Iman dan Ilmu Meningkatkan Kualitas Diri

orang berilmu

Foto Ilustrasi

Diantara ayat-ayat Al Qur’an yang terkait dengan peningkatan kualitas adalah ayat 11 surat Al Mujadilah.


يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْآ اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجَلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ـ المجادلة

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).

Ayat ini turun berkenaan dengan suatu peristiwa untuk menghormati sahabat yang lebih beriman ketimbang yang lain oleh Rasulullah saw. Pada suatu hari, yakni hari Jumat sedang berada di Shuffah. Para sahabat baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin telah berkumpul mengelilingi Rasulullah saw. Beberapa orang sahabat yang mengikuti perang Badar telah hadir. Tetapi ada diantara sahabat tersebut tak bisa duduk dan tak ada yang mau bergeser memberi tempat.

Melihat hal itu, Rasulullah saw. merasakan kurang senang  kemudian meminta yang hadir untuk berdiri dan memberi tempat sahabat yang mempunyai derajat lebih tersebut, meski yang diminta kurang suka. Melihat yang demikian Rasulullah saw. bersabda:

رَحِمَ اللهُ رَجُلاً يَفْسَحُ لِاَخِيْهِ ـ رواه ابى حاتم

Artinya: “Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan tempat buat saudaranya.” (H.R. Abu Hatim).

Ada dua kata kunci dalam meningkatkan derajat seseorang dalam ayat ini, iman dan ilmu. Kata iman mengingatkan kata integritas untuk menilai mutu seseorang. Sedangkan kata ilmu mengingatkan kata kapabilitas untuk menilai kemampuan seseorang.

Integritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan  sebagai mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Sedangjan Integritas menurut istilah adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Definisi  lain dari integritas adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan  nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan  kebenaran dari tindakan seseorang.

Pendek kata, integritas terkait dengan mutu rohaniah seseorang yang dalam Islam disebut iman.  Karenanya, semakin tinggi iman seseorang akan semakin tinggi pula integritasnya. Semakin tinggi iman seseorang akan semakin tinggi mutu rohaniahnya. Ini didukung oleh sabda Rasulullah SAW, jika orang melakukan tindakan tercela sebetulnya sedang kehilangan iman atau tiada iman, sebagaimana hadits berikut ini:

Hadits Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidak akan beriman seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman. Dan tidak akan minum khamr di waktu minum khamr jika ia sedang beriman. Dan tidak akan mencuri di waktu mencuri jika ia sedang beriman.” Di lain riwayat, “Dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan mata kepadanya ketika merampas jika ia sedang beriman.” (Bukhari , Muslim).

Sedangkan kapabilitas, artinya adalah kemampuan. Namun pemaknaan kapabilitas tidak sebatas memiliki keterampilan (skill) saja namun lebih dari itu, yaitu lebih paham secara mendetail sehingga benar benar menguasai kemampuannya dari titik kelemahan hingga cara mengatasinya. Karenanya, kapabilitas seseorang ditentukan oleh penguasaan ilmunya, baik secara teori maupun praktik. Sehingga semakin tinggi ilmu seseorang akan semakin kapabel, akan semakin diterima kemampuannya.

Jika dua hal, iman dan ilmu itu digabung, maka jelas kualitas manusia yang memilikinya akan tinggi. Karena kedua hal ini akan melahirkan amal-amal shalih yang mutunya betul-betul dapat dipertanggungjawabkan. Dalam menilai orang yang berilmu ini Allah berfirman:


وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ.

 “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun”. (Q.S. al-Fatir: 28)

Waallahu’alam bishowab. (Lutfi Effendi)

Sumber: Majalah SM Edisi 22 Tahun 2015

Exit mobile version