warga republik ini bersiap dengan perintah bekerja di rumah atau yang kini dikenal dengan istilah Work From Home. Terutama bagi mereka yang beraktivitas sebagai pedagang kecil, buruh, para pekerja jalanan. Sebab dari pekerjaan itulah, sumber kehidupannya bisa diperoleh.

Tentu berbeda, jika kelompok menengah ke bawah ini, di backup dengan berbagai kebijakan yang real di lapangan oleh negara, sebagaimana yang terjadi di negara-negara lain yang juga mengalami nasib yang sama, seperti Malaysia, Iran, India dan sebagainya, yang memproteksi warganya, tidak hanya sekedar dengan janji pidato. Tapi juga aksi di lapangan secara nyata, yang memungkin memberlakukan kebijakan LOCKDOWN, dengan mensubsidi kehidupan kelas menengah ke bawah dan pekerja kecil.

Memang semua ini, tergantung pilihan dan prioritas negara. Apakah memilih pertumbuhan ekonomi atau nyawa dan keselamatan warganya. Dan pilihan ini tentu akan ada plus minusnya, tergantung prioritas yang akan dituju.

Di tengah kondisi inilah, kami Suara Muhammadiyah, tanpa harus menunggu subsidi negara maupun kebijakan negara untuk lockdown. Nyawa dan keselamatan karyawan dan warganya adalah prioritas kami.
Maka dengan sangat berat hati, mimpi yang dibangun awal tahun, harus kita tahan dulu, dengan menunda dan menutup sebagian besar unit usaha yang ada di bawah PT Syarikat Cahaya Media atau Suara Muhammadiyah. Salahsatunya yang kita tutup sementara adalah PENERBITAN MAJALAH SM versi cetak, mulai edisi 8 – edisi 13 ke depan.
Sebagian besar karyawan (95%) kami rumahkan ( work from home), dan ribuan agen di seluruh Indonesia, kami hentikan dulu untuk mendistribusikan majalah. Kami memilih prioritas untuk keselamatan dan kesehatan anggota.

Dengan keimanan yang kita miliki, tentu kita meyakini, bahwa apa yang terjadi ini, sesungguhnya sebuah rencana dan skenario Sang Khalik yang memiliki hikmah yang besar. Maka ditengah kondisi ini, saatnya kita ambil hikmah atas peristiwa ini, sambil kita saling support, bekerjasama dan bahu membahu dalam menghadapi ujian akhir zaman ini.

InsyaAllah sesuai janjiNya, setelah kesusahan, akan selalu disertai dengan kemudahan. Semoga ini jalan kita semua, untuk menjadi lebih baik bagi alam dan kehidupan ini ke depannya.

Salam. Coretan saat berjemur Pagi

(Yogyakarta/29/03/2020)

Deni al Asy’ari, Direktur Utama PT SCM/Suara Muhammadiyah

Exit mobile version