Dalil Membaca Surat pada Rakaat Ketiga dan Keempat Shalat ‘Isyak
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Ustadz saya mau tanya tentang shalat Isyak. Shalat Isyak kan 4 rakaat, dulu saya diajari mengaji shalat Isyak itu yang 2 (dua) rakaat awal kan jahr membaca al-Fatihah dan surah, lalu yang 2 (dua) rakaat lagi membaca al-Fatihah saja. Lalu kemarin ada yang berkata 2 (dua) rakaat yang akhir itu membacanya sama dengan 2 (dua) rakaat yang awal itu lebih baik. Yang benar yang mana Pak Ustadz? Terima kasih, mohon dibalas dan dikasih dalilnya sesuai tuntunan Rasul.
Wassalamu alaikum wr. wb.
Muhammad Furqon (disidangkan pada Jum‘at, 16 Muharram 1439 H / 6 Oktober 2017 M)
Jawaban:
Wa ‘alaikumus salam wr. wb.
Terima kasih atas pertanyaan yang saudara ajukan kepada kami. Semoga jawaban yang kami hadirkan dapat memberikan pencerahan dan wawasan baru untuk saudara.
Shalat adalah ibadah mahdlah yang ketentuannya merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah saw memberikan ketegasan dalam pelaksanaannya, seperti disebutkan dalam hadis,
عَنْ أَبِي قِلَابَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لَا أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ [رواه البخاري].
“Dari Abu Qilabah (diriwayatkan) ia berkata, Malik telah menceritakan kepada kami, Kami datang menemui Nabi saw, saat itu kami adalah para pemuda yang usianya sebaya. Kemudian kami tinggal bersama beliau selama dua puluh hari dua puluh malam. Beliau adalah seorang yang sangat penuh kasih dan lembut. Ketika beliau menganggap bahwa kami telah ingin, atau merindukan keluarga kami, beliau bertanya kepada kami tentang orang yang kami tinggalkan. Lalu kami pun mengabarkannya kepada beliau.
Kemudian beliau bersabda: Kembalilah kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan perintahkan (untuk shalat). Beliau lantas menyebutkan sesuatu yang aku pernah ingat lalu lupa. Beliau mengatakan: Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat. Jika waktu shalat sudah tiba, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi Imam adalah yang paling tua di antara kalian” [HR. al-Bukhari: 595].
Dalam hadis di atas Nabi saw. menegaskan bahwa tatacara dalam pelaksanaan shalat harus mengikuti tatacara yang dilakukan oleh Nabi saw. Dengan kata lain tidak boleh melakukan tatacara shalat selain yang telah ditentukan oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah kaidah disebutkan,
الأَصْلُ فِى العِبَادَةِ التَوْقِيْفُ
“Asal di dalam beribadah adalah tauqif (adanya ketentuan dari Nabi saw).”
Membaca Surat pada Rakaat Ketiga dan Keempat
Untuk menjawab pertanyaan saudara dapat dilihat Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah pada halaman 90, yang didasarkan kepada hadis Rasulullah saw,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِى قَتَادَةَ عَنْ أبِيْهِ أَنَّ النَّبِىَّ – صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ – كَانَ يَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ فِى الأُولَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ ، وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ ، وَيُسْمِعُنَا الآيَةَ ، وَيُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الأُولَى مَا لاَ يُطَوِّلُ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ ، وَهَكَذَا فِى الْعَصْرِ وَهَكَذَا فِى الصُّبْحِ [رواه البخاري و مسلم].
“Dari ‘Abdillah Ibn Abi Qatadah dari ayahnya (diriwayatkan) bahwa Nabi saw. dalam shalat dhuhur pada kedua rakaat permulaan (rakaat ke-1 dan ke-2), membaca induk kitab (Fatihah) dan dua surat, serta pada dua rakaat lainnya (rakaat ke-3 dan ke-4) membaca al-Fatihah saja, dan beliau memperdengarkan kepada kami akan bacaan ayat itu, dan pada rakaat ke-1 diperpanjang tidak seperti dalam rakaat ke-2. Demikian juga dalam shalat ‘Asar dan Shubuh” [HR. al-Bukhari 776 & Muslim 451].
Hadis di atas diperkuat dengan hadis lain yang menunjukkan tatacara shalat Rasulullah saw, terutama bacaan surat setelah membaca al-Fatihah dalam rakaat ketiga dan keempat, yaitu hadis Rasulullah saw.,
عَنْ أَبِي الصِّدِّيْقِ عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِي قَالَ: كُنَّا نَحْزِرُ قِيَامَ رَسُولِ اَللهِ – صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ, فَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ قَدْرَ قِرَاءَةِ الم تَنْزِيلُ اَلسَّجْدَةِ، وَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي اَلْأُخْرَيَيْنِ قَدْرَ اَلنِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ، وَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلْعَصْرِ عَلَى قَدْرِ قِيَامِهِ فِي اَلْأُخْرَيَيْنِ مِنَ الظُهْرِ وَفِي اَلْأُخْرَيَيْنِ مِنْ اَلْعَصْرِ عَلَى اَلنِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ [رواه مسلم].
“Dari Abu ash-Shiddiq dari Abu Sa’id al-Khudri (diriwayatkan) ia berkata: Kami memperhatikan berdirinya Nabi saw, ketika shalat Zhuhur dan ‘Asar, lalu kami memperhatikan berdirinya beliau pada dua rakaat pertama shalat Zhuhur, yang panjang bacaannya sekitar surat as-Sajdah. Sementara di dua rakaat terakhir adalah setengahnya. Kami pun memperhatikan pada dua rakaat pertama shalat ‘Asar, seperti dua rakaat terakhir saat shalat Zhuhur dan di dua rakaat terakhir shalat ‘Asar adalah setengahnya” [HR. Muslim 452].
Berdasarkan hadis-hadis di atas, dapat dipahami bahwa tidak terdapat tuntunan secara spesifik oleh Rasulullah saw untuk membaca surat apapun setelah membaca al-Fatihah pada shalat Isyak, khususnya pada rakaat ketiga dan keempat.
Wallahu a‘lam bishshawab
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sumber: Majalah SM Edisi 12 Tahun 2018