Ramadlan disebut bulan yang paling utama (afdlal al-syuhur) karena salah satunya terdapat malam yang disebut Lailatul Qadr (lebih baik dari seribu bulan). Lailatul-Qadar adalah malam ketetapan atau malam kepastian tentang qadar atau rukuran rezeki manusia. Pada malam itulah Allah menetapkan dan menentukan nasib seseorang untuk periode setahun yang akan datang.
Pada malam inilah seorang muslim dianjurkan untuk beribadah dan memohon pada Allah untuk mendapatkan martabat yang baik. Malam qadar ini tidak dapat diketahui secara pasti datangnya (Hari ke berapa?) Akan tetapi yang pasti ia muncul dalam bulan Ramadhan. Untuk itu setiap muslim harus berusaha mencari setiap malamnya. Tiada hari yang terlewatkan tanpa ibadah.
Inilah hikmah besar bagi umat Islam mengapa tidak ditentukan kapang datangnya. Alangkah bahagianya bila seseorang sedang bersungguh-sungguh beribadah ketika malam qadar datang. Karena bobot ibadahnya dihitung lebih baik nilai ibadah selama seribu bulan. Disamping itu dosa-dosanya diampuni oleh Allah, sebagaimana diterangkan dalam hadits,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيَّ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِأِيْمَانًا وَاحْتِسَبًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ أِيْمَانًا وَاحْتِسَبًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw ia bersabda: Barang siapa yang beribadah pada lailatul qadar atas dasar iman dan mengharap Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan atas dasar iman dan mengharap Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Al-Bukhari)
Tentang waktu datangnya malam qadar hadits Nabi mengisyaratkan terjadi pada sepuluh hari terakhir, pada malam-malam ganjil sebagaimana ditegaskan dalam hadits,
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلُ للهِ قَالَ تَحَرَّوْالَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرَمِنْ رَمَضَانَ
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Intailah malam qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain lewat Ibn Abbas dikatakan,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ الْتَمِسُوْهَافِي الْعَشْرِالْأَوَاخِرَمِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابْعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi saw bersabda: Carilah lailatul aqdar pada sepuh malam terakhir di bulan Ramadhan di hari tinggal sembilan, atau tinggal tujuh, atau tinggal lima, (yaitu tanggal 21, 23, dan 25 Ramadhan). (HR Al-Bukhari)
Do’a Lailatul Qadar
اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنّي
Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku.
Do’a ini didarkan kepada hadits Nabi saw,
عن عا ءىشة قا لت قلت يارسول اللّه أرأيت إن علمت أيّ ليلة القد رماأقول فيها قال قولي اللّهمّا انّك عفوّكريمّ تحبّ العفو فاعف عنّي قال أبو عيسى هذاحديث حسن صحيح
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra ia berkata: Saya bertanya: Wahai Rasulullah, Maukah engkau memberi tahu aku apa malam lailatul qadar itu dan apa yang harus aku baca pada malam itu? Rasulullah berkata: Ucapkanlah do’a, Allahuma Innaka ‘afuwwun kariim tubibbul-‘afwa fa’fu ‘anni, (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku). Ia mengatakan ini adalah hadits hasan shahih (HR At-Turmudzi)
Hal inilah yang membuat Rasulullah saw sangat berwaspada pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dengan harapan mendapatkan malam qadar yang ditempuh dengan cara beri’tikaf.
Sumber: Tuntunan Ramadhan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah