Oleh: Lutfi Effendi
Al-Qur’an adalah kitabullah (kitab Allah). Diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan diperuntukkan bagi manusia. Karenanya, selama Ramadhan ini, penulis akan menyajikan bagaimana Allah memperkenalkan dirinya kepada manusia lewat Al-Qur’an. Tentu hanya sebagian saja yang bisa disajikan selama 30 hari di bulan Ramadhan ini.
Dalam tulisan ini masih membahas Qs Al Baqarah ayat 3:
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ
allażīna yu`minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
Tetapi fokus kita pada potongan ayat:
وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ
wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta (melaksanakan shalat).
Setelah pada pembahasan sebelumnya dibahas Tuhan yang ghaib, Allah yang ghaib maka cara penyembahan atau cara untuk beribadah kepadaNya tentu lain dengan cara jika tuhan itu nampak atau maujud. Untuk tuhan yang nampak menyembahnya tinggal menghadapkan muka dan kemudian menyembahnya tetapi bagaimana jika tuhan tidak nampak?.
Dalam hal ini, Allah langsung memberi cara menyembahnya setelah memerintahkan mengimani Tuhan Yang Ghoib. Caranya adalah dengan shalat sebagaimana termaktub dalam potongan ayat .
وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ
wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta (melaksanakan atau menegakkan shalat).
Lalu bagaimana caranya? Inilah gunanya Nabi dan Rasul untuk bisa membimbing bagaimana cara menyembah Allah SwT. Dalam hal shalat ini Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻛَﻤَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻤُﻮﻧِﻲ ﺃُﺻَﻠِّﻲ
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” [HR. Bukhari].
Untuk melakukan shalat dengan benar, kita meniru cara shalat Nabi Muhammad saw. Baik itu shalat-shalat apa yang harus dikerjakan, waktunya kapan, caranya bagaimana dan jumlah rakaatnya berapa. Semua I’tiba apa yang dilakukan Rasulullah Muhammad saw.
Yang lebih menakjubkan, salah satu yang menjadi sarat syahnya shalat adalah bacaan Al Fatihah di dalam shalat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
لا صلاةَ لمن لم يقرأْ بفاتحةِ الكتابِ
“tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab” (HR. Al Bukhari 756, Muslim 394)
Di dalam urut-urutan mushaf Al Qur’an yang kita pelajari, Al Fatihah dibaca dulu, dipelajari dulu sebelum perintah shalat yang muncul dalam Qs Al Baqarah ayat 3 ini. Dengan demikian tidak akan menyulitkan ketika Al Fatihah menjadi sesuatu yang penting dan menentukan di dalam tata cara shalat.
Shalat atau ibadah kita kepada Allah juga merupakan tindak lanjut ikrar kita yang ada di Qs Al Fatihah ayat 5, iyyāka na’budu (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah). Dan juga merupakan lanjutan syukur bil lisan yang ada pada Qs Al Fatihah ayat 2, al-ḥamdu lillāhi (Segala puji bagi Allah). Di mana syukur kita sudah tidak hanya bil lisan tetapi sudah dengan perbuatan. Sebagai rasa syukur kita telah diberi kehidupan oleh Allah SwT.
Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas? Shalat adalah sesuatu hal yang penting dalam kehidupan kita. Shalat merupakan rukun dalam agama Islam yang tidak boleh kita tinggalkan. Bahkan ketika kita tidak bisa shalat secara normal, kita bisa melakukannya dengan duduk dan bahkan berbaring. Karenanya, shalat jangan ditinggalkan dan harus kita tegakkan sebagaimana sabda Rasul yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
“Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973.) Waallahu a’lam bisshawab (***)