KUALA LUMPUR, Suara Muhammadiyah – Selasa sore (21/4) lalu, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia dan MDMC Malaysia menggelar Kajian Online bersama Ustadz H. Budi Setiawan, Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Kajian melalui aplikasi Zoom ini diikuti dengan antusias oleh warga Muhammadiyah, Aisyiah, dan IMM di Malaysia.
Sebagai moderator, Ustadz Zulfan Haidar, Wakil Ketua PCIM Malaysia yang juga Ketua MDMC Malaysia menyampaikan bahwa PCIM Malaysia telah menyalurkan lebih dari 1400 paket sembako kepada warga Indonesia terdampak Covid-19 di Malaysia.
Hal ini dikarenakan banyaknya warga yang kehilangan pekerjaan atau tiada gaji karena adanya Perintah Kawalan Pergerakan yang diberlakukan oleh Pemerintah Malaysia.
Dalam kajiannya, Budi menyampaikan bahwasanya semenjak awal Covid-19 merebak, dari Pimpinan Pusat hingga Ranting, semua mulai bergerak mencegah dan merespon sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Upaya ini dikoordinasi dengan semangat One Muhammadiyah One Response, dimana MDMC membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) yang diketuai oleh dr. Corona Rintawan.
Namun selang beberapa waktu, beliau ditarik menjadi Staf Khusus Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Oleh karena itu, MDMC menyusun ulang kepengurusan MCCC.
Budi Setiawan melanjutkan, Covid-19 ini merupakan virus lintas ideologi, agama, dan ekonomi. Maka sesuai semangat Kiai Dahlan, gerakan Muhammadiyah juga melintasi sekat-sekat tersebut.
Menurutnya, virus ini merupakan sesuatu yang baru bagi Rumah Sakit Muhammadiyah, maka segala sesuatunya perlu dipersiapkan secara ekstra.
“Muhammadiyah menggunakan sistem komando. Awalnya Muhammadiyah menyiapkan 15 rumah sakit untuk rujukan Covid-19. Namun dalam perjalanannya bertambah menjadi 20, dan akhirnya menjadi 64 rumah sakit, setelah ada instruksi dari Kementerian Kesehatan.”
“Karena menjadi rumah sakit rujukan, maka harus ada protokol masuknya pasien, perawatan, hingga kepengurusan jenazah Covid-19,” lanjut Budi.
Selain itu, Budi mensinyalir bahwa krisis Covid-19 ini belum diketahui kapan akan berakhir. Beberapa ahli matematika mencoba menghitung, dan hasilnya berbeda-beda.
Adapun penahanan laju Covid-19 pada prinsipnya adalah menghindari kerumunan. Karena manusia itu mahluk yang cenderung berkerumun, maka ini menjadi ujian yang sangat berat.
Menariknya, Budi menyampaikan, masyarakat di Indonesia juga cenderung terbagi menjadi dua, ada yang takut berlebihan hingga mengalami stress, namun ada pula yang terlalu meremehkan.
“Untuk shalat jamaah di masjid, Muhammadiyah sudah menghimbau untuk meniadakan shalat jamaah lima waktu dan shalat Jumat di masjid.”
‘Ini adalah hal yang sangat tidak sederhana. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan dalam sejarah umur panjang manusia.
Himbauan untuk tidak melaksanakan shalat jamaah di masjid ini terbukti signifikan.”
Setidaknya merujuk kepada angka laju Covid-19 di Indonesia yang tidak secepat di Italia. Selain itu, adanya kluster kegiatan keagamaan, yaitu kelompok muslim di Gowa dan Asrama Gereja Bethel, semakin memperkuat asumsi bahwa shalat jamaah di masjid harus ditiadakan sementara waktu.
Komandan MDMC yang asli Kauman ini menambahkan, MCCC yang menjadi garda terdepan Muhammadiyah menangani Covid-19 terbagi dalam beberapa bidang. Dari bidang rumah sakit, kerjasa dan advokasi, bidang kemasyarakatan, hingga pendanaan.
Menutup pemaarannya, Budi berkata bahwa gerakan MCCC ini sudah merambah hingga ke tingkat Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Beberapa program nasional telah dijalankan, salah satunya adalah pembagian sembako nasional.
Di penghujung acara, wakil ketua PCIM Malaysia Ust. Zulfan Haidar berharap kehadiran MDMC Malaysia sejak dilatih oleh tim MDMC Pusat tahun 2017 lalu dapat membantu sinergitas gerakan Persyarikatan.
Beliau juga berharap semangat ta’awun ini dapat ditularkan kepada seluruh warga dan jamaah PCIM Malaysia sehingga menjdikan Muhammadiyah gerakan penolong di tengah kesulitan umat. Rahmatan lil alamiin.
(Dilaporkan oleh Ahmad Zaki Annafiri, Ketua IMM Malaysia)