Oleh: Lutfi Effendi
Al-Qur’an adalah kitabullah (kitab Allah). Diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan diperuntukkan bagi manusia. Karenanya, selama Ramadhan ini, penulis akan menyajikan bagaimana Allah memperkenalkan dirinya kepada manusia lewat Al-Qur’an. Tentu hanya sebagian saja yang bisa disajikan selama 30 hari di bulan Ramadhan ini.
Dalam pembahasan sebelumnya, telah dibahas bahwa Allah SwT memberi petunjuk kepada manusia sepanjang masa. Karenanya, pada tulisan kali ini penulis akan membahas bagaimana Allah menilai respon manusia terhadap petunjuk yang diberikan tersebut. Titik tolaknya adalah petunjuk Allah lewat Al Qur;an. Sedangkan ayat yang akan dibahas dari Qs Al Baqarah ayat 5-20 secara acak.
Untuk membahas lebih lanjut, dilihat dulu pembagian manusia yang terdapat di dalam surat Al Fatihah ayat 6 dan 7 (lihat Allah Memperkenalkan Diri (11)). Di dalam ayat ini, Allah membagi manusia ada 3 golongan. Pertama, an’amta ‘alaihim (orang yang diberi nikmat oleh Allah) (Qs Al Fatihah ayat 7) sebelumnya disebut sebagai orang yang ada di jalan lurus (Qs Al Fatihah ayat 6). Kedua, al-magḍụbi ‘alaihim (orang yang dimurkai Allah) (Qs Al Fatihah ayat 7). Ketiga, aḍ-ḍāllīn (orang yang sesat) (Qs Al Fatihah ayat 7).
Dalam hal penilaian Allah ini, juga terkait tiga golongan ini. Untuk golongan pertama juga disebut golongan Muttaqin (Qs. Al Baqarah ayat 2). Respon mereka terhadap petunjuk Allah terdapat di dalam Qs Al Baqarah ayat 3 dan 4, beriman pada yang ghaib dan sebagainya (lihat Allah Memperkenalkan Diri 12-16). Sedangkan penilaian Allah terdapat pada Qs Al Baqarah ayat 5:
اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
ulā`ika ‘alā hudam mir rabbihim wa ulā`ika humul-mufliḥụn
Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Sedangkan penilaian Allah terhadap golongan Kedua, al-magḍụbi ‘alaihim (orang yang dimurkai Allah) (Qs Al Fatihah ayat 7). Baik respon dan penilaian Allah terdapat dalam Qs Al Baqarah ayat 6-7. Dalam ayat ini, golongan kedua ini juga disebut kafir.
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
innallażīna kafarụ sawā`un ‘alaihim a anżartahum am lam tunżir-hum lā yu`minụn
khatamallāhu ‘alā qulụbihim wa ‘alā sam’ihim, wa ‘alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.
Sementara respon golongan ketiga, aḍ-ḍāllīn (orang yang sesat) (Qs Al Fatihah ayat 7) terhadap petunjuk Allah lebih banyak ketimbang golongan lain. Terdapat dalam Qs Al Baqarah ayat 8-16 dan bahkan sudah ada penilaian Allah terhadap respon mereka yang beraneka warna tetapi inti penilaian Allah terhadap golongan ini terdapat dalam Qs Al Baqarah ayat 16:
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰىۖ فَمَا رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوْا مُهْتَدِيْنَ
ulā`ikallażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā fa mā rabiḥat tijāratuhum wa mā kānụ muhtadīn
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.
Sedangkan penilaian Allah SwT terhadap nasib mereka di akhirat terdapat pada Qs Al Baqarah ayat 10:
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ
fī qulụbihim maraḍun fa zādahumullāhu maraḍā, wa lahum ‘ażābun alīmum bimā kānụ yakżibụn
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.
Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas? Dari tiga golongan yang ada ini, tentu kita akan memilih golongan pertama sebagai hal yang kita tiru responnya terhadap petunjuk Allah ketimbang golongan lain. Ini mengingat penilaian positif terhadap golongan ini. Kita perlu juga mengetahui respon golongan lain, dalam rangka kita tidak terjebak ke dalam prilaku mereka sehingga kita masuk menjadi golongan mereka. Yang tentu akan mendapat penilaian negatif dari Allah SwT. Waallahu a’lam bisshawab (***)