Suara Muhammadiyah – Taruna Melati Utama Ikatan Pelajar Muhammadiyah ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan. Itulah pengumuman yang disampaikan Pimpinan Pusat IPM sebagai yang punya gawe Pelatihan Kader tingkat Paripurna ini. Ketika perkaderan ditunda, mestinya akan berkaitan dengan berbagai kebijakan-kebijakan selanjutnya.
Penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah saja ditunda, apalagi turunan-turunannya. Semua karena wabah Virus Corona Covid-19 yang telah menjadi pandemi. Berbagai aktivitas yang melibatkan interaksi antar orang dengan orang secara langsung mengalami pembatasan. Karena memang penularan wabah yang konon berasal dari Wuhan RRT ini melular lewat interaksi jarak dekat, apalagi lewat sentuhan.
Proses perkaderan selama ini identik dengan interaksi dalam sebuah forum. Baik di dalam maupun luar ruangan. Diatur dalam mekanisme jadwal yang telah dirancang oleh penyelenggara dalam beberapa hari. Mulai dari dua hari sampai sepekan lebih. Dengan adanya wabah Covid-19 apakah ada perubahan bagi perkaderan di Muhammadiyah?
Sejak berkembangnya teknologi informasi hingga mudahnya dan murahnya berkomunikasi dengan internet telah memangkas batas ruang dan waktu. Para penggiat perkaderan, terutama dari angkatan muda telah memunculkan wacana perkaderan virtual. Namun gagasan ini dianggap belum perlu, malahan dicap masih mentah.
Esensi dari perkaderan bukan hanya transfer of knowledge, skill, critical analysis, ataupun transfer of values. Ada nilai-nilai team building, sense of solidarity, management leadership, hingga kristalisasi karakter dan penguatan pengayaan keagamaan. Keberatan dengan perkaderan virtual ini bagaimana dengan shalat tahajudnya atau bagaimana hafalan atau bacaan al-Qur’annya? Tentu saja hal-hal tersebut dipupuk dan dipelajari secara berkala.
Sekolah, kuliah, juga kerja saja kini telah jamak dari rumah. Keadaan memang yang memaksa semua menerapkan pembatasan sosial dan menjaga jarak fisik. Khalayak mulai nyaman serta gandrung ikut Diskusi Online dan Seminar Online – Website Seminar (Webinar). Pengajian online (dalam jaringan/daring), rapat pun online dengan video conference. Untuk sementara seluruhnya dapat dilakukan dengan perantara aplikasi-aplikasi mobile dan internet based.
Djazman Al-Kindi telah mewanti-wanti tentang perkaderan di masa akan datang. Yaitu mengenai prospek kaderisisasi Muhammadiyah dan pembaruannya. Bukan hanya perkaderan formal maupun informal. Semua harus disesuaikan dengan zaman yang terus berubah. Bagi siapapun yang tidak mempersiapkannya akan tergilas oleh roda waktu yang kian melesat.
IPM di DKI Jakarta menerapkan perkaderan yang menyesuaikan dengan kondisi pelajar dan kadernya. Ketika Taruna Melati 2 dilaksanakan minimal dalam empat hari, Pimpinan Daerah IPM melaksanakan dalam dua pekan. Dengan dua hari di pekan pertama dan dua hari di pekan kedua. Begitu juga dengan Taruna Melati 3 yang dilakukan PW IPM dalam tiga pekan. Siapa bilang IPM DKI tidak bisa buat TM 3. Ini dilakukan sebagai ikhtiar menjalankan perkaderan yang sesuai SOP sebagai turunan dari Sistem Perkaderan IPM (SPI).
Bukan tentang penyelenggaraanya, melainkan bagaimana membentuk kader masa kini dan masa yang akan datang. Menarik juga gagasan Arif Nur Kholis tentang bagaimana perkaderan di Ortom dapat membentuk kader yang juga influencer. Baik TM, Melati Tunas, Darul Arqam Dasar, Madya, Paripurna, Darul Arqam Nasyiatul ‘Aisyiyah dan seterusnya. Inilah saatnya para anggota ataupun member dari angkatan muda menampilkan dirinya dengan karya. Meskipun ada dalam keterbatasan ruang geraknya.
Semua mata dan perhatian memang sepenuhnya tertuju pada bagaimana mengakhiri wabah Covid-19. Tentang mungkinkah perkaderan virtual Muhammadiyah di erah wabah? Perlu kesepakatan bersama, bukan hanya persyarikatan, Angkatan Muda Muhammadiyah maupun semua Ortom perlu memikirkannya. Karena perkaderan adalah tentang masa depan.
Rizki Putra Dewantoro, Peserta TM 1 SMA Muhammadiyah Cipanas Cianjur