YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ikhtiar Muhammadiyah sebagai organisasi Islam dalam keterlibatannya untuk menangani wabah Covid-19 terus dilakukan. Setelah awalnya Muhammadiyah telah menyiapkan 20 unit Rumah Sakit Muhammadiyah-‘Aisyiyah (RSMA) untuk menangani pasien Covid-19, Muhammadiyah kemudian menambah jumlahnya menjadi 35 unit rumah sakit.
Bahkan selanjutnya, berdasarkan perkembangan terakhir, sudah ada 55 RSMA di seluruh Indonesia yang menerima pasien dengan kasus Covid-19. Semua RSMA ini dikoordinasikan oleh Tim Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) yang khusus dibentuk oleh Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, untuk membantu pemerintah menangani wabah Covid-19.
dr. Ekorini Listyowati selaku Wakil Sekretaris MPKU PP Muhammadiyah, yang dalam Tim MCCC ditunjuk untuk menangani RSMA, menyampaikan bahwa pada awal penunjukan 20 RSMA untuk menerima pasien Covid-19 tidak semua menyatakan siap. Hal ini karena kondisi RSMA seluruh Indonesia berbeda-beda dari segi kapasitas dan fasilitas yang dimiliki.
Namun kepada semua RSMA tersebut ditekankan bahwa, “mau siap tidak siap, bukan RSMA yang memilih pasien, tapi pasienlah yang memilih RSMA, jadi harus siap,” ujar Ekorini kepada redaksi.
Sejauh ini kendala terbesar yang dihadapi RSMA dalam penanganan pasien Covid-19 adalah kekurangan Alat Pelindung Diri (APD), masalah yang sama dengan hampir semua rumah sakit yang menangani wabah ini.
“Banyak RSMA yang tidak siap dengan coverall dan face shield. Dalam perkembangannya segala macam APD mengalami kelangkaan serta lonjakan harga” ujarnya.
RSMA ini juga dipersiapkan dalam menangani pasien Covid-19 dengan mengadakan pelatihan-pelatihan khusus agar para tenaga kesehatannya siap. Pelatihan-pelatihan itu diantaranya alur penanganan pasien dengan skenario yang disimulasikan, pelatihan pemakaian dan pelepasan APD lengkap, pelatihan rukti jenazah, pelatihan teknik dekontaminasi ruangan, benda-benda dan ambulans, pelatihan pengambilan sample swap tenggorokan, pelatihan screening dan deteksi dini, pendampingan rohani serta pelatihan manajemen stres.
Selain penyiapan berbagai fasilitas dan sumber daya manusia, Muhammadiyah selalu menekankan kepada seluruh tenaga kesehatan RSMA bahwa keterlibatan dalam penanganan pasien Covid-19 adalah jihad kemanusiaan, karena mengingat resiko bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 juga cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus yang mana beberapa dokter dan perawat di RS pemerintah dan swasta gugur dalam tugas karena telah terpapar virus.
Untuk mengantisipasi tenaga kesehatan dari resiko tertular Covid-19 tersebut, Ekorini menyampaikan pihaknya menyiapkan langkah-langkah antara lain karantina di rumah atau disiapkan oleh RS, pemeriksaan radiologi thorax sesuai indikasi, pemeriksaan rapid test dan pemeriksaan swab tenggorok sesuai indikasi.
Terkait dengan kapasitas RSMA yang suatu saat bisa jadi mengalami over kapasitas, Ekorini menyampaikan bahwa pihaknya menyiapkan surge capacity plan, yaitu dengan menambah kapasitas ruang untuk layanan Covid-19.
“Mungkin semula hanya punya 1-2 tempat tidur isolasi, sekarang sudah bertambah. Ada yang menjadi 5, 10, hingga 15 tempat tidur,” ujarnya. Antisipasi ini dilakukan karena merujuk pasien ke RS pemerintah dalam kondisi sekarang bukan perkara mudah karena kapasitas yang sudah penuh.
Ekorini juga menambahkan bahwa, seluruh RSMA saat ini juga sudah meniadakan jam besuk pasien reguler untuk meminimalisir penyebaran wabah. Meskipun sempat ada komplain dari masyarakat pada awal kebijakan dilaksanakan, tetapi akhirnya dapat dipahami.(ran)