Oleh: Lutfi Effendi
Al Qur’an adalah kitabullah (kitab Allah). Diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan diperuntukkan bagi manusia. Karenanya, selama Ramadhan ini, penulis akan menyajikan bagaimana Allah memperkenalkan dirinya kepada manusia lewat Al Qur;’an. Tentu hanya sebagaian saja yang bisa disajikan selama 30 hari di bulan Ramadhan ini.
Pada pembahasan kali ini, kita bahas ayat kedua Al Fatihah.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
Namun dalam pembahasan kali ini, kita batasi hanya
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
al-ḥamdu lillāhi (Segala puji bagi Allah),
Kata “al” dalam bahasa Arab merupakan bentuk definitif yang menunjukkan bahwa Alhamdulillah itu berarti segala puji hanya milik Allah. Di sini Allah memperkenalakn diri, bahwa hanya Dial ah yang memiliki pujian, yang berhak dipuji.
Karenanya, yang lain tidak berhak dipuji. Namun demikian, meski Dia yang berhak dipuji tetapi Allah dipuji atau tidak Dia tetap Ar Rahman (Maha Pengasih) dan Ar Rahim (Maha Penyayang). Dipuji tidak menambah Maha Pengasih dan Maha PenyangaNya, sebaliknya tidak dipuji juga tidak akan mengurangi Maha Pengasih dan Maha PenyayangNya.
Ucapan Alhamdulillah atau sering disebut hamdallah merupakan hak Allah dan sering disebut sebagaiI syukur bil lisan Hamdallah mempunyai nilai lebih ketimbang kata-kata yang lain yang terkait dengan penyebutan nama Allah sebagimana disebut dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad
Hamdalah adalah sebaik-baiknya perkataan dan Allah pilihkan untuk hamba-hamba-Nya.
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ اصْطَفَى مِنْ الْكَلَامِ أَرْبَعًا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ قَالَ وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِهَا عِشْرُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ عِشْرُونَ سَيِّئَةً وَمَنْ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ كُتِبَ لَهُ بِهَا ثَلَاثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا ثَلَاثُونَ سَيِّئَةً
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah memilih empat perkataan, yaitu subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha ilallah, dan allahu akbar. Barangsiapa mengucapkan “Subhanallah” maka akan dituliskan untuknya dua puluh kebaikan dan dihapuskan darinya dua puluh kesalahan. Barangsiapa mengucapkan “Allahu Akbar” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Barangsiapa mengucapkan “Laa ilaaha illallah” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Dan barangsiapa mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin” dari dalam hatinya, maka akan dituliskan untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapuskan darinya tiga puluh kesalahan.” (HR. Ahmad no. 8032)
Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas? Pujian adalah hak Allah. Karenanya, ketika kita dipuji, meski membuat kita suka. Pujian itu kita kembalikan kepada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah. Termasuk ketika menerima nikmat dan mengakiri sesuatu pun dengan hamdallah.
Karenanya, makna alhamdulillah yang terucap dari lisan seorang Muslim memberikan tanda bahwa ia bukanlah siapa-siapa. Segala apa yang ia terima adalah kenikmatan yang telah Allah berikan dan pada akhirnya akan kembali pada-Nya. Waallahu a’lam bisshawab (***)