YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dua bulan ternyata terlalu lama untuk ditunggu, ketika setiap hari hanya menumpuk rindu. Walau kami telah mencoba tetap hadir dalam wujud online, kerinduan pada majalah yang memakai kertas tak pernah bisa dipenuhi secara tuntas. Hari ini, walau wabah itu belum berlalu, kami tak sanggup lagi kalau harus menunggu. Apalagi kami juga tahu bahwa kehadiran majalah Suara Muhammadiyah (SM) juga terus ditunggu.
Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan bahwa suasana di tengah wabah Covid-19 yang telah berlangsung selama tiga bulan memaksa SM harus beralih dari cetak kepada online. Setelah beristirahat sejenak, Majalah Suara Muhammadiyah dalam bentuk cetak akan kembali terbit. SM akan kembali rutin menerbitkan majalah dalam bentuk cetak.
Walaupun masih berada dalam suasana pandemi serta mengharuskan setiap orang untuk tetap di rumah. Akan tetapi kegiatan membaca tidak boleh berhenti. “Karena itu kami mengajak, mari kita membaca kembali Majalah Suara Muhammadiyah sebagai semangat kita untuk bermuhammadiyah,” ujarnya.
Haedar menambahkan bahwa membaca majalah Suara Muhammadiyah merupakan bagian dari tradisi iqra’ dan berkemajuan yang hidup subur. Tradisi ini ditumbuhkan oleh pendiri serta generasi Muhammadiyah masa awal. “Majalah ini milik kita, maju dan mundurnya juga tergantung kita. Mari membaca kembali Majalah Suara Muhammadiyah,” pesan Haedar yang juga merupakan Pimpinan Redaksi Suara Muhammadiyah.
Deni Asy’ari, Direktur Suara Muhammadiyah mengajak seluruh pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah, para pelanggan dan pembaca setia Suara Muhammadiyah untuk menggelorakan kembali semangat membaca serta memiliki Majalah SM. “Insya Allah pandemi ini tidak akan mengalahkan semangat kita untuk menjadi pembaca setia SM,” paparnya. (diko)