• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Selasa, Desember 9, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Amal Kebanggan di Hari Akhir

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
2 Juni, 2020
in Akidah Akhlak
Reading Time: 2 mins read
A A
0
surga

Ilustrasi

Share

Oleh Bahrus Surur-Iyunk

“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua); pada hari ketika manusia lari dari saudaranya; dari ibu dan bapaknya; dari istri dan anak-anaknya; Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya;” (QS. Abasa: 33-37).

Baca Juga

I’tiqad Muhammadiyah tentang Hari Kiamat dan Imam Mahdi

Hadits: Orang-orang yang Dimusuhi Allah pada Hari Kiamat (2)

Beberapa ayat terakhir surat Abasa ini mengingatkan bahwa apa yang pernah dibanggakan di dunia ini tidak akan ada artinya di Hari Akhir. Mulai dari  saudara, ibu, ayah, anak cucu dan siapa saja yang pernah diandalkan di dunia. Apalagi harta benda yang hilang tanpa bekas ditelan bumi.

Manusia, saat itu, sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Sesama manusia sudah tidak bisa saling menolong dan menyalahkan satu sama lain. Manusia tinggal mengingat-ingat kembali apa yang pernah dilakukan di dunia. Ia mencari kebaikan di dunia dulu yang sekiranya bisa menyelamatkan dirinya dari jilatan api neraka.

Namun, bagi manusia yang cerdas secara ruhaniah, kebaikan itu sudah disiapkan sejak masih hidup. Ia tahu bahwa hanya amal kebaikan yang bisa mengantarkan pada ridha Allah. Lebih dari itu, ia menyiapkan kebaikan yang sekiranya nanti bisa dibanggakan di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia.

Abdullah bin Jahsy dan Sa’ad bin Abi Waqas menjelang perang Uhud pernah berdoa ber­­sama dan saling mengamini. Sa’ad berdoa, ”Ya Allah, berilah aku musuh yang sangat tang­guh. Aku berusaha membunuhnya dan dia berusaha membunuhku. Dan berilah aku kemenangan.”

Dalam hati ia berbisik, “jika nanti malaikat bertanya: amalan apa yang kau banggakan? Maka aku bisa menjawab aku telah berhasil membunuh orang yang paling berbahaya di perang Uhud.” Sekiranya aku mati syahid, aku bisa bangga menyatakan bahwa aku mati syahid terbunuh oleh tentara kafir yang paling kuat.

Abdullah bin Jahsy berdoa dengan uniknya, ”Ya Allah, pertemukanlah aku esok de­ng­an musuh yang kuat tenaganya. Aku akan membunuhnya karena-Mu, dan orang itu berusaha mem­bunuhku. Kemudian ia memotong hidung dan kedua telingaku. Apabila engkau bertanya ke­pa­daku kelak, ‘Ya Abdullah, mengapa hidung dan telingamu itu?’. Aku akan menjawab, ‘Ke­du­anya terpotong saat membela agama-Mu di perang Uhud. Engkau berfirman, “Kau benar.“

Doa mereka dikabulkan. Saat perang berakhir, Sa’ad yang berhasil membunuh musuhnya melihat dua daun telinga dan hidung bergantung dengan seutas tali”. Sa’ad merasa bahwa Abdullah bin Jahsy lebih baik daripada dirinya, karena menghadap Allah lebih dahulu.

Sepanjang hidup, tentu banyak kebaikan (dan keburukan) yang telah dilakukan. Tapi, adakah yang bisa dibanggakan di Hari Akhir saat bertemu dengan Ilahi Rabbi? Mungkinkah shalat ribuan kali, puasa penuh lapar dan dahaga, haji dan umroh berkali-kali, infak-shadaqah dan ibadah lain yang kita lakukan selama ini bisa dibanggakan di hadapan-Nya? Jangan-jangan shalat kita masih jauh dari khusyu’? Haji hanya untuk prestise sosial dan terbersit pujian orang saat berinfak?

Setidaknya, ada dua kunci meraih amalan kebanggaan. Pertama, perlu kesungguhan un­tuk melakukannya. Tidak main-main. Tidak sekedar formalitas-simbolik untuk menggu­gurkan kewajiban.

Kedua, keikhlasan, inilah hal paling tersembunyi dalam diri manusia. Letaknya jauh dalam di lubuk hati. Hanya Allah dan yang bersangkutan yang tahu tentang keikhlasan satu perbuatan. Orang yang berkali-kali mengatakan dirinya ikhlas belum tentu benar-benar ikhlas. Sekali lagi, perbuatan apa yang bisa kita banggakan di hadapan-Nya di Hari Akhir?

Sumber: Majalah SM Edisi 17 Tahun 2016

Tags: amal terbaikberiman kepada hari akhirhari kiamat
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Tanya Jawab Agama

I’tiqad Muhammadiyah tentang Hari Kiamat dan Imam Mahdi

22 Desember, 2021
Komitmen Mengamalkan Islam
Hadits

Hadits: Orang-orang yang Dimusuhi Allah pada Hari Kiamat (2)

2 Januari, 2021
Hadits

Hadits: Orang-orang yang Dimusuhi Allah pada Hari Kiamat (1)

9 Januari, 2021
Next Post

UMS Kembali Menjadi Kampus Swasta Terbaik di Indonesia

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In