Satu Dusun Banyak TK ABA

guru Aisyiyah

Foto Dok TK ABA Bendungan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi salah satu topik utama pada milad seabad Aisyiyah. Lewat diskusi bertajuk Rembuk Nasional, Pimpinan Pusat Aisyiyah mengangkat tema “Memajukan PAUD untuk Mencerdaskan Generasi Emas Bangsa” dalam kegiatan miladnya itu.

Kesimpulan dari rembuk itu, PAUD merupakan fase terpenting dalam sebuah jenjang pendidikan. Sayangnya, pada praktiknya, perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap PAUD dirasa masih kurang. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy, yang hadir membuka acara tersebut, dalam sambutannya mengakui kekurangan itu. “Pemerintah belum sepenuhnya menjadikan PAUD sebagai prioritas,” katanya.

Walau demikian, Aisyiyah dengan segenap kemampuan dan kesungguhannya, terus menegaskan perannya untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa lewat lembaga PAUD yang didirikannya. Dalam hal ini, layak untuk dijadikan contoh adalah Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Jumlah TK ABA (Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal) yang dimiliki jauh lebih banyak daripada jumlah Ranting-nya. Total dari 8 Ranting yang ada, Cabang Surantih mampu mendirikan 11 TK ABA. Hal ini disampaikan Ulfanilas, Wakil Ketua PCA Surantih, saat berkunjung ke Suara Muhammadiyah belum lama ini.

Hebatnya, beberapa TK ABA milik PCA Surantih tersebut justru berdiri di sebuah pemukiman (dusun) yang di sana belum berdiri Ranting Aisyiyah maupun Muhammadiyah. “Kami juga mendirikan TK ABA di Kampung Lansano dan Koto Taratak, di sana belum berdiri Ranting persyarikatan,” terang Zulhaini, Ketua Majelis Dikdasmen PCA Surantih, lewat pesan singkatnya.

Menurut Zulhaini, sebelum tahun 2000, hanya ada dua TK di Kecamatan Sutera, satu di antaranya TK ABA di Ranting Koto Merapak, Nagari Surantih. Tentu dua TK tersebut tidak mampu menampung sebagian besar jumlah anak-anak. Akibatnya, banyak anak di Kecamatan Sutera yang tidak bisa merasakan indahnya bermain dan belajar di lembaga pendidikan TK. “Sejak itu, kami punya keinginan besar untuk mendirikan TK di banyak kampung,” katanya.

Sebelum ada TK ABA, Zulhaini menceritakan, sebagian besar masyarakat, khususnya orang tua, belum mengangggap pendidikan usia dini penting bagi perkembangan anak. Mereka biasanya langsung memasukkan ke SD jika anak sudah berumur 6 atau 7 tahun. Tapi sekarang, setelah berdiri TK ABA, masyarakat mulai sadar tentang pentingnya pendidikan usia dini bagi anak-anaknya.

Sembari bermain, anak-anak juga dikenalkan dengan nilai-nilai ajaran Islam, seperti membiasakan berdo’a setelah atau sesudah melakukan kegiatan, menghafal surat-surat pendek, belajar membaca Iqra’, dan diajarkan berbagai kesenian guna memupuk rasa percaya diri anak. “Alhamdulillah, anak-anak TK ABA kami kebanyakan masuk lima besar di kelasnya masing-masing setelah masuk SD,” pungkas Zulhaini. (gsh)

Sumber: Majalah SM No 12 Tahun 2017

Exit mobile version