Kualitas Hadits tentang Do’a Pembukaan Shalat Malam

gerhana

Pertanyaan:

As-Salamu ‘alaikum wr. wb.

Mohon fatwa, sahih, lemah atau palsu hadis dari ‘Ashim bin Humaid yang artinya: “Saya tanyakan kepada ‘Aisyah ra. apa doa pembukaan yang dibaca oleh Rasul waktu shalat tengah malam. Jawabnya, anda telah menanyakan sesuatu yang belum pernah ditanyakan oleh seorangpun sebelum ini. Adalah Nabi saw. bila melakukan itu beliau takbir sepuluh kali, membaca tahmid sepuluh kali, tasbih sepuluh kali, tahlil sepuluh kali dan istighfar sepuluh kali serta membaca allahummaghfirli wahdini warzuqni wa ‘afini dan ia berlindung dari sempitnya kedudukan pada hari kiamat.”

Terima kasih

M. Fachruddin, Univ. Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan Purworejo (disidangkan pada hari Jum’at, 8 Syakban 1435 H / 6 Juni 2014 M)

Jawaban:

Wa ‘alaikumus-salam wr. wb.

Terima kasih kami sampaikan atas pertanyaan yang diajukan.Sebelumnya kami akan mencantumkan terlebih dahulu hadis yang ditanyakan.

أَخْبَرَنَا عِصْمَةُ بْنُ الْفَضْلِ، قَالَ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْأَزْهَرُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ حُمَيْدٍ، قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ: بِمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ قِيَامَ اللَّيْلِ؟ قَالَتْ: لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ قَبْلَكَ، كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكَبِّرُ عَشْرًا، وَيَحْمَدُ عَشْرًا، وَيُسَبِّحُ عَشْرًا، وَيُهَلِّلُ عَشْرًا، وَيَسْتَغْفِرُ عَشْرًا، وَيَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي، أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ‘Ishmah bin al-Fadhl ia berkata; telah menceritakan kepada kami Zaid bin al-Hubab dari Mu’awiyah bin Shalih ia berkata; telah menceritakan kepada kami al-Azhar bin Sa’id dari ‘Ashim bin Humaid ia berkata; Aku bertanya kepada ‘Aisyah, “apa doa pembukaan yang dibaca oleh Rasulullah waktu shalat tengah malam?” lalu beliau menjawab, “Sungguh engkau telah menanyakan sesuatu yang belum pernah ditanyakan oleh orang lain. Rasulullah ketika melakukan shalat malam beliau bertakbir sepuluh kali, membaca tahmid sepuluh kali, tasbih sepuluh kali, tahlil sepuluh kali dan istighfar sepuluh kali lalu beliau berdoa; “Ya Allah ampunilah dosaku, berilah aku petujuk, limpahkanlah kepadaku rezeki, berilah aku kesehatan dan aku berlindung kepada-Mu ya Allah dari sempitnya kedudukan pada hari kiamat”.” [HR. an-Nasa’i, hadis no. 1617,  “Kitāb Qiyām al-Lail wa Tathawu’ an-Nahār”, “Bāb Dzikr mā Yustaftahu bihi al-Qiyām”]

Setelah kami melakukan takhrij terhadap hadis yang ditanyakan, maka kami menemukan lima buah hadis, yang terdapat dalam beberapa kitab primer hadis, yaitu satu hadis terdapat dalam kitab Sunan an-Nasā’i, satu hadis dalam Sunan Ibni Mājah, satu hadis terdapat dalam Sunan Abi Dawud, dan satu hadis terdapat dalam Mushannaf Ibni Abi Syaibah. Berikut ini akan kami paparkan beberapa redaksi hadis yang diriwayatkan dari ‘Ashim bin Sa’id.

1 Sunan Ibni Majah, hal. 240, hadis no. 1356, “Kitab ash-Shalat”, “Bāb ma Ja’a fi ad-Du’a’ idza Qama ar-Rajulu min al-Lail”.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ قَالَ: حَدَّثَنِي أَزْهَرُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ حُمَيْدٍ، قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ: مَاذَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْتَتِحُ بِهِ قِيَامَ اللَّيْلِ؟ قَالَتْ: لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ قَبْلَكَ، كَانَ يُكَبِّرُ عَشْرًا، وَيَحْمَدُ عَشْرًا، وَيُسَبِّحُ عَشْرًا، وَيَسْتَغْفِرُ عَشْرًا، وَيَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي وَيَتَعَوَّذُ مِنْ ضِيقِ الْمُقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

2 Sunan Abi Dawud, hal. 1404, hadis no. 766, “Kitab al-Taharah”, “ Bab ma Yustaftahu bihi ash-Shalat min ad-Du’a’ “.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، أَخْبَرَنِي أَزْهَرُ بْنُ سَعِيدٍ الْحَرَازِيُّ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ حُمَيْدٍ، قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ: بِأَيِّ شَيْءٍ كَانَ يَفْتَتِحُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِيَامَ اللَّيْلِ فَقَالَتْ: لَقَدْ سَأَلْتَنِي  عَنْ شَيْءٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ قَبْلَكَ كَانَ إِذَا قَامَ كَبَّرَ عَشْرًا، وَحَمِدَ اللَّهَ عَشْرًا، وَسَبَّحَ عَشْرًا، وَهَلَّلَ عَشْرًا، وَاسْتَغْفَرَ عَشْرًا، وَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي وَيَتَعَوَّذُ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Jika dilihat dari matan hadis di atas, dapat diketahui bahwa hadis-hadis tentang doa yang dibaca ketika shalat malam diriwayatkan secara ma’nawi, artinya dalam periwayatan hadis tersebut redaksi yang digunakan oleh perawi berbeda-beda, namun ma’na (maksud) hadisnya sama. Abu Dawud mengungkapkan bahwa hadis semakna juga diriwayatkan melalui jalur Khalid bin Mu’dan dari Rabi’ah al-Jurasyi dari Aisyah. Di sini dapat diketahui bahwa hadis Ashim bin Humaid memiliki mutabi’ (pendukung).

Setelah melakukan penelusuran pada beberapa kitab al-Jarh wa at-Tadīl, di antaranya kitab Tahzib at-Tahzib dan Tahzib al-Kamal diketahui bahwa para kritikus hadis menilai semua rawi dalam rangkaian sanad hadis tersebut tsiqah. Hanya saja rawi yang bernama Azhar bin Sa’id dinilai kurang dlabit oleh sebagian ulama hadis, sebab hadis yang ia hafalkan hanya sedikit. Kritikus hadis yang memberikan komentar demikian adalah Ibnu al-Walid dan Mu’awiyah bin Shalih. (Lihat Tahzib at-Tahzib, karangan Ibnu Hajar al-Asqalani jilid 1, “bab man ismuhu Azhar”, hlm. 105, Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1995 dan Tahzib al-Kamal karangan al-Mizzi, jilid 2, “bab man ismuhu Azhar”, hlm. 326, Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1980).

Dilihat dari ketersambungan sanad, hadis mengenai doa yang dibaca ketika shalat lail (malam) adalah muttashil, artinya hadis tersebut memiliki sanad yang bersambung mulai dari tingkatan sahabat sampai ke mukhārijnya. Sepanjang penelitian, kami tidak menemukan adanya ‘illat (cacat) maupun syadz (kejanggalan) pada sanad maupun matan hadis tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa status hadis tentang bacaan (doa) ketika shalat lail adalah hasan sahih. Artinya, dilihat dari segi sanadnya hadis tersebut bernilai hasan, sedangkan matannya bernilai sahih.

Wallahu a’lam bish-shawab

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sumber: Majalah SM No 12 Tahun 2015

Exit mobile version