Hadits Seputar Ramadhan (4) Zakat Fitrah – Idul Fitri

cinta saudara

Ilutrasi Foto Dok Hikmah

Hadits Seputar Ramadhan (4) Zakat Fitrah – Idul Fitri

Oleh Ruslan Fariadi, S.Ag., M.Si

Zakat Fitrah

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ. (رواه البخاري)

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra. berkata: Rasulullah Saw mewajibkan zakat fithri satu sha’ dari kurma atau sha’ dari gandum bagi setiap hamba sahaya (budak) maupun yang merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar dari kaum Muslimin. Dan Beliau memerintahkan agar menunaikannya sebelum orang-orang berangkat untuk shalat (‘Id) “. (HR. Al-Bukhari)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ الْمُسْلِمِينَ (رواه البخارى ومسلم)

“Dari ibnu Umar ra berkata: Rasulullah Saw mewajibkan zakat fithrah di bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum, baik bagi seorang budak, orang merdeka, laki-laki, wanita, besar atau kecil dari kalangan orang Islam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

عَنِ ابْنِ عَبَّاٍس رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّهْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ، فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ (رواه أبو داود)

“Dari Ibnu Abbas ra berkata: Rasulullah Saw telah mewajibkan untuk mengeluarkan zakat fithrah sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang tidak bermanfaat dan kotor, serta sebagai pemberian makan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum pelaksanaan shalat ‘id, maka itulah zakat fithrah yang diterima, sedangankan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah pelaksanaan shalat ‘id, maka itu merupakan shadaqah biasa.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Hakim)

Hadits-hadits tentang zakat fitrah tersebut termasuk kategori hadits Shahih yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari, Muslim, Abu dawud dan imam ahli hadits lainnya.

Hadits ini terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari pada bab Fardhu Shadaqah al-Fithri nomor 1407, bab Shadaqah al-Fithri ‘Ala al-‘Abdi wa Ghairihi Min al-Muslimin nomor 1408, bab Shadaqah al-Fithri Sha’an Min Tha’am nomor 1410, bab Shadaqah al-Fithri Sha’an Min Tamrin nomor 1411, bab Sha’ Min Zabib nomor 1412 dan bab Shadaqah al-Fithri ‘Ala as-Shaghir wa al-Kabir nomor 1416. Imam Muslim dalam kitab Shahihnya pada bab Zakah al-Fithri ‘Ala al-Muslimin Min at-Tamri wa as-Sya’ir nomor 1635-1644. Sedangkan hadits riwayat imam Abu Dawud terdapat dalam kitab Sunannya pada bab Zakah al-Fithri nomor 1371, hadits-hadits setema juga terdapat dalam bab Kam Yu,addi fi Shadaqah al-Fithri nomor 1373-1374, dan bab Man Rawaa Nishfu Sha’ Min Qamhin nomor 1381. Imam at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, Malik dan ad-Darimi juga meriwayatkan hadits-hadits setema dalam beberapa bentuk redaksi.

‘Idul Fitri (Hari Raya)

عَنْ أَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَغْدُوْ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا (رواه البخارى)

“Dari Anas bin Malik ra berkata: bahwasanya Nabi Saw tidak berangkat untuk shalat ‘idul fithri, sehingga beliau makan buah kurma (terlebih dahulu), dan beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Al-Bukhari)

Hadits tersebut adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan imam ahli hadits lainnya. Hadits ini terdapat dalam kitab Al-Jami’ as-Shahih al-Bukhari pada bab Al-Aklu yauma al-Fithri Qabla al-Khuruj nomor 900. Selain imam al-Bukhari, hadits ini juga diriwayatkan oleh imam Ibnu Majah pada bab Fi al-Akli yauma al-Fithri Qabla an-Yakhruj nomor 1744-1746. Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya  pada bab Hadits Buraidah al-Aslami Radhiyallahu ‘Anhu nomor 21906, dan imam Malik dalam kitab Muwaththa’ pada bab Al-Amru bi al-Akli Qabla al-Ghadwi Fi al-‘id nomor 387.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ شَهِدْتُ الْفِطْرَ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ يُصَلُّونَهَا قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ يُخْطَبُ بَعْدُ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ حِينَ يُجَلِّسُ بِيَدِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ يَشُقُّهُمْ. (رواه البخاري)

“Dari Ibnu ‘Abbas ra., ia berkata, “Aku pernah menghadiri shalat ‘‘Idul Fithri bersama Nabi Saw, Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman ra. Mereka semua melaksanakan shalat sebelum khutbah, dan menyampaikan khutbah setelah shalat. Nabi Saw kemudian pergi dan aku melihat seakan beliau memberi isyarat dengan tangannya agar jama’ah tetap duduk di tempatnya. Kemudian beliau melewati dan membelah shaf-shaf mereka …” (HR. Al-Bukhari)

Hadits ini terdapat dalam kitab Al-Jami’ as-Shahih karya imam al-Bukhari pada bab Mau’izhah al-Imam an-Nisa’ yaum al-‘Id nomor 926 dengan kualitas shahih. Hadits ini juga terdapat dalam kitab yang sama pada bab Idza Ja’aka al-Mu’minaat Yubayi’naka nomor 4516. Imam Muslim dalam kitab Shahihnya pada bab Shalah ‘Idain nomor 1464. Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya pada bab Bidayah Musnad Abdillah bin al-Abbas nomor 2904 dan pada bab Baqi al-Musnad as-Sabiq nomor 25121.

Larangan Berpuasa Pada Hari ‘Idul Fitri dan Idul Adha

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ. (رواه مسلم)

“Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw telah melarang berpuasa pada dua hari, yaitu pada hari ‘Idul Adlha dan ‘Idul Fithri.” (HR. Muslim)

عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ قَالَ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ هَذَيْنِ الْيَوْمَيْنِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ الْأَضْحَى أَمَّا يَوْمُ الْفِطْرِ فَيَوْمُ فِطْرِكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ وَيَوْمُ الْأَضْحَى تَأْكُلُونَ فِيهِ مِنْ لَحْمِ نُسُكِكُمْ. (رواه ابن ماجة)

“Dari Abu ‘Ubaid berkata; Aku pernah menyaksikan hari ‘Id bersama Umar Ibnul Khaththab, lalu ia memulai dengan shalat sebelum khutbah. Ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang berpuasa pada dua hari ini; ‘‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha. ‘‘Idul Fithri adalah hari kalian berbuka dari berpuasa, sedangkan ‘Idul Adha adalah hari kalian makan daging sembelihan kalian. “ (HR. Ibnu Majah)

Hadits tersebut adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan imam Ibnu Majah serta ahli hadits lainnya.

Hadits ini terdapat dalam kitab Al-jami’ as-Shahih karya imam Muslim pada bab An-Nahyu ‘An Shaum Yauma al-Fithri wa yaum al-Adha nomor 1921, 1923 dan 1925. Selain beliau, matan hadits tersebut juga diriwayatkan oleh imam Abu dawud dalam kitab Sunannya pada bab Fi Shaum al-‘Idain nomor 2064, imam at-Tirmidzi dalam bab Ma Ja’a Fi Karahiyah as-Shaum Yaum al-Fithri wa an-Nahri nomor 703. Sedangkan hadits riwayat Ibnu Majah di atas terdapat dalam bab Fi an—Nahyi ‘An Shiyam Yaum al-Fithri wa al-Adha nomor 1711-1712. Imam Ahmad mencantumkan hadits tersebut dalam kitab Musnadnya pada bab Awwalu Musnad Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhu nomor 158 dan dalam beberapa bab lainnya. Imam Malik dalam kitab Muwattha’ pada bab Shiyam Yaum al-Fithri wa al-Adha wa ad-Dahri nomor 589 dan imam ad-Darimi dalam kitab Sunannya pada bab An-Nahyu ‘An as-Shiyam Yaum al-Fithri wa Yaum an-Nahri nomor 1688. Habis

Hadits Seputar Ramadhan (1) Puasa sebagai Salah Satu Pondasi Agama 

Hadits Seputar Ramadhan (2) Motivasi Nabi Berpuasa Ramadhan

Hadits Seputar Ramadhan (3) Penentuan Awal Bulan Kamariah Dengan Hisab dan Rukyat

Hadits Seputar Ramadhan (4) Zakat Fitrah – Idul Fitri 

Ruslan Fariadi, S.Ag., M.Si, Wadir 1 Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, guru Fikih dan Ilmu hadits, serta Peminat masalah sosial keagamaan

Sumber: Majalah SM No 13 Tahun 2016

Exit mobile version