Oleh : Haidir Fitra Siagian
Australia merupakan salah satu negara yang dipandang cukup sukses dalam menangani warganya yang terdampak dan dalam upaya mencegah penyebaran penyakit akibat Covid-19. Sejak awal pemerintahan telah mengambil langkah-langkah yang sangat baik, transparan dan terukur. Melibatkan semua pihak yang terkait dalam menanganinya.
Terdapat berbagai aturan yang dibuat untuk mencegah terjadinya penyebaran. Mulai dari pembatasan sosial bagi masyarakat sampai kepada penegakkan hukum bagi pelaku pelanggaran. Menangani warga yang terkena impak dari wabah secara manusiawi dan penghormatan atas nilai-nilai kemanusiaan.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, namun tetap saja terdapat ribuan warganya yang positif. Diantaranya sebagian besar sudah sembuh, sebagian lainnya telah meninggal dunia. Satu kesyukuran kami adalah jika dibandingkan dengan keadaan di negara-negara Barat lainnya, keadaan di sini jauh lebih baik.
Sejak dua minggu lalu, pembatasan sosial telah dilonggarkan secara bertahap. Mulai dari pembolehan bertemu di luar rumah sebanyak maksimal sepuluh orang, menerima tamu lima orang, pembukaan akses publik secara terbatas. Juga membuka seluruh sekolah juga dilakukan secara bertahap dan bergilir. Tidak dibuka sekaligus.
Setelah dua minggu dengan jadwal, mulai besok sekolah akan dibuka secara penuh. Dan kemungkinan pada tangga 1 Juni 2020 nanti, akses yang lebih luas akan dibuka. Perjalanan ke luar kota dan perjalanan jauh yang selama ini dilarang, maka akan dibuka. Meski demikian, protokol keselamatan tetap menjadi perhatian.
Pihak pemerintah federal maupun state, secara rutin memberikan informasi kepada masyarakat secara transparan dan mudah dipahami oleh masyarakat. Bahkan hampir dua kali dalam sehari, Perdana Menteri atau perwakilan pemerintah muncul di media massa memberikan informasi kepada khalayak.
Kemarin beredar luas video dari Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, menyapa umat Islam yang akan merayakan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H. Selain mengucapkan salam lebaran, dalam video tersebut beliau juga secara khusus mengucapkan terima kasih kepada warga Muslim Australia yang berpartisipasi dalam membantu penanganan Covid-19. Tak disebutkan apa jenis partisipasi tersebut.
Dalam pengamatan saya beberapa partisipasi umat Islam di sini adalah adanya sekelompok umat Islam yang membawa makanan ke rumah sakit yang dikhususkan kepada pasien Covid-19. Juga partisipasi masjid dan ulama-ulama Australia dalam menyebarkan informasi tentang pencegahan penyakit ini. Termasuk pula dalam hal kepatutan umat Islam atas peraturan terkait dengan pembatasan-pembatasan sosial yang berlaku.
Satu hal yang cukup disyukuri di sini adalah kepatutan umat Islam terhadap fatwa maupun himbauan dewan ulama. Kita tak mendengar ada umat Islam yang membangkan secara terbuka. Misalnya tentang penutupan masjid selama ini. Tidak melakukan salat Idul Fitri di masjid atau lapangan.
Warga Muslim di sini mematuhinya. Bukan berarti ghirah umat Islam di sini tidak tinggi
Bukan berarti umat Islam di sini tidak sadar atas pentingnya salat di masjid. Tentu hal ini disadari dengan setulus hati. Justru tingkat pemahaman terhadap agama yang tinggi sehingga mereka patuh terhadap aturan pemerintah dan para ulama. Meyakini bahwa aturan yang dibuat adalah untuk menyelamatkan jiwa manusia. Dimana harga nyawa kemanusiaan jauh lebih penting dibanding yang lainnya.
Hari ini kami umat Islam di Wollongong merayakan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku. Ulama telah mengingatkan bahwa tidak dibenarkan salat Id di masjid atau lapangan. Semuanya diarahkan ke rumah masing-masing. Alhamdulillah, semuanya patuh.
Warga Muslim Indonesia pun yang ada di sini turut mematuhinya. Kami masing-masing salat Id di rumah. Karena ada klausul membolehkan menerima tamu maksimal lima orang, saya mengajak teman-teman untuk ikut salat di rumah. Terutama kepada yang tinggal sendirian, tanpa keluarga di sini. Beberapa teman juga melakukan hal yang sama.
Setelah selesai salat Id, kami melakukan silaturahmi antar warga. Menerima tamu pun dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama, kedua, dan ketiga. Diatur waktunya agar tidak bersamaan datang. Setelah selesai menerima satu keluarga, kemudian mengundang keluarga lainnya. Demikian pula, jika mau bertamu ke rumah teman, harus ditanyakan terlebih dahulu, jangan sampai pada saat yang sama ada tamu lain.
Dalam kesempatan lain, kami juga sempat bersilaturahmi dengan warga Indonesia dan warga Sulawesi Selatan yang ada di Sydney secara virtual. Dimana seorang ulama asal Indonesia, Syekh Dr. H. Amin Hady, Lc., M.A., membawakan ceramah atau khutbah Idul Fitri dari rumahnya. Sedangkan warga lainnya berada di rumah masing-masing mendengarkan ceramah secara online.
Alhamdulillah, suasana Idul Fitri di Australia tetap semarak di tengah suasana pembatasan seperti ini. Semua ini memang memerlukan kesabaran dan ketabahan. Sebagaimana hakikat puasa Ramadan yang baru saja kita laksanakan dengan penuh kemenangan. Insya Allah.
Wassalam
Gwynneville, 24.05.20 jelang magri