Ima Dinny Rahmawati
“Assalamu’alaikum,” kata Nadya mulai memperkenalkan diri pada teman-teman barunya.
“Namaku Nadya. Aku bersekolah di Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal,” lanjut Nadya.
“Sekolah yang didirikan oleh ibu-ibu ‘Aisyiyah. Teman-teman tahukah kalian, Taman KanakKanak ‘Aisyiyah ada di seluruh Indonesia lho,” Nadya mulai menceritakan tentang sekolahnya.
“Ibuku adalah guru di Kelompok Bermain Aisyiyah dan aktif dalam perkumpulan ‘Aisyiyah, dan ayahku juga seorang kader Muhammadiyah. Kakakku Meutia sekolah di SD Muhammadiyah,” lanjut Nadya menceritakan tentang keluarganya.
“Suatu hari Ibuku memanggilku,” kata Nadya.
“Dik, ke sinilah,” panggil Ibuku.
“Iya, Bu. Ada apa?” jawabku.
“Ke sinilah. Ibu ingin cerita tentang berdirinya Taman Kanak-Kanak Aisyiyah,” kata Ibuku.
“Asyik, aku mau mendengarkan cerita Ibu,” Jawabku sambil segera menemui Ibu.
Ibu bertanya, “Tahukah kamu dengan Siti Walidah atau sering dipanggil dengan panggilan Nyai Ahmad Dahlan?”
“Ya, tahu bu, isteri KHA Dahlan, ” jawab Nadya dengan gembira.
“Ya, benar sekali. Siti Walidah adalah istri KHA Dahlan. Orang yang mendirikan Muhammadiyah,” kata Ibuku sambil melanjutkan ceritanya.
“Siti Walidah adalah salah satu pendiri perkumpulan ibu-ibu yang bernama Sopo Tresno. Sopo Tresno itu berarti siapa cinta. Perkumpulan ini wadah untuk kaum putri belajar membaca Al-Qur’an dan artinya. Agar mereka paham ajaran agama dari sumber aslinya, Al- Qur’an,” cerita Ibuku.
“Perkumpulan ini didirikan karena pada zaman dahulu ibu-ibu dan anak-anak putri tidak boleh keluar rumah untuk belajar, apalagi belajar Agama,” lanjut Ibuku.
“Tidak seperti zaman sekarang, ibu-ibu dan anak-anak putri harus belajar sampai selesai, bahkan harus sampai perguruan tinggi atau kuliah,” kata Ibuku menghentikan ceritanya sambil melihatku yang masih memperhatikan ibu bercerita.
“Ibu teruskan ceritanya ya,” kata Ibuku memancingku, apakah senang dengan cerita yang ia sampaikan.
“Ya, ibu,” jawabku dengan semangat, agar ibu terus menceritakan kisah tentang Nyai Walidah.
“Nah, Sopo Tresno itu kemudian diganti dengan ‘Aisyiyah yang berasal dari nama istri Nabi Muhammad saw yang bernama Aisyah. Dan sampai sekarang terkenal dengan nama ‘Aisyiyah,” Ibuku meneruskan ceritanya.
“Setelah sempat dipimpin Siti Bariyah, kemudian Nyai Siti Walidah memimpin perkumpulan itu sampai akhirnya dapat mendirikan sekolah dan asrama bagi anak perempuan untuk pendidikan agama Islam,” kata Ibuku.
“Sekolah pertama yang didirikan bernama Frobel. Sekolah ini untuk anak- anak, baik putra maupun putri. Sekolah ini adalah Taman Kanak-Kanak pertama yang berdiri di Indonesia. Frobel ini ditekuni oleh Siti Umniyah, putri KH Sangidu, Pengageng Penghulu Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat,” Ibuku melanjutkan ceritanya.
“Selanjutnya sekolah ini berganti nama.”
“Siapa yang tahu apa nama sekolah itu?,” tanya Ibu.
“Nama sekolah itu adalah Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal.”
“Itu nama sekolahku ya, Bu?,” tanya Nadya.
“Benar. itu tempat Nadya sekolah,” jawab Ibu.
“Di TK ABA itu anak-anak belajar mengenal tentang Al-Qur’an, huruf, dan lain sebagianya. Sehingga anak-anak bisa pintar dan tidak bodoh,” lanjut Ibuku.
“Dari zaman dulu sampai sekarang, perkumpulan ‘Aisyiyah juga bertambah banyak, dan banyak berdiri TK ABA sampai ke pelosok negeri.”
“Nyai Walidah mendidik putri-putri Indonesia untuk maju dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sampai saat ini, banyak orang tua yang mendaftarkan anak-anaknya untuk belajar di TK ABA yang ada hingga pelosok Indonesia.”
“Maka dari itu, TK terbanyak di Indonesia adalah TK ABA. Sekarang sudah 5.865 TK ABA di seluruh Indonesia.”
“Wah, banyak sekali ya, Bu?,” tanya Nadya.
“Ya,” jawab Ibu.
Kemudian Ibu bertanya, “Apakah Nadya senang, sekolah di TK ABA?”
“ Ya, Nadya senang sekali,” jawabnya.
Kemudian Nadya bercerita, “Senang sekali bersekolah di TK ABA, karena Nadya setiap hari belajar dengan bu guru tentang bacaan doa sehari-hari, surat-surat pendek, berdoa, dan banyak sekali, belajar menulis dan membaca juga, dan bu guru dalam mengajar pun tidak pernah marah, selalu tersenyum ramah. Teman-temanku juga begitu.”
“Alhamdulillah kalau begitu,” Ibu senang sekali mendengarnya.
Dari cerita yang ibu sampaikan, Nyai Walidah kemudian diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Karena jasanya telah mencerdaskan anak bangsa dari zaman dulu dan sampai sekarang jasanya masih terasa dan akan selalu dikenang.
Itulah cerita singkat dari Ibu tentang Nyai Walidah dan berdirinya TK ABA di Indonesia.
“Yuk, kita bersama-sama menyanyikan Mars TK ABA,” ajak Ibu padaku.
Aku pun menyanyikan Mars TK ABA dengan semangat dan gembira.
“Siapkan barisan wahai putra putri Bustanul Athfal Aisyiyah, marilah Kita mendengar, marilah kita belajar untuk menjadi anak beriman menurut ajaran Islam.”
Aku bangga dengan TK ABA.
—
Ima Dinny Rahmawati, PG PAUD UAD Yogyakarta
Sumber: Majalah SM No 12 Tahun 2017