Aksi Nyata Muhammadiyah, Antara Keikhlasan dan Profesionalisme

Aksi Nyata Muhammadiyah, Antara Keikhlasan dan Profesionalisme

Kapal Apung

Oleh Erni Juliana Al Hasanah Nasution

Aksi nyata Muhammadiyah dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial sudah sangat dikenal bahkan sampai ke dunia internasional. Kerja-kerja kemanusiaan merupakan bagian dari urat nadi  keseharian Muhammadiyah. Sejak kelahirannya Muhammadiyah sudah terbiasa melakukan penggalangan dana publik dalam bentuk Ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan wakaf).

Bahkan cikal bakal pengelolaan zakat yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesia berasal dari pengelolaan zakat a la Muhammadiyah. Dana yang berasal dari masyarakat tersebut dikelola oleh sebuah Lembaga yang didirikan oleh Muhammadiyah yang dikenal sebakai PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Pembina Kesejahteraan Umum (PKU).

Ketika Covid-19 memawah di Indonesia, serta merta Muhammadiyah turun ke tengah-tengah masyarakat mengambil peranan apapun yang bisa dilakukan, melalui Lembaga Penangulangan Bencana atau yang lebih dikenal dengan MDMC (Muhammadiyah Disaster Managemen Center) sebagai garda terdepan dalam aksi-aksi kemanusiaan, juga melalui LAZISMU (Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah) seabagai lembaga yang menyokong aksi-aksi nyata Muhammadiyah dalam hal pendanaan.

Di lapangan, aksi-aksi kemanusiaan tersebut diback up oleh seluruh organ Muhammadiyah sampai ke ranting-ranting di bawah satu komando one Muhammadiyah one Respon. Dan untuk kasus Covid-19 ini Muhammadiyah bergerak di bawah bendera Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) sampai ke wilayah-wilayah se- Indonesia.

Respon kemanusiaan MCCC sangat nyata dan terukur. Dalam laporan  harian MCCC tergambar bahwa sudah 71 Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyah telah melayani ribuan masyarakat  baik yang berstatus ODP, PDP maupun positif Covid-19. 

Masyarakat juga mendapatkan manfaat dalam bentuk pembagian masker, penyemprotan dan pemberian disinfektan, pembagian hand sanitizer, distribusi APD medis, bantuan makanan, pembagian sembako, dan pembagian vitamin.

Selain itu, ada pelayanan psikologi, konsultasi agama, meningkatkan literasi masyarakat tentang Covid-19, poster dan media edukasi lainnya sampai pemberian uang tunai pada masyarakat yang membutuhkan. Dan tentu saja Muhammadiyah melakukan penggalangan dana publik untuk melakukan aksi-aksinya tersebut melalui LAZISMU sebagai Lembaga amil resmi milik Muhammadiyah yang sudah teregister di BAZNAS.

Sumbangsih Muhammadiyah sangat nyata untuk negeri ini, dalam berjejaring dengan Lembaga dalam dan luar negeri dalam pengelolaan sumber daya manusia dan infrasktruktur yang dimilikinya. Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana Muhammadiyah bisa menggerakkan sumber daya yang dimilikinya agar selalu sigap mengambil peran dalam setiap situasi apa pun yang menghampiri negeri ini? 

Menurut penulis jawabannya adalah karena ada semangat “keikhlasan dan profesionalisme” yang bersemayam dalam jiwa setiap kader Muhammadiyah.

Keihlasan sudah menjadi urat nadi gerakan ini sejak kelahirannya. ketulusan dalam bekerja tanpa merasa terpaksa, dan tidak berharap adanya imbalan jasa, Jika pun ada pamrih, maka yang dimaksud hanyalah mengharap imbalan pahala dari Allah SWT, bukan yang lain.

Keikhlasan semacam ini sudah menjadi bagian dari kepribadian para pemimpin Muhammadiyah sejak awal berdirinya dan terus dipertahankan hingga saat ini. Itulah sebab mengapa ruh ikhlas menjadi bagian penting dari gerakan Muhammadiyah.

Tidak ada gerakan Muhammadiyah yang tumbuh tanpa keihklasan. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti sekolah-sekolah, rumas sakit, panti asuhan anak-anak yatim, termasuk LAZISMU, semua dirintis dan dibangun dengan semangat keikhlasan.

Namun demikian ikhlas saja tidak cukup, harus disertai dengan profesionalisme. Saat ini MCCC dikelola oleh orang-orang yang kompetensi di bidangnya, dengan manajerial modern, ada tenaga medis, ada psikolog, ada relawan terlatih, dan lain sebagainya.

Demikian juga LAZISMU sebagai LAZ tingkat nasional yang sudah teregister di BAZNAS tentu sudah melalui proses asesmen yang ketat, memiliki amil yang profesional, memiliki program kerja untuk pemberdayaan umum, memiliki dewan syariah untuk memastikan kepatuhan syariahnya, dan tentu saja harus memenuhi asas-asas pengelolaan zakat, dan transparasni baik dalam penghimpunan maupun dalam pemanfaatan dana.

Dalam hal laporan keuangan  juga harus sesuai dengan Pernyataan Akuntansi dan Keuangan (PSAK) 109 tentang akuntansi zakat, infak dan sedekah. Pengalangan dana publik harus dilaporkan ke publik baik pada muzakki, mustahik, maupun pada Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan negara. Sehingga dengan demikian akuntabiltas pengelolaan dana terjaga dan menambah kepercayaan masyarakat kepada lembaga zakat tersebut.

Perpaduan antara semangat keikhlasan yang didukung oleh profesionalisme inilah salah satu yang membuat Muhammadiyah dengan segala aksi-aksinya dapat bertahan dan terus berkembang sampai sekarang. Tentu keikhlasan dan profesionalisme tersebut harus terus diasah dan dibudayakan serta dibarengi dengan pengembangan kapasitas organisasi secara terus menerus dan berkelanjutan.

Muhammadiyah berpegang pada asas-asas moral, asas akuntabilitas, transparansi, kepastian hukum dan intergasi adalah suatu keharusan. Hal itu karena dalam Islam setiap perbuatan harus dipertanggung jawabkan baik kepada manusia maupun kepada Sang Khalik.

Erni Juliana Al Hasanah Nasution, Dosen Institute Tehnologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB -AD), Jakarta, Pengurus MDMC PP Muhammadiyah

Exit mobile version