Act of Kindness in The Time of Corona

Act of Kindness in The Time of Corona

Hingga hari ini, angka penderita yang terjangkit Covid19 di berbagai negara terus bertambah kecuali Tiongkok yang mengkonfirmasi bahwa jumlah penderita Covid1-9 berangsur-angsur mengalami penurunan. Masa sulit ini dihadapi hampir seluruh negara. Di Indonesia unit Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan oleh petugas kesehatan dalam penanganan pasien Covid-19 tergolong langka. Himbauan untuk tetap di rumah saja: belajar dari rumah, bekerja dari rumah; hingga pelarangan akses keluar masuk antar daerah, wilayah, bahkan gang-gang sempit telah menjadi respons terhadap situasi yang ada. Berbagai sektor ekonomi dari yang raksasa hingga yang tergolong kecil menghadapi tantangan yang sama beratnya.

Tidak sedikit masyarakat kecil yang penghasilan sehari-harinya bergantung kepada pekerjaan serabutan, harus menelan pil pahit karena terkena PHK, atau kebijakan unpaid leave. Keresahan tidak berhenti di sana, berbagai berita ataupun kabar bohong yang bekaitan dengan Covid19 terus menjamur dan memperparah kepanikan dan mempermudah munculnya prasangka terhadap satu sama lain.

Namun di tengah-tengah badai dan kegelapan yang merundungi, sejumlah elemen masyarakat di berbagai negara berhasil menyalakan lilin-lilin kebaikan dengan melakukan aksi kolektif yang berbasis solidaritas tanpa mengenal sekat agama, suku ataupun ras. Dari mengorganisir sukarelawan untuk memberikan tumpangan bagi yang membutuhkan tumpangan ke fasilitas kesehatan hingga membelikan bahan makanan dan obat-obatan bagi mereka yang dikatakan sebagai kelompok rentan, pembukaan dapur umum ataupun bantuan sembako bagi masyarakat miskin dan tunawisma yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, penggalangan donasi untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, hingga sosialisasi ke kamp-kamp pengungsi yang dikatakan sebagai kelompok yang paling rentan dalam situasi saat ini dikarenakan kondisi kamp yang tidak memungkinkan untuk melakukan physical distancing. Berikut sejumlah act of kindness in the time of Corona yang dilakukan masyarakat di berbagai negara, dari kamp pengungsi di Cox Bazar hingga kota ‘the big apple’ New York.

Cox Bazar, Bangladesh

Saat ini, kurang lebih terdapat sejumlah 855,000 pengungsi yang berdiam di kamp pengungsian di Cox Bazar, Bangladesh. Kamp pengungsian merupakan lokasi yang sangat rentan khususnya dengan keberadaan pandemi Covid-19 yang tengah melanda saat ini. Meskipun dengan segala keterbatasan kondisi yang ada di kamp-kamp pengungsian, sejumlah pengungsi perempuan mengorganisir diri untuk menyebarkan ‘awareness’ di kalangan pengungsi yang berdiam di kamp pengungsian terbesar ini. Didominasi oleh perempuan dan anak-anak yang berasal dari Rohingya, Myanmar, para pengungsi perempuan menggalang kesadaran untuk mencegah penularan melalui sekolah-sekolah darurat yang diorganisir oleh pengungsi hingga kamp-kamp tempat mereka beristirahat.

Portugal

Masih berkaitan dengan imigran, pemerintah Portugal mengumumkan bahwa seluruh imigran pencari suaka akan diperlakukan sebagaimana permanent resident sepanjang masa krisis pandemi ini. Hal tersebut tentunya membuat seluruh imigran ataupun pencari suaka yang masih dalam proses pendaftaran diri untuk mendapatkan perlindungan, kemudian mampu mengakses berbagai layanan dan hak layaknya warga negara resmi setempat. Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah Portugal pada Ahad (29/3), yang diperlukan untuk mendapatkan hak atas layanan kesehatan, kesejahteraan, rekening bank, serta layanan lainnya adalah dokumen yang menunjukkan permohonan untuk menetap di negara tersebut.

Yangoon, Myanmar

Di Myanmar, komunitas Muslim menyarankan kepada pemerintah agar masjid yang tersebar di seluruh penjuru negara tersebut mampu diubah dan dimanfaatkan sebagai fasilitas kesehatan sementara untuk merawat mereka yang positif terjangkit Covid-19. Kurang lebih terdapat seribuan masjid di Myanmar. Selain itu terdapat juga sekolah-sekolah juga properti yang dimiliki oleh pebisnis muslim di Myanmar yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung layanan kesehatan di masa darurat Covid19.

Afrika Selatan

Komunitas Muslim di Afrika Selatan turut memberikan donasi sebesar 1 Juta Rand atau kurang lebih sejumlah 900 juta rupiah demi mendukung dana solidaritas yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat miskin dan rentan selama masa lockdown yang berlaku secara nasional yang berlangsung selama 21 hari. Dana yang diberikan akan disalurkan kepada mereka yang terdampak secara ekonomi selama masa krisis tersebut, juga membantu sektor kesehatan dalam menurunkan laju penularan Covid19 di negara tersebut.

Inggris

Di Manchester, Inggris, anak-anak muda mengumpulkan relawan melalui grup Facebook hingga mencapai kurang lebih 2000 orang yang menyatakan bersedia untuk membantu mereka yang rentan dalam kondisi krisis yang sedang dialami seluruh warga dunia. Khususnya masyarakat yang telah lanjut usia juga mereka yang harus berada di dalam rumah tanpa keberadaan sanak keluarga. Masing-masing relawan memiliki peta lokal di mana mereka tinggal kemudian mengunjungi satu persatu rumah untuk menawarkan bantuan kepada mereka. Di Inggris sendiri kurang lebih terdapat 200.000 relawan yang tersebar di 300 support group yang didirikan dalam merespons wabah Covid-19.

Selain itu, tidak sedikit warga Inggris yang menyebarkan harapan melaui pesan-pesan singkat yang dituliskan di atas kertas dan dibagikan kepada kerabat dan tetangga untuk menanyakan bantuan apakah yang dibutuhkan oleh mereka. Selain itu, berbagai pesan disebarkan melalui media sosial untuk menggugah pentingnya saling tolong-menolong dengan orang-orang terdekat yang ada di lingkungan tempat tinggal.

Mereka yang berada di sektor bisnis turut memberikan solidaritasnya kepada kelompok rentan, seperti salah satu hotel di Inggris yang mengantarkan makanan ke rumah lansia yang kesulitan untuk membeli kebutuhannya di liar rumah. Selain itu, sejumlah supermarket turut memberlakukan jam khusus untuk para pembeli lansia untuk memudahkan mereka mendapatkan kebutuhan pokoknya sembari melakukan physical distancing dengan pegunjung lainnya.

New York, AS

Di New York, Amarika Serikat, Komunitas Sikh menyediakan 30.000 makanan gratis yang dibagikan kepada masyarakat yang sedang melakukan isolasi diri mandiri. Mereka terdiri dari kelompok rentan seperti masyarakat lanjut usia, difabel, juga tuna wisma, dan orang tua tunggal yang tidak bisa keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dilaporkan bahwa 99% penerima paket makanan merupakan warga Amerika. Selain di kota New York, komunitas Sikh yang berada di negara bagian lain di  Amerika juga menyediakan makanan serta shelter secara cuma-cuma, juga memberikan bantuan untuk mengantarkan kebutuhan pokok juga obat-obatan untuk tuna wisma dan mereka yang membutuhkan. (Th)

Exit mobile version