YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Ketidakpastian menghantam seluruh sendi kehidupan bangsa dan negara. Fenomena Covid-19 telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat yang sebelumnya ditargetkan 5,3 persen menjadi 2,3 persen. Perlambatan tersebut juga diikuti dengan kenaikan angka pengangguran dari 2,92 meningkat 5,23 juta orang pengangguran baru. Tidak hanya sampai disitu, hal ini juga mengakibatkan jumlah orang miskin di Indonesia bertambah, yang awalnya 1,16 juta orang menjadi 3,78 juta orang miskin baru,” ujar Muhadjir Effendy, Menko PMK Republik Indonesia (21/5).
Muhadjir menyampaikan bahwa tatanan kehidupan di berbagai dimensi berubah dengan sangat cepat, baik di sektor sosial, ekonomi, bahkan pendidikan khususnya di tingkat Perguruan Tinggi. Muhammadiyah dengan 162 Perguruan Tingginya dituntut segera menentukan sikap, arah dan strategi demi keberlangsungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) ke depan. “Hanya PTM yang berani melakukan inovasi secara seriuslah yang bisa bertahan dan terus eksis di masa mendatang,” ungkap Ketua PP Muhammadiyah tersebut.
Membongkar paradigma lama dan kemudian menggantinya dengan yang baru merupakan syarat bagi PTM untuk menjawab tantangan di masa sulit seperti saat ini. Perguruan Tinggi harus mulai mengarahkan mahasiswanya untuk memiliki penghasilan pribadi. Namun kenyataannya, para mahasiswa masih banyak yang belum bekerja karena tertahan oleh studinya sendiri.
Menjelang seratus tahun usianya, Indonesia dianugerahi bonus demografi yang sangat luar biasa. Namun yang menjadi ancaman serius adalah ketika bonus demografi tersebut tidak dapat dimaksimalkan dengan baik, sehingga terjadi ketimpangan sosial-ekonomi yang besar. “Masyarakat yang tidak produktif menjadi beban bagi masyarakat yang produktif. Sedangkan jumlah masyarakat yang produktif jauh lebih sedikit dari masyarakat yang tidak produktif dan semakin berkurang,” paparnya.
“Maka Perguruan Tinggi memiliki andil yang sangat besar dalam memaksimalkan bonus demografi tersebut dengan cara membangun paradigma baru dalam sistem pendidikan kita,” tambahnya.
Ia menambahkan, tantangan utama bagi PTM adalah dalam hal riset. Pengembangan riset terapan sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat serta mampu menembus pasar merupakan hal yang harus segera digalakkan. Selain itu PTM juga harus segera beradaptasi dengan teknologo 4.0 serta menekankan life skill pada proses pembelajar. “Perguruan Tinggi harus segera mengganti paradigma lama tentang mahasiswa yang sebelumnya hanya fokus pada studi berubah memiliki orientasi bekerja,” pesan mantan Rektor UMM itu. (diko)