Oleh: Cristoffer Veron P
Tak terasa perjalanan safari Ramadan kita telah berada di detik-detik pengakhiran. Selama hari-hari yang telah berlalu, kita perlu mengkontemplasikan apakah selama ini puasa yang kita implementasikan sudah baik atau belum. Tentu kita berkaca pada diri sendiri bahwa masih jauh dari kata sempurna puasa yang kita implementasikan di tengah masa pandemi virus Covid-19 ini. Jangan sampai terjadi dalam diri kita bahwa puasa kita hanya menjadi hampa—tidak memperoleh pahala dari Rabbul ‘Izzati—sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW,
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga”. (HR. Ath Thabrani)
Oleh karena itu kita perlu mengevaluasi diri dan mereformasi kekurangan yang terjadi dalam diri kita selama menjalankan ibadah shaum di bulan suci Ramadan ini. Disamping itu, kita harus fastabiqul khairat di sepuluh hari terakhir di Ramadan ini untuk memperoleh kemuliaan dari Allah SWT. Kemuliaan ini terdapat hanya di bulan ini dan di suatu malam yang sangat rahasia. Hanya Dia-lah yang mengetahui. Ialah Lailatul Qadar.
Hanya ada satu surat yang menginterpretasikan mengenai Lailatul Qadar secara komprehensif.
نَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْر (٣) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْر (٤) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ – ٥
Artinya: [01] “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. [02] dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? [03] malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [04] pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [05] malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qadar [97]: 01-05).
Al-Qur’an telah menyatakan keutamaan Lailatul Qadar lebih utama dari seribu bulan. Dengan kata lain, Lailatul Qadar lebih besar keutamaannya dari pada 83 tahun 4 bulan. Secara harfiyah, Lailatul qadar terdiri dari dua kata, yakni “lailah” yang berarti “malam hari” dan “qadar” yang bermakna “kemuliaan”. Dan secara maknawi, Lailatul qadar dimaknai “malam yang penuh dengan kemuliaan”. Lailatul qadar tidak dapat dipisahkan kaitannya dengan Nuzulul Qur’an, karena pada malam itu pula Kitab Mulia ini Allah turunkan sebagai petunjuk bagi manusia.
Lailatul Qadar menjadi malam yang dinanti-nantikan kedatanganya dan berharap seluruh umat Islam dapat memperoleh malam ini. Sebab Rasulullah Muhammad SAW telah membocorkan energi dari malam ini ialah bahwasanya Allah Yang Mahasuci akan menghapuskan seluruh noda-noda hitam yang melekat dalam diri kita atas dosa dan perlikau subversif lainnya. Namun untuk dapat dihapuskan noda hitam itu, tentunya kualifikasi yang harus ditempuh ialah harus beribadah penuh dengan keimanan dan hanya mengharap ridha dari Allah Yang Mahasuci.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa yang bangun untuk beribadah pada saat Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Seyogianya kita harus berusaha dengan daya energi yang dimiliki untuk memperoleh kemasyhuran dari malam tersebut. Kini umat Islam bertanya, kapan Lailatul Qadar ini terjadi? Yang jelas seluruh manusia di dunia ini tidak ada satupun yang mengetahui secara konkret kepastian waktu dari peristiwa ini terjadi. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui peristiwa yang mulia itu terjadi.
Sebagai seorang manusia yang diutus sebagai Rasul dan Nabi, Muhammad SAW telah mendapatkan ilham dari Allah SWT agar umat Islam untuk meningkatkan dan memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan tepatnya di malam-malam ganjil setelah dua puluh hari Ramadan. Mayoritas ulama telah sepakat bahwa Lailatul Qadar hadir pada malam-malam ganjil. Dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa ia berkata,
Kami beritikaf dengan Rasulullah SAW pada sepuluh pertengahan dari bulan Ramadan, lalu Rasulullah SAW menyampaikan khutbah kepada kami di hari kedua puluh di pagi hari dengan bersabda, “Kamu di datangi oleh Lailatul Qadar tetapi kamu melalaikannya. Maka carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir dalam bilangan harinya yang gajil, karena aku melihat (di malam Lailaqtul Qadar) bahwa diriku sedang sujud di sebuah tanah yang berair. Maka barangsiapa sekarang yang sedang beritikaf bersama Rasulullah SAW, hendaklah ia segera pulang”.
Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah Muhammad SAW juga mendapatkan ilham dari Allah SWT berupa tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar. Dari Ubadah ibn Shamit, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar ialah bahwa pada malam itu langit benar-benar cerah dan terang seakan-akan ada rembulan yang sedang memancarkan cahayanya. Suasana malam itu begitu tenang, hening, dan memiliki corak yang lain (ketimbang biasanya). Dan pada malam itu udara tidak terasa dingin dan tidak juga terasa panas, serta (di angkasa) tidak terlihat bintang-bintang jatuh (meteor) sampai pagi tiba. Dan ciri-ciri lain darinya adalah bahwa pada keesokan harinya, matahari di pagi hari itu akan terbit dengan cahaya yang bersinar sedang. Matahari tidak memancarkan sinar yang terlalu panas (terang) dan hanya akan bersinar seperti bulan, karena pada pagi hari itu setan tidak diperbolehkan keluar bersamaan dengan terbitnya matahari itu”. (HR. Ahmad).
Maka kita dapat menginferensi bahwasanya Lailatul Qadar meniscayakan malam misterius yang tidak dapat dijangkau oleh kekuatan nalar. Setiap dari kita dituntut untuk berusaha mencari sekaligus memperoleh Lailatul Qadar. Dr. (H.C.) Adi Hidayat, Lc., MA mengatakan bahwa untuk memperoleh Lailatul Qadar ini antara lain dengan cara setiap malam Ramadhan tingkatkan kualitas ibadah. Tingkatkan ibadah di malam hari ketika shalat tarawih, kemudian bangun pukul 02:00 WIB untuk shalat tahajjud. Disela-sela waktu itu gunakan untuk membaca Al-Qur’an sembari menunggu waktu sahur.
Disamping itu, kita harus membiasakan membaca doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penopang untuk memperoleh Lailatul Qadar. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa;
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: “Duhai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam merupakan lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan di malam itu? Beliau menjawab: Ucapkanlah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ‘ANNII”. (HR. Ahmad 25384, At-Turmudzi 3513, Ibn Majah 3850, An-Nasai dalam Amal Al-yaum wa lailah, dan Al-Baihaqi dalam Syua’bul Iman 3426. Hadis ini dinilai shahih oleh Al-Albani).
Dengan demikian InsyaAllah Lailatul Qadar akan kita dapatkan. Wa Allah A’lam.
Cristoffer Veron P, Lulusan ‘Covid-19’ SMK Muhammadiyah 1 Kota Yogyakarta, Menulis di Risalah Jum’at Majelis Tabligh PWM D.I.Yogyakarta, dan Penulis Buku “Menuju Hidup Sukses”