Oleh: Lutfi Effendi
Al-Qur’an adalah kitabullah (kitab Allah). Diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan diperuntukkan bagi manusia. Karenanya, selama Ramadhan ini, penulis akan menyajikan bagaimana Allah memperkenalkan dirinya kepada manusia lewat Al-Qur’an. Tentu hanya sebagian saja yang bisa disajikan selama 30 hari di bulan Ramadhan ini.
Tulisan kali ini membahas Qs Al Baqarah ayat 4:
وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ
wallażīna yu`minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn
dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.
Di dalam Qs Al Baqarah ayat 4 ini Allah SwT menggambarkan orang yang bertakwa itu beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan kitab-kitab yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad saw. Selain itu juga beriman akan adanya akhirat.
Selanjutnya Jika kita longok pada Qs Al Baqarah ayat 2 (lihat juga tulisan sebelumnya Allah Memperkenalkan diri (12):
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn (Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa), maka sebetulnya fungsi kitab yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul adalah petunjuk kepada manusia ke jalan yang lurus, ke jalan takwa. Ini merupakan rasa kasih sayang Allah SwT kepada umat manusia agar tidak tersesat jalan dalam menjalani kehidupan di dunia.
Maka ketika mereka beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelumnya, dan yakin akan adanya akhirat, sebetulnya secara hakiki mempercayai bahwa Allah SwT memberikan petunjuk kepada manusia sejak masa Nabi Adam hingga akhir zaman.
Dari sini, Allah juga memberi tahu kepada manusia, bahwa seanjang masa kehidupan manusia Allah akan memberi petunjuk kepada manusia dalam menjalani kehidupannya itu. Petunjuk itu melalui kitab-kitab yang diberikan lewat Nabi dan Rasul untuk membimbing umatnya.
Meski sampai pembahasam kita hingga ayat ini tidak disebut apa nama-nama kitab tersebut (termasuk nama Al Qur’an), tetapi jelas di antaranya nama-nama kitab tersebut seperti yang diajarkan selama ini adalah Al-Qur’an yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw, dan kitab-kitab sebelumnya Taurat pada Nabi Musa, Zabur pada Nabi Daud dan Injil pada Nabi Isa. Tentu ada kitab-kitab lain kepada Nabi dan Rasul lain hanya tidak disebut namanya, seperti kitab yang diberikan kepada Nabi Ibrahim hanya disebut suhuf. Barangkali juga ada Nabi dan Rasul yang tidak disebutkan dalam Al Qur’an juga mempunyai kitab tersendiri yang memang ajarannya untuk menyembah kepada Allah atau Tuhan Yang Esa.
Di antara kitab tersebut, ada yang diajarkan oleh beberapa Nabi. Misalnya Taurat diajarkan hingga Nabi Yahya. Sedangkan untuk Zabur, Injil dan Al Qur’an untuk satu Nabi dan umatnya. Untuk Al-Qur’an sendiri berlaku sampai hari Akhir nanti.
Bagi penulis, Al-Qur’an ini punya keunikan tersendiri. Ketika era Nabi masih hidup, turunnya Al-Qur’an berangsur-angsur sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Nabi dalam menuntun kehidupan umat saat itu. Tetapi secara berangsur-angsur juga disusun seperti kitab sesuai petunjuk Allah lewat Malaikat Jibril sehingga ketika Nabi wafat sudah tersusun seperti sekarang ini meski baru disusun utuh sebagai kitab baru pada era khalifah Usman bin Affan karenanya kitab Al Qur’am yang ada sekarang ini disebut Mushab Usmani. Sehingga ketika Nabi wafat sudah tidak ada persoalan lagi tentang Al Qur’an sebagai petunjuk yang runtut.
Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas? Sebagai umat Muhammad maka Al-Qur’an ini yang kita pedomani sebagai petunjuk Allah untuk kita saat ini. Al Qur’an sudah ditulis runtut untuk bisa dipedomani oleh umat Muhammad ketika dibaca dari depan sesuai urut-urutan kitab.
Al Qur’an adalah petunjuk Allah untuk manusia, karenanya setiap kalimat dalam Al Qur’an tentu merupakan petunjuk yang dapat diamalkan. baik itu amal positif (berupa perintah) maupun amal negatif (berupa larangan).
Al Qur’an sebagai sebuah kitab dapat dipahami atau didekati sebagai sebuah kitab. Sehingga pemahamannya akan urut dari depan dan tidak dibolak-balik, artinya sesuatu ayat yang belum dibaca tidak akan dijadikan sebagai hujah. Akan tetapi hadis yang berkenaan dengan hal yang dipelajari dapat dipakai sebagai rujukan.
Setiap amalan yang terkandung dalam pemahaman Al Qur’an ini hendaknya segera dikerjakan, karena pada ayat selanjutnya kemungkinan ditemukan ayat senada yang kandungan amalannya akan diperberat persyaratannya. Waallahu a’lam bisshawab (***)