Pemuda Muhammadiyah dan Pendidikan Nasional (PN)

Pemuda Muhammadiyah dan Pendidikan Nasional (PN)

Lambang Pemuda Muhammadiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setiap tanggal 2 Mei kita akan selalu berjumpa dengan dua momentum besar, Hari Pendidikan Nasional dan Milad Pemuda Muhammadiyah. Keduanya sama-sama diperingati setiap tanggal tersebut. Sebagai salah satu organisasi otonom tertua di lingkungan Muhammadiyah bahkan di Indonesia yang berdiri pada 2 Mei 1932, Pemuda Muhammadiyah hadir sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah.

Pemuda dan pendidikan merupakan dua elemen utama dan sekaligus menjadi garda terdepan dalam menyongsong cita-cita satu abad bangsa dan negara “Indonesia Emas 2045”. Pemuda memiliki peran central sebagai penggerak, penerus estafet, serta pengisi kemerdekaan. Sedangkan pendidikan berfungsi sebagaimana mesin engine yang menghasilkan tenaga putar dari proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar, yang akhirnya menghasilkan energi gerak.

Jika diibaratkan dengan istilah yang lain, Pendidikan Nasional memiliki singkatan PN yang dalam istilah kimia berarti Piridoksin. Piridoksin merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam vitamin B6. Ia berperan dalam pembentukan protein jaringan dan senyawa struktural, transmitter kimia pada sistem saraf, sel-sel darah merah dan prostaglandin serta berperan dalam menjaga keseimbangan hormon dan proses kekebalan tubuh. Dari sedikit gambaran tersebut mencerminkan betapa pentingnya pendidikan bagi segenap elemen bangsa khususnya para pemuda. Mulai saat ini setiap pemuda harus segera menelan pil yang mengandung senyawa piridoksin (PN) agar tumbuh jiwa kebijaksanaan, karifan, dan keteladanan dalam dirinya.

Dari sekian banyak beban yang ditanggungnya, pemuda haruslah berdaya. Pemuda harus memiliki jati diri yang kuat serta pengetahuan yang luas. Kedua hal tersebut hanya dapat dibentuk melalui jalur pendidikan yang berkemajuan. Sebagaimana corak pendidikan yang diinginkan oleh KH. Ahmad Dahlan yaitu pendidikan berkemajuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibu Umniyah, murid KH. Ahmad Dahlan ketika diwawancarai Amir Hamzah Wijosukarto pada tahun 1968. KH. Ahmad Dahlan selalu berpesan dan menasehati murid-muridnya dengan ungkapan, “Dadiyo kiai sing berkemajuan, lan aja kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah”.

Dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti, jadilah kiai yang berkemajuan, dan jangan pernah lelah atau berhenti bekerja untuk Muhammadiyah. Makna kiai berkemajuan adalah kiai yang selalu mengikuti dan memahami tanda-tanda zaman. Sedangkan makna bekerja untuk Muhammadiyah adalah bekerja untuk kebaikan dan kemajuan masyarakat. Sebab Muhammadiyah berdiri untuk memperbaiki dan memajukan kehidupan masyarakat.

Pada miladnya yang ke-88, Pemuda Muhammadiyah mengusung tema “Meneguhkan Solidaritas, Menebar Kebaikan, Mencerahkan Semesta”. “Selamat hari pendidikan nasional, jadilah  umat yang selalu mencintai ilmu pengetahuan. Jadilah keluarga dan pribadi pembelajar. Sejatinya pendidikan itu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, menebarkan kearifan, pengokoh keimanan, bekal bertindak berdasarkan moral, dan terampil menunaikan tugas pekerjaan untuk menebar kemanfaatan,” ujar Iu Rusliana, Mantan Ketua Umum Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat. (diko)

Exit mobile version