Oleh: Lutfi Effendi
Al-Qur’an adalah kitabullah (kitab Allah). Diturunkan pertama kali di bulan Ramadhan diperuntukkan bagi manusia. Karenanya, selama Ramadhan ini, penulis akan menyajikan bagaimana Allah memperkenalkan dirinya kepada manusia lewat Al-Qur’an. Tentu hanya sebagian saja yang bisa disajikan selama 30 hari di bulan Ramadhan ini.
Pada ayat 17-20 Qs Al Baqarah, Allah pertama kali menampilkan perumpamaan atau tamsil dalam Al Qur’an.
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا ۚ فَلَمَّآ اَضَاۤءَتْ مَا حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ لَّا يُبْصِرُوْنَ
صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ
اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ ۙ وَاِذَآ اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
maṡaluhum kamaṡalillażistauqada nārā, fa lammā aḍā`at mā ḥaulahụ żahaballāhu binụrihim wa tarakahum fī ẓulumātil lā yubṣirụn
ṣummum bukmun ‘umyun fa hum lā yarji’ụn
au kaṣayyibim minas-samā`i fīhi ẓulumātuw wa ra’duw wa barq, yaj’alụna aṣābi’ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā’iqi ḥażaral-maụt, wallāhu muḥīṭum bil-kāfirīn
yakādul-barqu yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā`a lahum masyau fīhi wa iżā aẓlama ‘alaihim qāmụ, walau syā`allāhu lażahaba bisam’ihim wa abṣārihim, innallāha ‘alā kulli syai`ing qadīr
Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.
Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Al-Qur’an berisi hal-hal yang sangat tinggi, sempurna, dan bermanfaat yang diperlukan oleh manusia. Di dalamnya terdapat metode pendidikan yang paling baik, penyampaian makna ke dalam hati dengan cara paling mudah dan jelas.
Di antara cara pendidikannya yang tinggi ialah membuat perumpamaan-perumpamaan. Terkait hal ini, disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Menciptakan manusia tentang urusan-urusan yang penting, seperti tauhid, keadaan orang-orang yang bertauhid, tentang syirik dan para pemujanya, serta amalan yang umum dan mulia.
Tujuannya semua itu adalah untuk menjelaskan makna-makna yang bermanfaat, menyerupakannya dengan hal-hal yang dapat ditangkap oleh indra agar pembaca menyaksikannya seakan-akan melihatnya dengan mata kepalanya.
Mengenai tamsil dalam ayat 17-20 Al Baqarah ini, umumnya Tafsir, termasuk Tafsir At Tanwilr menggambarkan orang munafiq. Jadi ayat ini merupakan serangkaian dari ayat 8 -20 Qs Al Baqarah . Meski begitu, penulis lebih cenderung menamakan sebagai orang yang aḍ-ḍāllīn (orang yang sesat) sebagaimana yang disebutkan dalam Qs Al Fatihah ayat 7, karena belum munculnya istilah munafik dari awal Al Qur’an hingga ayat 20 Al Baqarah.
Tetapi ada juga yang mengartikan ayat 17-20 bagian dari penjelasan ayat 6-16 dari Qs Al Baqarah, karena di dalam tamsil ini ada istilah kafir sebagaimana yang ada pada Qs Al Baqarah ayat 6: innallażīna kafarụ sawā`un ‘alaihim a anżartahum am lam tunżir-hum lā yu`minụn (Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman). Istilah yang sama muncul dalam Qs Al Baqarah ayat 19: au kaṣayyibim minas-samā`i fīhi ẓulumātuw wa ra’duw wa barq, yaj’alụna aṣābi’ahum fī āżānihim minaṣ-ṣawā’iqi ḥażaral-maụt, wallāhu muḥīṭum bil-kāfirīn (Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.). Ini dikuatkan penggambaran pada ayat 18 Qs Al Baqarah: ṣummum bukmun ‘umyun fa hum lā yarji’ụn (Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali) yang senada dengan Qs Al Baqarah 7: khatamallāhu ‘alā qulụbihim wa ‘alā sam’ihim, wa ‘alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum ‘ażābun ‘aẓīm (Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat).
Sedangkan gambaran orang aḍ-ḍāllīn (orang yang sesat) terdapat pada Qs Al Baqarah ayat 20: yakādul-barqu yakhṭafu abṣārahum, kullamā aḍā`a lahum masyau fīhi wa iżā aẓlama ‘alaihim qāmụ, walau syā`allāhu lażahaba bisam’ihim wa abṣārihim, innallāha ‘alā kulli syai`ing qadīr (Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu). Di dalam ayat ini Allah belum menghilangkan pendengaran dan penglihatannya meski Allah sangat mampu untuk melakukannya. Didekatkannya kata kafirin yang terdapat pada akhir ayat 19 dengan ayat 20 ini mengandung makna orang aḍ-ḍāllīn (orang yang sesat) itu bisa menjadi kafir karena kesesatannya yang sangat tetapi juga bisa kembali mukmin karena ia masih mampu melihat dan mendengar kebenaran dan sadar akan kesesatannya.
Lalu apa yang bisa kita ambil dari pelajaran di atas? Perumpamaan atau amsal dari ayat-ayat di atas untuk memberi gambaran tentang orang-orang yang sesat dan orang kafir agar kita tidak sesat jalan apalagi menjadi kafir. Waallahu a’lam bisshawab (***)