Oleh: Heryan Ardhi Kusuma
Wacana skenario tahun ajaran baru sudah mulai terdengar sampai ke pelosok negeri. Media-media massa sudah ramai mewartakan berita yang ditunggu-tungguini, meskipun memang belum ada keputusan resmi yang bisa dijadikan referensi. Tidak hanya media saja yang ramai, kalangan orang tua, siswa dan guru pun dibuat “gaduh” oleh berita ini. Namun paling tidak, ini menunjukkan bukti bahwa tahun ajaran baru sudah dirindukan. Apalagi, kabar ini sepertinya bukan hanya cuitan belaka, melainkan benar-benar sudah di well-designed oleh pemangku kepentingan, dalam hal ini adalah Kemendikbud. Jika berita ini benar, maka ini merupakan surprise yang kesekian kali bagi dunia Pendidikan, setelah sebelumnya dikejutkan dengan kebijakan merdeka belajar yang berjilid-jilid dan yang paling hangat adalah dihebohkan dengan ketiadaan UN yang dimajukan dari rencana semula yaitu tahun depan, menjadi tahun ini.
Berita tahun ajaran baru menjadi sangat ditunggu, mengingat sebelumnya, proses belajar mengajar sudah membuat kewalahan banyak pihak karena berjalan tidak seperti biasanya. Dan yang menjadi ditunggu-tunggu adalah apakah tahun ajaran baru tahun ini akan berjalan seperti biasanya, atau akan ada semacam perbedaan waktu masuk bagi siswa, mengingat pandemi yg belum juga usai ini. Bagi orang awam, khususnya awam terhadap dunia Pendidikan, wacana skenario tahun ajaran baru tersebut tentu tidak begitu menarik untuk dijadikan bahan diskusi. Namun bagi guru, tentu akan lain cerita. Berdasarkan berita yang dimuat di salah satu media massa terkemuka, ada tiga skenario tahun ajaran baru yang diwacanakan oleh Kemendikbud di masa Pandemi yang masih melanda saat ini. Pertama, tahun ajaran baru TETAP akan dilaksanakan bulan Juli 2020. Skenario pertama ini akan berjalan jika kondisi Kesehatan di Indonesia sudah dalam keadaan baik pada bulan Mei dan Juni. Apabila belum ada tanda-tanda perbaikan, maka skenario kedua yang akan dijalankan adalah dengan tetap melaksanakan tahun ajaran baru di bulan Juli, namun proses belajar-mengajar di semester pertama dilaksanakan menggunakan Daring. Skenario ketiga, yang ramai menjadi pembicaraan adalah perubahan tahun ajaran baru dari bulan Juli 2020, menjadi bulan Januari 2021.
Sepintas, tidak ada yang mengejutkan memang dengan melihat kondisi yang masih seperti ini. Namun, jika diperhatikan lebih dalam lagi, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, khususnya oleh orang tua, siswa, dan guru. Pertama, jelas semua berharap tahun ajaran baru tetap akan dilaksanakan bulan Juli 2020, yang artinya keadaan Kesehatan negara Indonesia sudah membaik. Namun tentu, sampai 1-2 bulan ke depan, belum ada prediksi yang bisa menjamin harapan tersebut. Selanjutnya jika skenario tahun ajaran baru jatuh pada Januari 2021 menjadi pilihan, maka akan banyak persiapan yang harus dan bisa dikerjakan oleh stakeholder penyelenggara Pendidikan. Namun, jika skenario pembelajaran daring di semester awal yang dipilih, maka disinilah letak refleksi yang bisa kita perbaiki bersama.
Seandainya mau berkaca pada proses pembelajaran daring sebelumnya, perjalanan work from home bagi guru dan learn from home bagi siswa masih perlu dievaluasi. Pembelajaran online yang pada awalnya terlihat sepele dan sederhana, nyatanya justru menguras banyak energi dan pikiran. Bagi guru, bagaimana menyiapkan materi dalam bentuk digital dan melakukan penilaian secara virtual merupakan tantangan hebat yang wajib dilakukan, dengan melihat fakta bahwa masih banyak guru yang belum mengenal betul teknologi-teknologi Pendidikan masa kini. Bagi siswa, menerima pembelajaran online dan mengerjakan tugas online dengan jaringan dan kuota terbatas tentu menjadi sisi lain yang juga menantang. Secara teknis, bisa jadi siswa lebih cepat memahami penggunaan teknologi dalam Pendidikan, namun secara non-teknis, ada kuota data yang perlu disiapkan, pun jaringan yang kadang kecepatannya super banter, tapi juga kadang bikin baper.
Belum lagi orang tua, yang kemudian merasakan betul perannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Pada satu sisi mereka memiliki pekerjaan lain yang juga harus dikerjakan di rumah, di sisi lain memiliki kewajiban untuk mendampingi anak-anaknya belajar. Ditambah lagi orang tua harus menyiapkan budget khusus untuk menyediakan HP, jaringan dan kuota untuk belajar anak-anaknya. Maka tidak heran jika kemudian banyak orang tua yang sangat bahagia mendengar televisi milik negara menayangkan materi learn from home untuk anak-anaknya. dari sinilah kemudian kita bisa sama-sama menyadari pentingnya pembaharuan pada proses Pendidikan untuk anak-anak kita.
Kemudian seandainya, skenario yang dipilih adalah skenario ketiga, maka tentu bagi guru akan menjadi kesempatan baginya untuk lebih mempersiapkan materi di tahun ajaran baru 2021. Momen ini mestinya menjadi berkah bagi guru, karena memiliki waktu ekstra Panjang untuk mempersiapkan itu semua. Ditambah lagi, jika pilihan ketiga ini yang nantinya diambil, mestinya dijadikan ladang untuk terus berkarya, untuk terus menciptakan materi-materi dan media penunjang pembelajaran, dan tentunya untuk mempersiapkan tahun ajaran baru dengan semangat dan kualitas proses pembelajaran yang baru. Guru-guru kreatif akan semakin kreatif, guru-guru yang memiliki bakat akan semakin kelihatan bakatnya, dan guru-guru aktif akan semakin terlihat keaktifannya.
Terakhir, apapun pilihan yang diambil oleh pemerintah, dalam hal ini melalui Kemendikbud, adalah pilihan terbaik untuk Pendidikan di Indonesia. Mari terus dukung dengan mempersiapkan diri sebaik dan sesiap mungkin. Yang terpenting sekarang bagi kita semua adalah berperan sebagai penebar solusi, bukan merubah cerita asli menjadi fiksi sehingga masalah menjadi tiada henti. Dan akhirnya, seandainya diantara ketiga pilihan menjadi realita, siapkah anda?
Heryan Ardhi Kusuma, guru Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta