Oleh: Lutfi Effendi
Al Qur’an adalah kitabullah (kitab Allah). Diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan diperuntukkan bagi manusia. Karenanya, selama Ramadhan ini, penulis akan menyajikan bagaimana Allah memperkenalkan dirinya kepada manusia lewat Al Qur;’an. Tentu hanya sebagaian saja yang bisa disajikan selama 30 hari di bulan Ramadhan ini.
Ayat selanjutnya yang kita bahas kali ini, adalah ayat 4 Al Fatihah
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
māliki yaumid-dīn
Pemilik hari pembalasan
Pada ayat ini, sekali lagi Allah memperkenalkan diri sebagai مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ (māliki yaumid-dīn) Pemilik hari pembalasan.
Bacaan maa pada awal ayat di atas dibaca panjang, tetapi sering kali ada yang membaca pendek ma pada maliki sehingga arti semuanya menjadi Penguasa Hari Pembalasan. Baik bacaan (مَالِك) atau (مَلِك) adalah bacaan yang shahih bahkan mutawatir, sepuluh imam qira’at sab’ah (tujuh) atau Asyrah (sepuluh) meriwayatkan kedua bacaan di tersebut.
Secara pemaknan kedua bacaan (مَالِك) atau (مَلِك) memiliki perbedaan yang tidak kontradiktif, bahkan memperindah kandungan maknanya. Dengan perbedaan bacaan di atas, menunjukkan sifat kekuasaan-Nya, tidak sekedar memiliki namun juga sebagai penguasa. Hanya Allah semata Maha Penguasa dan Pemilik hari pembalasan. Namun demikian penulis lebih memilih ma panjang untuk membedakan ma pendek pada Maliki dalam surat An Nas. Sebab bagi penulis makna Pemilik ini bagi Allah juga berarti menguasainya.
Allah selaku pemilik sekaligus penguasa hari pembalasan berhak membalas siapa saja sesuai dengan amal yang telah dilakukannya. Allah melakukan ini tentu sesuai dengan janji-janjiNya. Amal yang positif akan dibalas dengan amal positif dan amal negatif juga akan dibalas dengan negatif sesuai yang dipersyaratkan
Seperti yang telah dipaparkan pada Allah Memperkenalkan Diri (5), māliki yaumid-dīn ini terkait dengan Ar Rahim (Maha Penyayang) sebagai asmaul husna. Maka bisa dikatakan kepemilikanNya dalam hal pembalasan tersebut terkait dengan Ar Rahim.
Sejak awal Ar Rahim muncul beriringan dengan Ar Rahman, tentu kedua sifat atau nama Allah ini amat sangat berkaitan. Kalau Ar Rahman memberikan kasihNya kepada siapapun tanpa pandang bulu, tetapi untuk Ar Rahim yang mendapatkan saying tentu disesuaikan dengan mahluknya berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Salah satu persyaratannya adalah apa yang ada di awal tiga ayat yang saling berkait ini, ayat 2, 3 dan 4 Al Fatihah. Yaitu memuji Allah rabbul ‘alamin. Atau sering disebut syukur bil lisan atau ungkapan-ungkapan syukur yang lain sesuai dengan apa yang diberikan oleh Allahur Rahman.
Lalua apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas? Dengan sifatnya yang Ar Rahim, Allah akan memberikan pembalasan pada manusia di Hari Akhir. Amal yang baik (positif) akan dibalas dengan pahala dan amal yang jelek (negatif) akan dibalas dengan siksaan. Untuk mendapatkan Rahim Nya Allah, syarat dan ketentuan berlaku. Yaitu dengan bersyukur, baik dengan lisan maupun perbuatan.
Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa meniru sifat kasih saying Allah ini dalam keluarga dan lingkungan kita. Misalnya saja sebagai orang tua, dengan kasih kita semua pakaian anak kita cukupi tetapi dengan sayang kita tidak semua dibuat sama, paling tidak ukurannya disesuaikan dengan ukuran badan anak kita. Demikian pula dengan kebutuhan pendidikan anak kita dan kebutuhan yanglainnya, meski semua diberi tetapi disesuaikan dengan kebutuhannya. Waallahu a’lam bisshawab (***)