• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Senin, Desember 15, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Menelisik Ramadhan Masa Pandemi di Negeri Bollywood

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
5 Mei, 2020
in Berita
Reading Time: 5 mins read
A A
0
Menelisik Ramadhan Masa Pandemi di Negeri Bollywood

Menuju Karantina Foto Dok Reuters

Share

NEW DELHI, Suara Muhammadiyah – Sudah sekitar empat bulan lamanya, sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan di Wuhan pada awal tahun 2020, seluruh dunia menyoroti terus perkembangan kasus ini dan selalu menjadi berita utama di media-media mana pun seluruh dunia.

Pandemi Covid-19 ini ternyata tak juga kunjung berakhir hingga memasuki bulan Ramadhan, bulannya bagi seluruh umat Muslim di dunia. Ketika wabah ini turut menjangkiti masyarakat di berbagai negara, tiap-tiap negara tentu saja melakukan berbagai macam upaya, setidaknya, untuk menghentikan laju penyebaran dan penjangkitan virus ke manusia. Menutup tempat-tempat umum dan meminimalisir adanya kerumunan salah satu upayanya. Termasuk masjid, yang pasti selalu ramai ketika Ramadhan tiba, juga ikut ditutup dan minimalisir kegiatan ibadah di dalamnya.

Baca Juga

Semarak Ramadhan – Idul Fitri 1444 H PRIM Kansai Jepang

Ikhtiar Menjaga Istikamah Setelah Ramadhan

Kondisi semacam ini memang membuat tidak nyaman bagi banyak pihak. Namun tanpa banyak diketahui bahwa ada sebagian kaum Muslim yang menjalankan Ramadhan kali ini bukan saja hanya keterbatasan akses ke tempat ibadah, tapi juga akses untuk berkumpul dengan keluarga, mendapatkan persediaan yang cukup untuk sekedar sahur dan buka puasa, bahkan tidak mendapat keamanan bagi dirinya sendiri.

Inilah yang dirasakan oleh sebagian kaum Muslim di India.  Dilansir dari laporan Al Jazeera (29/04) seorang Muslim di India, Izhar Ahmad, 40 tahun, telah dikarantina hampir sebulan di kamp karantina. Durasi waktu karantina ini sebenarnya melebihi periode yang seharusnya diterapkan di bangsal isolasi pemerintah New Delhi,  bahkan dua kali lipat dari durasi yang semestinya.

Hal yang menjadi keheranan Ahmad ialah mengapa ia masih belum diizinkan pulang padahal, ia mengakui pada reporter Al Jazeera, bahwa ia telah melakukan tiga kali tes virus Corona dan hasil ketiganya ialah negatif.

“Sudah hampir sebulan dan tiga tes virus korona dilakukan pada saya yang hasilnya negatif, tetapi saya masih di sini di pusat ini, tidak diizinkan untuk bertemu keluarga atau teman-teman saya,” ujar Ahmad mengatakan kepada reporter Al Jazeera dari pusat karantina di Wilayah Wazirabad di Delhi.

Ahmad juga menceritakan bahwa ia merasa frustrasi dikarenakan ketersediaan makanan untuk sahur dan berbuka puasa yang tidak mencukupi, sehingga sangat sulit baginya, dan juga teman-teman muslim lainnya di karantina, untuk menjalankan ibadah puasa selama bulan suci Ramadhan ini.

“Mereka tidak menyediakan makanan pada saat sahur, dan ketika saatnya berbuka puasa, kami hanya diberi kurma dan dua pisang,” jelasnya.

Ia mengungkapkan pula bahwa setidaknya ada empat hingga enam orang yang ditempatkan bersama di kamar darurat dengan kurangnya kipas angin sehingga membuat kondisi ruangan pengap dan lembap. Ini yang dirasanya tidak nyaman selama dalam kamar karantina tersebut. Perlu diketahui sebelumnya, bahwa Ahmad dijemput polisi pada 1 April dari Shastri Park di wilayah timur kota Delhi.

Menyoroti kondisi buruk di pusat-pusat karantina, ketua Komisi Minoritas Delhi, Zafarul Islam Khan  menuntut pembebasan Muslim yang ditahan di pusat-pusat karantina lebih dari 14 hari. Ia menuliskan sepucuk surat kepada Menteri Kesehatan Delhi, Satyendar Jain. Khan juga mengklaim bahwa fasilitas untuk makanan dan obat-obatan yang tersedia di kamp-kamp karantina Delhi itu buruk dan membutuhkan perhatian maksimal dari tim kesehatan.

“Sudah 28 hari orang-orang ini masih berada di pusat karantina, mereka tidak memberikan alasan mengapa mereka tidak dibebaskan,” kata Khan kepada Al Jazeera, seraya menambahkan bahwa Jain tidak menjawab satu pun dari surat-suratnya.

Sentimen anti Muslim, Jama’ah Tabligh, hingga #CoronaJihad

Pertanyaan-pertanyaan di atas mau tidak mau ada kecurigaan dengan kekacauan di India yang terjadi sebelum bulan-bulan Corona virus mulai menyebar dan menjangkiti ribuan orang di negara India. Peristiwa sentimen anti Muslim yang terjadi di India selama berbulan-bulan, tereskalasi sejak Januari 2020, membuat posisi umat Muslim di India terancam. Hal ini diakibatkan adanya pemberlakuan undang-undang baru terkait aturan kewarganegaraan atau Citizenship Amendment Act (CAA) yang diberlakukan oleh Perdana Menteri India, Narendra Modi, sedang undang-undang ini sangat mendiskriminasi kelompok Muslim.

Baca selengkapnya : Ribuan Muslim India Menolak Aturan Pemberian Kewarganegaraan India

Terlebih semenjak sentimen itu mencuat, banyak umat Muslim yang kemudian menjadi bulan-bulanan dari kelompok yang berseberangan dengan kelompok Muslim, dalam hal ini kelompok umat Hindu. Bukan hanya terjadi bentrokan antar kedua kelompok, disinyalir kelompok Hindu juga membakar rumah-rumah kelompok Muslim dan bahkan membakar Masjid setempat.

Baca selengkapnya : Kericuhan CAA di India Berubah Penyerangan terhadap Muslim

Ketegangan ini kemudian tergantikan dengan kepanikan menghadapi virus Corona yang kasusnya terus meningkat pesat selama bulan Maret. Tercatat setidaknya ada 1000 kasus hingga akhir Maret 2020, dilansir OutlookIndia (28/03). Namun, sebelumnya kasus virus Corona sudah terdeteksi berada di India semenjak  30 Januari 2020, menginfeksi seorang mahasiswa yang pulang dari studinya di Wuhan, dilansir dari NDTV (30/01).

Di tengah-tengah kepanikan masyarakat India melihat jumlah kasus virus Corona yang kian meningkat, 31 Maret pemerintah India telah meluncurkan pencarian besar-besaran untuk melacak siapa saja yang telah menghadiri sebuah acara yang diselenggarakan oleh gerakan Jama’ah Tabligh pada tanggal 13-15 Maret. Hal ini dilakukan oleh pemerintah setelah setidaknya ada 24 orang dinyatakan positif mengidap virus corona dan setidaknya tujuh orang dilaporkan meninggal, dan mereka ternyata memiliki riwayat perjalanan pernah mengunjungi pertemuan dari Jama’ah Tabligh tersebut, dilansir dari Al Jazeera (31/03).

Kala itu ada enam daerah di India telah melaporkan kasus-kasus yang berhubungan langsung dengan agenda pertemuan oleh Jama’ah Tabligh. Hal ini kemudian menjadikan agenda yang diselenggarakan oleh Jama’ah Tabligh di  tersebut sebagai salah satu klaster yang mengakibatkan jumlah kasus akibat infeksi virus Corona kian meningkat di India.

Perlu diketahui, Jama’ah Tabligh merupakan salah satu organisasi Muslim terbesar yang ada di India. Didirikan pada tahun 1927 oleh Muhammad Ilyas Kandhlawi, di Mewat India. Markas organisasi ini terletak di Masjid Banglewali yang terletak di Nizamuddin Barat di Delhi Selatan, India, biasanya juga disebut sebagai Nizamuddin Markaz. Anggota dari Jama’ah Tabligh ini sangat banyak hingga jutaan orang yang kemudian tersebar di berbagai negara salah satunya ialah Indonesia.

Di hari pelaksanaan pertemuan Jama’ah Tabligh yang diselenggarakan di Nizamuddin Markaz, setidaknya ada ratusan jamaah yang masuk ke daerah tersebut untuk mengikuti agenda tersebut. Tetapi, pada 22 Maret, pihak berwenang India telah menutup akses masuk ke wilayah tersebut – dengan sekitar 2.500 jamaah masih berada di dalam wilayah tersebut. Hal ini dilakukan setelah pemerintah mengumumkan untuk memberlakukan penutupan di semua distrik dan jam malam yang ketat di seluruh negara bagian. Tanggal 26 Maret pemerintah kemudian mulai melakukan screening terhadap orang-orang yang berada di Markaz.

Kemudian pada tanggal 30 Maret dan 1 April jamaah tersebut kemudian dikirim ke berbagai kamp-kamp karantina yang ada di Delhi, termasuk Ahmad.

Dari sekitar 4.400 kasus positif COVID-19 di India, hampir sepertiganya memiliki riwayat mengunjungi agenda di Nizamuddin Markaz. Pemerintah mengklaim lebih dari 8.000 orang, termasuk orang asing, mengunjungi kantor pusat pada awal Maret, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera (7/4).

Hal ini yang kemudian membuat masyarakat India sendiri menyoroti organisasi Jama’ah Tabligh dengan pandangan yang sinis. #CoronaJihad menjadi trending di Twitter, dengan banyak pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India menyebut pertemuan yang dilakukan Jama’ah Tabligh itu sebagai “Corona terorrism” – sebuah istilah yang seolah mengisyaratkan Islamofobia dari partai yang memerintah di India.

Menurut sebuah laporan di majalah Time, tweet dengan #CoronaJihad muncul hampir 300.000 kali dan berpotensi dilihat oleh 165 juta orang sejak 28 Maret.

“Sangat disayangkan bahwa orang menyebutnya konspirasi dan menggunakan istilah seperti Corona Jihad. Mengkomunikasikan itu bukan cara yang benar. Media juga telah memainkan peran nakal,” Faizan Mustafa, seorang ahli konstitusi.

Kondisi ini sangat disayangkan, mengingat para Muslim yang menjadi pasien virus corona juga tidak pernah tahu bahwa mereka akan terjangkit virus tersebut. Muslim Jama’ah Tabligh yang berada di karantina bukan hanya tidak bisa pulang bertemu dengan keluarga – entah apa alasannya, meski sudah negatif Corona – tapi mereka tidak bisa menjalankan puasa Ramadhan dengan baik karena ketiadaan persediaan makanan yang cukup dari pemerintah. Bahkan kemudian mereka harus menerima tuduhan-tuduhan dari masyarakat India, khususnya kelompok anti Muslim, bahwa mereka adalah “teroris Corona”. (ran)

Tags: Covid-19Indiaramadhan
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Semarak Ramadhan – Idul Fitri 1444 H PRIM Kansai Jepang
Berita

Semarak Ramadhan – Idul Fitri 1444 H PRIM Kansai Jepang

2 Mei, 2023
tajdid
Opini

Ikhtiar Menjaga Istikamah Setelah Ramadhan

1 Mei, 2023
masjid
Opini

Selepas Ramadhan: Bagaimana Kualitas Iman dan Takwa Kita?

29 April, 2023
Next Post

Pendidikan Kritis dan Emansipatoris ala Dahlan

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In