Allah Memperkenalkan Diri (10) Satu-Satunya Pemberi Nikmat

Embut Keteladanan Tokoh Muhammadiyah

Embut Keteladanan Tokoh Muhammadiyah

Oleh: Lutfi Effendi

Al Qur’an adalah kitabullah  (kitab Allah). Diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan diperuntukkan bagi manusia. Karenanya, selama Ramadhan ini, penulis akan menyajikan bagaimana Allah memperkenalkan dirinya kepada manusia lewat Al Qur’an. Tentu hanya sebagaian saja yang bisa disajikan selama 30 hari di bulan Ramadhan ini.

Pada tulisan kali ini kita masih membahas ayat 6 dan 7 Al Fatihah:                                                                 

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm 

ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn

Tunjukilah kami jalan yang lurus,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Kalau di dalam pembahasan sebelumnya difokuskan pada ayar 6 Al Fatihah, maka pada pembahasan kali ini difokuskan pada ayat 7 meskipun masih tetap menyinggung ayat 6. Karena memang ayat 6 dan 7 ini merupakan kesatuan doa yang diajarkan oleh Allah SwT dalam surat Al Faihah ini.

Dalam ayat 7 ini pun difokuskan pada potongan ayat  ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim ((yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya;). Dari potongan ayat ini jelas Allah lah yang memberi nikmat atau kenikmatan pada seseorang bahkan satu-satunya pemberi nikmat.Tetapi umumnya orang tidak menyadari kenikmatan tersebut, maka doa yang diajarkan adalah ininta petunjuk agar dapat merasakan nikmat yang diberikan oleh Allah tersebut.

Dalam hal nikmatnya makanan, misalnya, Allah menciptakan lidah yang dapat menikmati lezatnya makanan. Tetapi jika Allah kemudian mencabut fungsi lidah untuk dapat merasakan lezatnya makanan, maka semua makanan bisa terasa hambar dan bahkan bisa terasa pahit sehingga selera makan terganggu.

Udara yang ada di sekitar kita adalah nikmat. Dengan udara yang ada di lingkungan kita maka kita dapat bernafas dengan leluasa. Tetapi apabila peralatan alami yang  diberikan oleh Allah terganggu, maka untuk bernafas pun harus dibantu ventilator dan oksigen yang dibutuhkan pun diambil dalam tabung khusus seperti yang dialami pasien Covid 19 yang sudah terganggu paru-parunya. Biaya untuk itupun bisa jutaan yang harusnya bisa dinikmati secara gratis.

Itu baru contoh dua pancaindera yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk bisa menikmati apa yang ada di dunia ini secara gratis. Belum tiga panca indera lainnya yang terganggu tentu akan menghilangkan kenikmatan yang dapat dirasakan. Sayangnya banyak orang yang merasakan bahwa itu kenikmatan ketika orang tersebut telah kehilangan fungsi fungsi alat yang diberikan Allah secara gratis. Orang merasakan nikmat sehat ketika telah sakit, merasakan nikmat kaya setelah miskin dan lain lain.

Itu baru nikmat nikmat yang ada di dunia yang hilang, jika tidak hati hati dalam kehidupan ini maka nikmat di akhirat pun juga bisa hilang, tidak bisa dinikmatinya. Itulah pentingnya kita meminta petunjuk jalan dari Allah SwT agar dapat merasakan nikmat nikmat tersebut.

Lalu apa yang bisa kita ambil dari  pelajaran  di atas? Allah yang Maha Rahman, yang Maha Pengasih telah memberikan seluruh alam dan isinya untuk dinikmati manusia. Tetapi tentu tidak untuk dinikmati sendiri, untuk dinikmati secara bersama sama. Karenanya, manusia harus patuh aturan untuk menjaga kelestarian alam untuk meminimalisir terganggunya alam dan lingkungannya, termasuk terganggunya fungsi tubuh manusia.

Salah satu cara untuk dapat menikmati apa yang diberikan yang Maha Rahman ini adalah bagaimana kita bisa memuji kepada yang memberikan nikmat ini dengan minimal melakukan syukur bil lisan, dengan mengucap hamdallah. Dan tentu tidak boleh hanya berhenti dengan lisan saja tetapi juga dengan perbuatan. Waallahu a’lam bisshawab  (***)

Exit mobile version