Oleh: Lutfi Effendi
Al Qur’an adalah kitabullah (kitab Allah). Diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan diperuntukkan bagi manusia. Karenanya, selama Ramadhan ini, penulis akan menyajikan bagaimana Allah memperkenalkan dirinya kepada manusia lewat Al Qur;’an. Tentu hanya sebagaian saja yang bisa disajikan selama 30 hari di bulan Ramadhan ini.
Dalam tulisan ini, masih membahas ayat 5 Al Fatihah:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan..
Hanya kalau dalam pembahasan sebelumnya telah dibahas iyyāka na’budu (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah), maka pada tulisan ini, dibahas iyyāka nasta’īn (Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan).
Seperti telah dibahas pada Allah Memperkenakan Diri (7), dalam ayat 5 Qs Al Fatihah ini Allah memperkenalkan dirinya tidak secara langsung tetapi melalui hambanya yang membaca ayat ini. Ketika kita baca iyyāka nasta’īn (Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan) maka kita sudah bertekat bulat hanya kepada Allah saja kita meminta bukan kepada yang lain.
Meminta kepada Allah ini sering kita sebut dengan doa. Doa adalah pangkal ibadah.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ}.
Nabi saw. bersabda, “Doa adalah murninya (otak atau pangkalnya) ibadah.” Hadits shahih ini diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dari Anas bin Malik.
Hadits ini menjadikan kita mafhum kenapa ibadah dan permohonan pertolongan dijadikam satu dalam ayat ini. Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan). Beribadah dan berdoa adalah satu rangkaian dan bahkan berdoa adalah ibadah. Sebagaimana hadits shahih yang diriwayatka At Tirmidzi berikut:
الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ
”Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi no. 2969)
Maka jelaslah bahwa karena doa adalah ibadah, permintaan tolong kita harus kita tujukan hanya kepada Allah SwT bukan kepada yang lain. Patut juga kita renungkan sebuah hadits berikut ini:
Dari Abul Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda , “Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Allah, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”)
Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas? Kita minta tolong hanya kepada Allah SwT. Umumnya jika kita minta tolong pada selain Allah bersifat tolong menolong, ada imbal jasa di dalamnya. Jika salah satu ada yang ingkar maka yang lain merasa dirugikan. Berbeda ketika minta tolong kepada Allah, Allah selalu dengan senang menolong hamba-Nya. Tetapi ingat, bahwa ketika Allah memberi pertolongan maka kadang dilewatkan mahlukNya. Dalam posis yang demikian maka kita bersyukur kepada Allah dan berterimakasih pada makhluknya. Ingat sebuah hadits: Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan At-Tirmidzi no. 1954). Waallahu a’lam bisshawab (***)