TAFSIR AL BAGHAWY
Ma’alim Al Tanziil
Imam Muhyi Al Sunnah Muhammad Al Husain ibn Mas’ud Al Baghawy (w. 516 H)
Oleh: Khairul Amin
Imam Al Baghawy merupakan seorang ulama besar yang bermazhab Syafi’i. Ia digelari oleh para ulama sebagai muhyi al sunnah (penghidup sunnah). Ia juga digelari Ruknu Al diin. Imam Al Baghawy juga mendapat pengakuan sebagai seorang mujtahid, imam, hafiz, faqih, muhaddits, dan mufassir. Beliau terkenal sebagai ulama yang bertaqwa, wara’, zuhud, qana’ah. Beliau disebutkan sebagai salah satu ulama salafus shalih yang alim dan beramal menurut ajaran salaf. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibn Syuhbah dalam Thabaqat Syafi’iyyah. Hal ini sebagaiman ditegaskan oleh Imam Al Zahabi dalam Siyaar ‘alaam Al Nubalaai; Imam Jalaluddin Al Suyuthi dalam Thabaqat al Huffaz; Ibn Khallikan dalam Wafayaat Al ‘Ayaan. Bahkan Imam Ibn Katsir dalam Al Bidayah menyebut beliau sebagai ‘allamah zamannya.
Terdapat dua informasi mengenai kelahirannya, yaitu pada tahun 433 H (menurut Al Hamawy) dan 436 H (menurut Al Zarkali). Ia dilahirkan di Bagha, sebuah kota yang berada di daerah Khurasan, tepatnya antara kota Marw dan Hurrah. Nama lengkapnya ialah Abu Muhammad Al Husain ibn Mas’ud ibn Muhammad Al Farraai Al Baghawy. Sedangkan mengenai kewafatannya, ia di makamkan berdangmpingan dengan makam gurunya, Syaikh Qadhi Al Husain. Tepatnya di kota Marw, Khurasan pada tahun 516 H. Beliau hidup pada masa pertengahan dinasti Abbasiyah, dimana kemajuan ilmu pengetahuan sedang berkembang pesat. Banyak karya-karya monumental dan cendekiawan muslim masyhur lahir pada periode ini. Dimasa ini juga persaingan politik cukup kuat, baik dari segi bangsa ‘ajam-non ‘ajam dan aliran-aliran kalam (sunni, syi’ah, dsb).
Beliau disebutkan oleh para ulama sebagai orang yang kewafatannya meninggalkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dalam berbagai bidang yang menjadi rujukan bagi ulama setelahnya. Diantara keistimewaan karyanya ialah berisikan riwayat-riwayat shahih dan pembahasannya mudah. Kitab-kitab karya beliau antara lain : Al Tahdzib (fiqh Imam Syafi’i), Ma’aalim Al Tanziil (tafsir), Syarh Al Sunnah (hadits), Mashabiih Al Sunnah (hadits), Al Anwaar fii Syamaail Al Nabii Al Mukhtar (sirah), Al Jam’u Baina Shahihain (hadis), Al Arba’in Hadiitsan (hadis), dan Majmu’ah min Al Fataawa (fiqh).
Diantara guru beliau yaitu Al Qadhi Husain ibn Muhammad Al Marwaziy, ‘Abdul Wahid ibn Ahmad ibn Abi Qasim Al Malihiy, Imam Al Haramain Al Juwaini, Abu ‘Ali Hasan Al Mani’iy, Abu Bakr Muhammad ibn ‘Abdul Shamad Al Turabi Al Marwazy, Abdul Malik Al Maraghi Al Nariiziy. Diantara murid beliau, yaitu Hasan ibn Mas’ud Al Baghawy, Al Husain ibn Muhammad Al Laitsi. Abu Al Maftuh Muhammad Al Thaaii Al Hamdhani.
Mengenai manuskrip kitab tafsirnya, Ma’aalim fii Al Tanziil , terdapat beberapa sumber yang berbeda. Diantaranya sebagai berikuat : (1) manuskrip di Maktabah Al Zaahiriyyah Damaskus, (2) manuskrip di Maktabah Al Haram Al Makki Al Syariif, dan (3) Maktabah Jam’iyyah Imam Ibn Su’ud. Sedangkan kitab yang kami miliki adalah cetakan penerbit Daar Thibah –Riyadh. Diterbitkan pada tahun 1409 H/ 1989 M dalam 8 Jilid yang cukup tebal. Cetakan ini ditahqiq oleh Sulaiman Al Harasyi, ‘Utsman Jam’ah Dhamiriyyah, dan Muhammad ibn ‘Abdullah Al Namr.
Tafsir Al Baghawy ditengarai oleh para ulama sebagai ringkasan dari tafsir Al Tsa’labi. Ibn Taimiyah menyebut Tafsir Al Baghawy sebagai salah satu tafsir yang terhindar dari bid’ah, hadits-hadits dha’if, dan maudhu’. Hal ini disebabkan keilmuan hadisnya yang tinggi sehingga bisa menganalisa keshahihan riwayat secara cermat/teliti. Kitab ini mulanya ditulis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan permintaan para muridnya serta sahabatnya untuk dijadikan oleh ummat dalam kajian al Qur’an. Dalam muqaddimahnya Imam Al Baghawy menyebutkan aspek-aspek yang meneguhkan kemukjizatan al Qur’an. Ia menyebutkan bahwa Al Qur’an mengandung petunjuk yang terang, kalam mukjizat yang tidak akan habis digali ilmu-ilmu dan makna-maknanya.
Tafsir al Baghwy menggunakan metode tahlili dan termasuk dalam kategori dalam tafsir bil ma’tsur. Dengan mengikuti tartib mushafi (‘ustmani) ia membahas ayat per ayat secara runtut. Adapun secara umum kandungan penafsirannya, sebagai berikut : (1) menyebutkan ayat yang akan ditafsirkan, (2) mengemukakan pengertian/ makna dari kosa kata, memberikan keterangan dalil-dalil dari hadis beserta dengan sanadnya, (3) menjelaskan asbab nuzuul (sebab turun) dari ayat yang dibahas, (4) melakukan analisa munasabah, (5) mengutip juga aqwal shahabah (perkataan para sahabat), tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, termasuk imam-imam mujtahid. Al Baghwy yang juga imam fiqh, memberikan penekanan kajian hukum yang cukup kuat dan menonjol dalam tafsirnya ini. Kajian tentu memiliki kecendrungan terhadap mazhab Syafi’i yang ia menjadi salah satu imam mazhab tersebut.
Imam Al Baghawy tidak banyak mengutip analisa I’rab dan penjelasan balaghah dalam tafsirnya. Dia juga tidak banyak mengutip tentang kisah Isra’ilyyat, seperti dalam Q.S Al Baqarah: 102 terkait kisah malaikat Harut dan Marut. Hanya beberapa itupun tidak di komentari secara lebih lanjut. Cukup dijadikan narasi suplemen untuk merinci kisah, tetapi tujuan utamanya pada hikmah kisah. Beliau juga tidak banyak memberikan analisa terhadap ragam qira’at. Hanya ragam qira’at yang mengakibatkan perbedaan makna yang beliau bahas.
Imam Al Baghawy juga menghindari analisa ra’yu terlalu berlebihan. Hal ini juga salah yang menjadikan penjelasan mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Maka, tidak heran beliau disebut sebagai imam dalam kajian tafsir oleh Imam Ibn Katsir. Wal akhir, semoga Allah SWT memberikan keberkahan dan limpahan rahmat-Nya kepada beliau, seorang faqih yang kebermanfaatan ilmunya masih dirasakan hingga kini. Aamiin.
Khairul Amin, Alumni Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta