Hadits Seputar Ramadhan (1) Puasa sebagai Salah Satu Pondasi Agama
Ruslan Fariadi, SAg, MSI
Tulisan ini memuat hadits-hadits maqbul (shahih dan Hasan) seputar Ramadhan, baik yang berkaitan dengan Puasa, Qiyamur Ramadhan, Zakat, maupun Idul Fithri. Harapannya semoga hadits-hadits maqbul dan populer seputar Ramadhan ini dapat menjadi bahan refrensi bagi umat, khususnya para penceramah, dalam mencari penjelasan tentang berbagai persoalan seputar Ramadhan langsung dari Hadits Nabi Saw.
Hadits-Hadits yang ditampilkan di sini merupakan kumpulan Hadits populer yang dikutip dari berbagai kitab Hadits primer (mu’tabar) maupun kitab dan sumber rujukan sekunder lainnya, disertai dengan penjelasan tetang kualitas dan sumber-sumber (takhrij)-nya. Harapannya agar para pembaca yang ingin melakukan pencarian dari sumber aslinya dapat melakukannya dengan mudah dan langsung kepada hadits maqbul yang dimaksud.
Puasa Ramadhan Sebagai Salah Satu Pondasi Agama
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ (رواه البخاري و مسلم)
“Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah Saw bersabda: Islam dibangun di atas lima (landasan); Kesaksian tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim (Muttafaq ‘alaih), sebagaimana terdapat dalam kitab al-Jami’ as-Shahih Imam al-Bukhari dalam bab Buniya al-Islam ‘ala Khamsin nomor 7, Shahih Muslim bab Bayan arkan al-Islam wa Da’a’imuhu al-‘Izham no. 20-22.
Selain hadits tersebut, imam al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadits dengan matan yang agak panjang, sebagaimana terdapat dalam kitab al-Jami’ as-Shahih Imam al-Bukhari dalam bab Su’al Jibril an-Nabiya ‘an al-Iman wa al-Islam, nomor 48 dan dalam bab lainnya nomor 4404, Shahih Muslim bab Bayan al Iman wa al-Islam wa al-Ihsan no. 10. Berikut matan hadits yang dimaksud:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ (الْآيَةَ) ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ جَعَلَ ذَلِك كُلَّهُ مِنْ الْإِيمَانِ (رواه البخاري و مسلم)
“Dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi Saw pada suatu hari muncul di hadapan para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril as. kemudian bertanya: Apakah iman itu? Nabi menjawab: Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, perjumpaan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan engkau beriman kepada hari kiamat. (Jibril) berkata: Apakah Islam itu? Nabi menjawab: Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, engkau dirikan salat, engkau tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhan. (Jibril) berkata: Apakah ihsan itu? Nabi menjawab: Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya (maka) sesungguhnya Dia melihatmu. Ia (Jibril) berkata lagi: Kapan terjadinya hari kiamat?
Nabi menjawab: Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah. Kemudian Nabi membaca: “Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat” (QS. Luqman: 34). Setelah itu Jibril pergi, kemudian Nabi Saw bersabda; hadapkan dia ke sini. Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda; Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka. Abu Abdullah berkata: Semua hal yang diterangkan Beliau Saw dijadikan sebagai (rukun) iman.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Di samping telah memenuhi kreteria hadits shahih, kedua hadits tersebut juga dikuatkan oleh hadits lain dari jalur periwayatan yang cukup banyak, antara lain; Sunan Abu Dawud bab Fi Radd al Irja’ nomor 4057 dan bab Fi al-Qadr nomor 4075, Sunan an-Nasa’i kitab ‘ala kam buniya al-Islam nomor 4915, Sunan at-Tirmidzi bab Ma Ja’a Bun-ya al-Islam ‘ala Khamsin nomor 2534, dan Musnad imam Ahmad dalam musnad Abdullah bin Umar bin al-Khattab nomor 5414, 5743, 6019, 18423, dan 18429. Sunan at-Tirmidzi bab Ma Ja’a fi Wasfi Jibril li an-Nabiyi, nomor 2535, Sunan Ibnu Majah bab Fi al-Iman nomor 63, Musnad imam Ahmad bab Awwalu Musnad Umar bin al-Khattab nomor 352 dan Musnad Abi Hurairah nomor 9137.
Selain kedua hadits tersebut di atas, imam al-Bukhari juga meriwayatkan dengan matan yang berbeda sebagaimana terdapat dalam bab Al-Zakah min al-Islam nomor 44 dan pada bab Kaifa Yastahlifu nomor 2481, dan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya pada bab Bayanu as-Shalawati allati Hiya Ahadu Arkani al-Islami nomor 12. Begitu pula halnya dengan Imam an-Nasa’i dalam kitab Sunannya bab Kam Furidhat fi al-Yaum wa al-Lailah nomor 454. Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Musnadnya pada bab Musnad Abi Muhammad Thalhah bin Ubaidillah nomor 1318, serta imam Malik dalam kitab Muwattha’ pada bab Jami’ Targhib fi as-Shalah nomor 382.
Membiasakan Diri Untuk Berpuasa di Luar Bulan Ramadhan
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ.(متفق عليه)
“Dari ‘Aisyah ra.berkata: adalah Rasulullah Saw (sering) melaksanakan puasa sehingga kami mengatakan seolah-olah beliau tidak pernah berbuka (tidak berpuasa), namun beliau juga sering tidak berpuasa sehingga kami mengatakan seolah-olah Beliau tidak pernah berpuasa. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah Saw menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan dan aku tidak pernah melihat Beliau lebih sering melaksanakan puasa (sunnat) kecuali di bulan Sya’ban.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini merupakan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim (Muttafaq ‘alaih). Imam al-Bukhari mencantumkannya dalam kitab Shaum Sya’ban, nomor 1833, sedangkan imam Muslim dalam kitab Shiyam an-Nabi shallahu ‘alaihi wasallam fi ghairi Ramadhan wa istihbabi nomor 1955, 1956 dan 1958 dan 1960.
Selain matan hadits tersebut, imam Muslim juga meriwayatkan sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الشَّهْرِ مِنْ السَّنَةِ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَنْ يَمَلَّ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ يَقُولُ أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ وَإِنْ قَلَّ (رواه مسلم)
“Dari Aisyah ra, ia berkata; Rasulullah Saw tidak pernah berpuasa banyak di bulan tertentu dalam satu tahun, melebihi puasa beliau ketika pada bulan Sya’ban. Dan beliau bersabda: Lakukanlah amalan yang mampu kalian lakukan, karena Allah tidak akan bosan hingga kalian sendirilah yang bosan. Dan Amalan yang paling disukai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit.” (HR. Muslim)
Hadits ini terdapat dalam kitab al-Jami’ as-Shahih li Muslim kitab (bab) Shaum Siraru Sya’ban nomor 1979 dan 1981 dengan derajat yang shahih. Selain beliau, imam Abu Dawud juga meriwayatkan dalam kitab sunannya nomor 1983, serta imam ahli hadits lainnya seperti imam Ahmad dan ad-Darimi. Bersambung
Hadits Seputar Ramadhan (1) Puasa sebagai Salah Satu Pondasi Agama
Hadits Seputar Ramadhan (2) Motivasi Nabi Berpuasa Ramadhan
Hadits Seputar Ramadhan (3) Penentuan Awal Bulan Kamariah Dengan Hisab dan Rukyat
Hadits Seputar Ramadhan (4) Zakat Fitrah – Idul Fitri
Sumber: Majalah SM No 10 Tahun 2016